Johnny Budiman
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Daerah penangkapan ikan dari kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Belang Dedy Suprianto; Emil Reppie; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 2: Desember 2012
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.2.2012.1301

Abstract

Skipjack (Katsuwonus pelamis) is a leading economic activity in the fisheries sector of the North Sulawesi, commonly captured by pole and line fishing gear. To improve the fishing efficiency with the gear, it is indispensible to know the distribution of fishing ground and fishing seasons. This study was aimed describing the pole and line fishing gear and its fishing process, mapping the position of skipjack fishing ground landed in Belang Coastal Fishing Port, and predicting the skipjack fishing season, by using a descriptive method. Primary data gained by interviews and direct measurement techniques to know the position of fishing ground during fishing operation, supported by secondary data. Position data of skipjack catches landed at Belang port was plot on the base map as a thematic map. Fishing season was analyzed by comparing the average monthly catches and average total catches for the given year. Fishing ground of pole and line based in Belang Coastal Fishing Port for the year 2012 was situated in Moluccas Sea at geographical position 0000’5.48’’ N - 1016’2.12’’ N and 124004’5.48’’ E - 126022’5.38’’ E. Fishing season occurred in April for the first phase, then from July to September for the second phase, where the second phase is larger and longer.
Komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar di perairan pantai Sario, Teluk Manado Markus Morin; Johnny Budiman; Aglius T.R. Telleng; Meta S. Sompie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 4: Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.4.2013.3570

Abstract

Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Sario, Teluk Manado menggunakan alat tangkap jaring insang dasar tetapsebanyak 3 unit dengan ukuran besar mata jaring 3, 4, dan 5,5 inci untuk melihat komposisi hasil tangkapan ikandemersal dengan menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus. Penelitian berlangsung sejakMei 2013 sampai dengan Agustus 2013. Hasil tangkapan jaring insang dengan ukuran mata jaring 3 inciberdasarkan jumlah tangkapan didominasi ikan swangi, beronang, ikan merah dan biji nangka, dan berdasarkanbobot tangkapan didominasi oleh gabus laut, pari, bambangan dan lencam; ukuran mata 4 inci didominasi pari, tunagigi anjing, kuwe dan rajungan, dan bobot tangkapan didominasi oleh ikan tuna gigi anjing, hiu, pari dan kuwe;ukuran mata 5.5 inci didominasi oleh jenis ikan tuna gigi anjing, pari, hiu dan kuwe, dan bobot tangkapandidominasi oleh tuna gigi anjing dan hiu. Korelasi antara ukuran mata jaring dengan rata-rata bobot tangkapan jaringinsang dasar sangat erat dengan nilai R2 = 0.99.
Komunitas ikan pada terumbu buatan untuk mendukung daerah penangkapan ikan alternatif di selat lembeh Kota Bitung Sulawesi Utara Junianti J. Soleman; Emil Reppie; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 5: Juni 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.5.2014.6032

Abstract

Terumbu buatan merupakan salah satu dari sekian banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi tekanan penangkapan ikan dan perusakan terumbu karang alami; melalui penciptaan daerah penangkapan ikan baru yang produktif. Namun informasi ilmiah seperti ini, khususnya pada ikan-ikan karang, belum banyak tersedia. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini mempelajari komunitas ikan pada terumbu buatan, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh, dan menilai apakah terumbu buatan yang telah dibangun dapat mendukung suatu daerah penangkapan ikan alternatif. Penelitian ini dilakukan di Selat Lembeh Kota Bitung; yang didasarkan pada metode deskriptif. Sembilan unit terumbu buatan dikonstruksi dalam bentuk balok berlubang dan disusun menyerupai piramid di dasar laut. Struktur komunitas ikan pada terumbu buatan diamati dengan menggunakan teknik underwater visual census (UVC) oleh dua orang SCUBA divers setiap minggu selama sebulan. Jumlah total ikan yang berasosiasi dengan terumbu buatan selama 4 kali pengamatan adalah 382 individu; terdiri dari14 famili, 18 genus dan 24 spesies. Kelimpahan spesies dinilai dengan indeks keragaman (2,57), indeks kekayaan (3,87) dan indeks keseimbangan (0,544), tergolong kriteria sedang. Ikan target yang teramati berasosiasi dengan habitat baru sebanyak 88%; hal ini menunjukkan bahwa terumbu buatan yang telah dibangun dapat mendukung daerah penangkapan ikan alternatif di perairan yang lebih dalam.
Kontribusi hasil perikanan laut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Ilhamsyah Ilhamsyah; Effendi P. Sitanggang; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6082

