Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

SUHU PERMUKAAN DAN KANDUNGAN PANAS LAUT PERAIRAN INDONESIA DALAM SATU ABAD TERAKHIR Mutiara Rachmat Putri; Iwan Pramesti Anwar; Ayi Tarya; Idris Mandang
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 23, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.987 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v23i2.841

Abstract

Histori kenaikan suhu permukaan laut (SPL) telah terjadi sejak revolusi industri dunia. Secara alamiah kejadian letusan gunung yang dahsyat dapat pula mempengaruhi suhu air laut hingga kedalaman laut tertentu. Suhu air laut ini sangat mempengaruhi kandungan panas laut, yang berperan penting dalam mengatur kondisi iklim yang terjadi di bumi. Kandungan panas laut di Perairan Indonesia dihitung menggunakan data temperatur berdasarkan data Met Office Hadley Observation “EN 4.1.1” yang merupakan hasil model numerik dan asimilasi data pengamatan, dengan resolusi ruang 1o x 1o dan rentang waktu bulanan dari tahun 1901-2015 atau selama 115 tahun. Kandungan panas laut dihitung di kedalaman 0-100 m dan total kedalaman perairan Indonesia. Kandungan panas laut permukaan di Indonesia dari tahun 1901-2015 mengalami kenaikan sebesar 2x1014 J, namun sebaliknya di kedalaman total turun sebesar -2x1014 J. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan iklim dari interaksi laut udara di permukaan laut, yang ditunjukkan pula adanya trend kenaikan SPL dalam kurun waktu 115 tahun. Pengaruh dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Sistem Arus Laut Indonesia diperkirakan menjadi penggerak utama kenaikan kandungan panas laut di Indonesia. Selama indeks Pacific Decadal Oscillation (PDO) memiliki fase positif menyebabkan turunnya kandungan panas di Perairan Indonesia dan sebaliknya fase negatif PDO menyebabkan naiknya kandungan panas laut rata-rata.
Observation and numerical modeling of physical oceanography in the Balikpapan Bay, East Kalimantan: Preliminary results Mutiara Rachmat Putri; Iwan P Anwar; Zetsaona Sihotang; Lamona I. Bernawis; Agus Setiawan; Muhammad Riza; Idris Mandang; Willem M. Tatipatta
Depik Vol 10, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (882.918 KB) | DOI: 10.13170/depik.10.2.19259

Abstract

The Indonesian government plans to move the capital city from Jakarta to Penajam Paser Utara (PPU) which is the upstream area of Balikpapan Bay, East Kalimantan. There are several activities in the planned new capital city that potentially affect the condition of land and marine ecosystems, including clearing new land for housing and agriculture as well as expanding mining and petroleum areas. Directly or indirectly, these activities could affect the oceanographic conditions of Balikpapan Bay. For this reason, in order to obtain an up-to-date picture of Balikpapan Bay, an oceanographic survey was conducted in early March 2020. In addition, to support the analysis of marine dynamics in these waters and their predictions in the future, numerical simulations of hydrodynamic modeling were also carried out. Oceanographic observations indicate significant water stratification in the area about 20 km from the mouth of the bay. This result is also well illustrated in the hydrodynamic model numerical simulation, where there is a water loop at the confluence between salt and fresh water masses from two rivers 18-20 km from the mouth of Balikpapan Bay. Keywords:The national capital city of IndonesiaBalikpapan BayPhysical oceanography ObservationCoastal and marine Ecosystem
Observation and numerical modeling of physical oceanography in the Balikpapan Bay, East Kalimantan: Preliminary results Mutiara Rachmat Putri; Iwan P Anwar; Zetsaona Sihotang; Lamona I. Bernawis; Agus Setiawan; Muhammad Riza; Idris Mandang; Willem M. Tatipatta
Depik Vol 10, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.10.2.19259

