Ni Gusti Ayu Agung Nerawati
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EKSISTENSI PURA KAHYANGAN TIGA DI DESA ADAT PENARUKAN KECAMATAN KERAMBITAN KABUPATEN TABANAN Dewa Made Sudiarta; Ni Gusti Ayu Agung Nerawati
Pangkaja: Jurnal Agama Hindu Vol 26 No 1 (2023)
Publisher : UHN IGB Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/pjah.v26i1.2320

Abstract

The temple is a sacred place for Hindus to worship and connect with Ida Sang Hyang Widhi and all its manifestations. Pura Kahyangan Tiga Penarukan has its own uniqueness compared to other places where Pura Puseh, Pura Desa or Pura Bale Agung, Pura Dalem including Prajapati are all in one place (one place). The arrangement of pelinggih at Kahyangan Tiga Penarukan temple does not use Meru but Gedong. The choice of location in the formation of Kahyangan Tiga temple has natural features that exist in the traditional village of Penarukan. Kahyangan Tiga can be established in nature or place provided that he must find a place marked by three criteria namely the  presence of dwara nets, double motherland, the presence of favorable land. From the above phenomena, Pura Kahyangan Tiga Penarukan needs further research, and the type of research is qualitative with data collection methods, namely: observation, interviews, literature studies and documentation. While the results obtained are: 1) What is the structure of Pura Kahyangan Tiga 2) What  is the function of Pura Kahyangan Tiga  (3) The hidden philosophical meaning of the existence of Pura Kahyangan Tiga. According to the results of this study, the existence of Kahyangan Tiga temple in Penarukan  traditional village is not only limited to divine values, but also has other meanings because of the understanding of the community, customs and culture of Penarukan as a temple.  Pura Kahyangan Tiga in Penarukan traditional village has only one site (area). Pura Kahyangan Tiga has several functions, namely religious functions and the function of unifying people. The hidden meanings in Kahyangan Tiga temple  are moral, aesthetic and a sense of harmony. Kahyangan Tiga Temple  has a very important role for the Penarukan community.
PENGGUNAAN PALAKIWA DALAM UPACARA NGABEN DI DESA ADAT KULUB KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR I Made Restu Artama; Ni Gusti Ayu Agung Nerawati; Jro Ayu Ningrat
Pangkaja: Jurnal Agama Hindu Vol 27 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/pjah.v27i2.3868

Abstract

Dalam mewujudkan rasa bhakti memuja kebesaran Tuhan, masyarakat di Desa Adat Kulub Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, melakukan upacara pitra yadnya yang dimana di dalamnya terdapat rangkaian pelengkap upacara yang disebut dengan Palakiwa. Upacara ini diyakini sebagai salah satu wujud rasa bhakti serta pengorbanan suci yang ditunjukan kepada para leluhur sehingga para pertisentana kelak mendapatkan kebahagian serta dianggap tuntas membayar hutang kepada leluhur. Berdasarkan fenomena yang terdapat pada pelaksanaan upacara Pitra yadnya tersebut, sangat penting dilakukan suatu penelitian dengan judul “Penggunaan Palakiwa Dalam Upacara Ngaben Di Desa Adat Kulub Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar (Kajian Filsafat)”. Dalam penelitian ini mengangkat tiga permasalahan pokok yaitu : (1) Bagaimana proses penggunaan Palakiwa dalam upacara ngaben di Desa Adat Kulub, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar ?, (2) Apa fungsi penggunaan Palakiwa dalam upacara ngaben di desa Adat Kulub Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar ?, (3) Simbol apa yang terkandung dalam penggunaan Palakiwa pada saat upacara ngaben di Desa Adat Kulub, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penggunaan Palakiwa tersebut, kemudian untuk mengetahui fungsi dari penggunaan Palakiwa serta untuk mengetahui simbol makna apa yang terkandung di dalam pelaksanaan Palakiwa dalam upacara ngaben yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Adat Kulub, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskritif kualitatif yang dibantu dengan tiga jumlah teori yang meliputi: Teori religi, teori fungsional struktural, dan teori simbol. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, serta studi kepustakaan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode interpretative deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan (1) proses penggunaan Palakiwa merupakan salah satu rangkaian dari upacara ngaben yang sebagai salah satu cara untuk menghaturkan rasa bhakti terhadap leluhur. (2) Fungsi yang terdapat dalam penggunaan Palakiwa adalah fungsi religi, fungsi sosial, fungsi kemakmuran, keharmonisan dan keseimbangan. (3) makna yang terkandung dalam penggunaan Palakiwa yang dilakukan ialah makna estetika dan filsafat (tattwa).