Abstract

Perairan laut Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat terletak pada 0o45’ LU-2o15’ LS dan 129o15’- 132o00’ BT, dengan luas laut 91,50% dari luas total wilayah (71.605,69 km2), yang kaya akan sumberdaya perikanan, serta perairannya cocok untuk budidaya laut seperti kerang mutiara. Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah salah satu indikator untuk menelaah struktur perekonomian suatu daerah. Dengan menggunakan metode survey, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi: (1) PDRB Raja Ampat terhadap PDRB Papua Barat, (2) PDRB Raja Ampat dari subsektor perikanan terhadap PDRB Papua Barat dari subsektor tersebut, dan (3) kontribusi perikanan laut terhadap PDRB Kabupaten Raja Ampat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dengan PDRB Migas, PDRB Raja Ampat berkontribusi 3,73% per tahun (ADHB) dan 4,99% per tahun (ADHK) terhadap PDRB Papua Barat selama periode 2009 - 2013; sedangkan tanpa PDRB Migas, PDRB Raja Ampat berkontribusi 3,87% per tahun (ADHB) dan 4,40% per tahun (ADHK) terhadap PDRB Papua Barat selama periode tersebut; (2) Dengan PDRB Migas, subsektor perikanan berkontribusi 23,02% per tahun (ADHB) dan 26,30% per tahun (ADHK) terhadap PDRB Kab. Raja Ampat selama periode tersebut; sementara tanpa PDRB Migas, kontribusi subsektor perikanan ini masing-masing 42,70% per tahun (ADHB) dan 49,71% per tahun (ADHK). Dengan dan tanpa PDRB Migas, subsektor perikanan Kab. Raja Ampat berkontribusi 14,45% per tahun (ADHB) dan 17,93% per tahun (ADHK) terhadap subsektor perikanan Papua Barat; dan (3) Kontribusi hasil laut terhadap PDRB subsektor perikanan Raja Ampat selama periode tersebut 0,55% per tahun dihitung (ADHB) dan 0,55% per tahun (ADHK). Untuk itu perlu lebih ditingkatkan jumlah perusahaan perikanan dan usaha perseorangan untuk meningkatkan nilai PAD dari subsektor perikanan dan (2) perlu penegakan hukum dan sanksi yang tegas terhadap penyalahgunaan perizinan bagi perusahaan budidaya mutiara maupun perorangan dalam bidang perikanan.
Analisis musim penangkapan ikan cakalang di perairan Kepala Burung Murniati Tilik; Johnny Budiman; Johny Wenno
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6086