Abstract

The Indonesian government plans to move the capital city from Jakarta to Penajam Paser Utara (PPU) which is the upstream area of Balikpapan Bay, East Kalimantan. There are several activities in the planned new capital city that potentially affect the condition of land and marine ecosystems, including clearing new land for housing and agriculture as well as expanding mining and petroleum areas. Directly or indirectly, these activities could affect the oceanographic conditions of Balikpapan Bay. For this reason, in order to obtain an up-to-date picture of Balikpapan Bay, an oceanographic survey was conducted in early March 2020. In addition, to support the analysis of marine dynamics in these waters and their predictions in the future, numerical simulations of hydrodynamic modeling were also carried out. Oceanographic observations indicate significant water stratification in the area about 20 km from the mouth of the bay. This result is also well illustrated in the hydrodynamic model numerical simulation, where there is a water loop at the confluence between salt and fresh water masses from two rivers 18-20 km from the mouth of Balikpapan Bay. Keywords:The national capital city of IndonesiaBalikpapan BayPhysical oceanography ObservationCoastal and marine Ecosystem
Observation and numerical modeling of physical oceanography in the Balikpapan Bay, East Kalimantan: Preliminary results Mutiara Rachmat Putri; Iwan P Anwar; Zetsaona Sihotang; Lamona I. Bernawis; Agus Setiawan; Muhammad Riza; Idris Mandang; Willem M. Tatipatta
Depik Vol 10, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.10.2.19259

Abstract

The Indonesian government plans to move the capital city from Jakarta to Penajam Paser Utara (PPU) which is the upstream area of Balikpapan Bay, East Kalimantan. There are several activities in the planned new capital city that potentially affect the condition of land and marine ecosystems, including clearing new land for housing and agriculture as well as expanding mining and petroleum areas. Directly or indirectly, these activities could affect the oceanographic conditions of Balikpapan Bay. For this reason, in order to obtain an up-to-date picture of Balikpapan Bay, an oceanographic survey was conducted in early March 2020. In addition, to support the analysis of marine dynamics in these waters and their predictions in the future, numerical simulations of hydrodynamic modeling were also carried out. Oceanographic observations indicate significant water stratification in the area about 20 km from the mouth of the bay. This result is also well illustrated in the hydrodynamic model numerical simulation, where there is a water loop at the confluence between salt and fresh water masses from two rivers 18-20 km from the mouth of Balikpapan Bay. Keywords:The national capital city of IndonesiaBalikpapan BayPhysical oceanography ObservationCoastal and marine Ecosystem
SUHU PERMUKAAN DAN KANDUNGAN PANAS LAUT PERAIRAN INDONESIA DALAM SATU ABAD TERAKHIR Mutiara Rachmat Putri; Iwan Pramesti Anwar; Ayi Tarya; Idris Mandang
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 23 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v23i2.841

Abstract

Histori kenaikan suhu permukaan laut (SPL) telah terjadi sejak revolusi industri dunia. Secara alamiah kejadian letusan gunung yang dahsyat dapat pula mempengaruhi suhu air laut hingga kedalaman laut tertentu. Suhu air laut ini sangat mempengaruhi kandungan panas laut, yang berperan penting dalam mengatur kondisi iklim yang terjadi di bumi. Kandungan panas laut di Perairan Indonesia dihitung menggunakan data temperatur berdasarkan data Met Office Hadley Observation “EN 4.1.1” yang merupakan hasil model numerik dan asimilasi data pengamatan, dengan resolusi ruang 1o x 1o dan rentang waktu bulanan dari tahun 1901-2015 atau selama 115 tahun. Kandungan panas laut dihitung di kedalaman 0-100 m dan total kedalaman perairan Indonesia. Kandungan panas laut permukaan di Indonesia dari tahun 1901-2015 mengalami kenaikan sebesar 2x1014 J, namun sebaliknya di kedalaman total turun sebesar -2x1014 J. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan iklim dari interaksi laut udara di permukaan laut, yang ditunjukkan pula adanya trend kenaikan SPL dalam kurun waktu 115 tahun. Pengaruh dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Sistem Arus Laut Indonesia diperkirakan menjadi penggerak utama kenaikan kandungan panas laut di Indonesia. Selama indeks Pacific Decadal Oscillation (PDO) memiliki fase positif menyebabkan turunnya kandungan panas di Perairan Indonesia dan sebaliknya fase negatif PDO menyebabkan naiknya kandungan panas laut rata-rata.
Analisis Pengaruh ENSO dan IOD Terhadap Evaporasi di Selat Makassar Menggunakan Metode Bowen Ratio Riza, Muhammad; Zetsaona Sihotang; Idris Mandang; Mustaid Yusuf
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 7 No 2 (2025): November
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/jrkt.v7i2.122