Abstract

Pengetahuan mengenai pola musim penangkapan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan eksploitasi sumberdaya cakalang, terutama dalam menetapkan waktu yang tepat untuk meningkatkan intensitas penangkapan sekaligus menentukan waktu yang tepat pula untuk mengurangi intensitas penangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kecenderungan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) ikan cakalang setiap bulan, dan (2) menentukan pola musim penangkapan ikan cakalang di perairan Raja Ampat dengan pendekatan CPUE. Analisis pola musim penangkapan ikan menggunakan Metode Persentase Rata-rata (the Average Percentage Methods) yang didasarkan pada Analisis Runtun Waktu (Times Series Analysis). Jumlah kapal pole and line yang beroperasi di perairan Kepala Burung dan berpangkalan di Kota Sorong sampai dengan tahun 2014 berjumlah 31 buah. Dari hasil tangkapan dan jumlah trip setiap bulan, kemudian dihitung CPUE dan selanjutnya dilakukan analisis musim penangkapan. Indeks Musim (IM) yang lebih besar dari 100 terdapat pada bulan-bulan April, Mei dan September sampai dengan Desember. Jadi dalam satu tahun terjadi dua kali musim penangkapan dengan puncak pada bulan April dan pada bulan November, sedangkan puncak musim paceklik terjadi pada bulan Januari dan bulan Juli.
Distribusi tangkapan pada jaring insang cendro di perairan pantai bagian timur Kabupaten Kepulauan Kepulauan Sangihe Isrojaty J. Paransa; Aminadab Faam; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6087

Abstract

Ikan cendro (Tylosorus sp) termasuk salah satu sumberdaya ekonomis penting di Indonesia, yang menyebar di perairan Indonesia bagian Timur. Ikan ini termasuk ikan pelagis yang sulit ditangkap karena pergerakan sangat gesit, jarang tertangkap dengan jaring, umumnya tertangkap dengan pancing layang-layang.Namun, di Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya di Desa Simueng nelayan menangkap ikan ini dengan menggunakan jaring insang yang dikenal dengan soma sako atau soma solong. Berdasarkan 10 trip penangkapan, pada lembaran pertama yang tertangkap adalah adalah 1542  ekor (38,88 %) dan lembar kedua sebanyak 2424 ekor (38,30 %), sedangkan lembar jaring ketiga adalah 905 ekor (22,81 %),. Indikasi ini menunjukkan bahwa ikan berusaha meloloskan diri dari bagian bawah jaring sementara ikan jenis ini dikenal sebagai ikan yang bergerombol di dekat permukaan air. Sebaiknya ada penelitian lanjut mengenai lebar maksimal jaring dalam keadaan tertata saat dioperasikan berdasarkan lembaran jaring.
Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku K Karyanto; Emil Reppie; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6960

Abstract

Pancing ulur tuna telah digunakan secara luas oleh nelayan di Laut Sulawesi dan sekitarnya untuk menangkap ikan pelagis besar dengan kapal-kapal ukuran kecil. Walaupun konstruksinya telah berkembang sejak lama, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan selektivitasnya. Keberhasilan penangkapan tuna hand line, di samping dipengaruhi oleh umpan, juga dipengaruhi oleh teknik pengoperasian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di perairan Maluku. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2014 dengan menggunakan KM. Coelacanth dan KM. Melati 27, masing-masing sebanyak 6 trim. Dua teknik pengoperasian tuna hand line yang berbeda adalah 1. umpan alami pemberat batu dan tinta cumi (KM. Coelacanth), 2. umpan alami dengan kantong hambur (KM Melati 27). Hasil tangkapan KM. Coelacanth sebanyak 111 ekor madidihang (Thunnus albacares), 28 ekor tuna mata besar (Thunnus obesus), 14 ekor marlin (Makaira sp.), dan 8 ekor layaran (Istiophorus sp). Hasil tangkapan KM. Melati 27: 101 ekor madidihang dan 9 ekor tuna mata besar. Hasil analisis uji t terhadap jumlah tangkapan menunjukkan bahwa penggunaan umpan alami berpemberat batu dan tinta cumi tidak berbeda nyata dengan hasil tangkapan menggunakan umpan alami kantong hambur.
Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon Onan Falen Dimara; Johnny Budiman; Cornelis F.T. Mandey
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2: Edisi Khusus: Januari 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.0.2015.6964