Abstract

Perpindahan panas global sangat penting untuk memahami mekanisme variabilitas iklim dalam skala global. Rasio Bowen dapat digunakan untuk menentukan fluks panas laten pada suatu permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi variabilitas evaporasi di Selat Makassar menggunakan metode bowen ratio dan kaitannya terhadap fenomena ENSO dan IOD dan Mengetahui durasi dari fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap perubahan evaporasi di Selat Makassar. Rasio Bowen dihitung dengan membagi nilai sensible heat flux dengan latent heat flux. Setelah mendapatkan nilai Rasio Bowen kemudian akan dicari cross-correlation diantara Rasio Bowen dan ONI (Ocean Nino Index) kemudian ditentukan berapa lama jeda waktu yang diperlukan untuk anomali di Samudera Pasifik berpengaruh ke Selat Makassar. Kemudian Cross-correlation dihitung kembali diantara Rasio Bowen dan DMI untuk melihat efek anomali di Samudera Hindia terhadap Selat Makassar. Data sensible heat flux dan latent heat flux didapatkan dari ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) dianalisis dari tahun 1990-2022 dan akan dirata-ratakan perbulannya. Didapatkan hasil penurunan Rasion Bowen dari tahun 1990-2022 yang mengindikasikan evaporasi yang semakin rendah. Klimatologi Rasio Bowen menunjukkan evaporasi mengalami 2 kali puncak di bulan April dan November dengan nilai Rasio Bowen berturut-turut 0,133 dan 0,14. Korelasi silang Rasio Bowen dan ONI menunjukkan hubungan yang kuat dimana nilai R sebesar 0.65 dengan lag 2 bulan. Sedangkan korelasi silang Rasio Bowen dan DMI mendapatkan hasil R sebesar 0.13 dengan lag 1 bulan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ENSO menjadi faktor yang memiliki efek besar terhadap evaporasi di Selat Makassar.
Analisis Pengaruh ENSO dan IOD Terhadap Evaporasi di Selat Makassar Menggunakan Metode Bowen Ratio Riza, Muhammad; Zetsaona Sihotang; Idris Mandang; Mustaid Yusuf
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 7 No 2 (2025): November
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/jrkt.v7i2.122

Abstract

Perpindahan panas global sangat penting untuk memahami mekanisme variabilitas iklim dalam skala global. Rasio Bowen dapat digunakan untuk menentukan fluks panas laten pada suatu permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi variabilitas evaporasi di Selat Makassar menggunakan metode bowen ratio dan kaitannya terhadap fenomena ENSO dan IOD dan Mengetahui durasi dari fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap perubahan evaporasi di Selat Makassar. Rasio Bowen dihitung dengan membagi nilai sensible heat flux dengan latent heat flux. Setelah mendapatkan nilai Rasio Bowen kemudian akan dicari cross-correlation diantara Rasio Bowen dan ONI (Ocean Nino Index) kemudian ditentukan berapa lama jeda waktu yang diperlukan untuk anomali di Samudera Pasifik berpengaruh ke Selat Makassar. Kemudian Cross-correlation dihitung kembali diantara Rasio Bowen dan DMI untuk melihat efek anomali di Samudera Hindia terhadap Selat Makassar. Data sensible heat flux dan latent heat flux didapatkan dari ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) dianalisis dari tahun 1990-2022 dan akan dirata-ratakan perbulannya. Didapatkan hasil penurunan Rasion Bowen dari tahun 1990-2022 yang mengindikasikan evaporasi yang semakin rendah. Klimatologi Rasio Bowen menunjukkan evaporasi mengalami 2 kali puncak di bulan April dan November dengan nilai Rasio Bowen berturut-turut 0,133 dan 0,14. Korelasi silang Rasio Bowen dan ONI menunjukkan hubungan yang kuat dimana nilai R sebesar 0.65 dengan lag 2 bulan. Sedangkan korelasi silang Rasio Bowen dan DMI mendapatkan hasil R sebesar 0.13 dengan lag 1 bulan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ENSO menjadi faktor yang memiliki efek besar terhadap evaporasi di Selat Makassar.