Abstract

Ikan selar (Selaroides sp) merupakan salah satu sumberdaya perikanan pelagis kecil yang potensial di perairan toritorial Indonesia. Sumberdaya tersebut tersebar pada delapan daerah penangkapan, yaitu Selat Malaka , Laut Jawa dan Selat Sunda, Samudera Hindia, Selat Makasar , Laut Pasifik, Teluk Tomini, Laut Banda , dan Laut Arafura (Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut ,1998). Ikan selar/ikan malalugis putih adalah komoditi ekspor yang penting sejak tahun 1993. Salah satu tingkah laku ikan yang bermanfaat dalam pengembangan dan perbaikan metode penangkapan dengan jaring insang ”soma darape” adalah tingkat distribusi tertangkapnya ikan pada alat tangkap soma darape di rumpon. Dengan pengetahuan ini, setidaknya berbagai kendala dalam penentuan desain dan teknis operasi alat tangkap dapat diatasi. Soma darape atau jaring insang permukaan yang ada di Kelurahan Malalayang Satu Timur kecamatan Malalayang Kota Manado dioperasikan di sekitar rumpon dengan cara menghadang ikan yang keluar dari soma pajeko (purse seine). Dalam operasi penangkapan soma darape di lakukan oleh 1–2 orang nelayan.
Komposisi hasil tangkapan soma darape di perairan pantai Desa Bajo Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan Jersey R. Cumentas; Lefrand Manoppo; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 3: Juni 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.3.2016.11448

Abstract

ABSTRACT Soma darape is a traditional net fishing gear that still operated in Amurang Bay because of simple in construction, relatively inexpensive, and easy to operate using a small boat. The operation, however, sometimes is done in damaging ways to fish resources and the environment. Therefore, this research aims to study the species and composition of catches of soma darape, as well as assessing the legal size of catches. This research was done in coastal waters near mangrove of Bajo Village, Tatapaan District, South Minahasa Regency in June 2015; based on descriptive method. The catch consisted of 19 species, and the predominant species (≥ 20) were Scatophagus argus (42), Tylosurus crocodiles (33), Carangoides ferdau (27), Scylla serrata (26), Leiognathus smithursti (21) and Terapon jarbua (20). There were 6 species that have a legal size, namely Terapon jarbua (1), Scatophagus argus (18), Siganus canaliculatus (3), Lutjanus fulvus (5), Sillago analysts (16) and Scylla serrata (1). Of the total catch, only 17.89% was legal size and 82.11% was not legal size. Keywords: soma darape, gill net, catch composition, Amurang Bay   ABSTRAK Soma darape merupakan alat tangkap jaring tradisional yang masih dioperasikan di Teluk Amurang karena konstruksinya sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan dengan perahu ukuran kecil. Tetapi kadang-kadang pengoperasiannya dilakukan dengan cara-cara yang bersifat merusak sumberdaya ikan dan lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mempelajari jenis dan komposisi hasil tangkapan soma darape; serta menilai ukuran legal hasil tangkapan. Penelitian ini dilakukan di perairan pantai dekat mangrove Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan pada bulan Juni 2015; yang didasarkan pada metode deskriptif. Hasil tangkapan terdiri dari 19 spesies, dan spesies yang dominan (≥ 20 ekor) secara berturut-turut adalah ikan Scatophagus argus (42 ekor), Tylosurus crocodiles (33 ekor), Carangoides ferdau (27 ekor), Scylla serrata (26 ekor), Leiognathus smithursti (21 ekor) dan Terapon jarbua (20 ekor). Hanya 6 spesies yang memiliki ukuran legal tangkap, yaitu Terapon Jarbua (1 ekor), Scatophagus argus (18 ekor), Siganus canaliculatus (3 ekor), Lutjanus fulvus (5 ekor), Sillago analis (16 ekor) dan Scylla serrata (1 ekor). Secara total hasil tangkapan, hanya 17,89% yang layak tangkap dan 82,11% tidak layak tangkap. Kata-kata kunci: soma darape, jaring insang, komposisi tangkapan, Teluk Amurang