p-Index From 2020 - 2025
2.036
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Artesis
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KAJIAN FASILITAS PEDESTRIAN PADA JALAN SILIWANGI, KOTA TANGERANG SELATAN Jaya Satria Asmara; Irfan Ihsani; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 1 No 2 (2021): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v1i2.3216

Abstract

Suatu kota selalu mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan berkembangnya sarana dan prasarana kota tersebut. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berakibat pada peningkatan mobilitas masyarakat. Pergerakan utama manusia adalah dengan berjalan kaki, sehingga sewajarnya fasilitas untuk pejalan kaki menjadi prioritas utama dalam pembentukan sistem transportasi kota. Pada kenyataannya fasilitas pedestrian justru tidak diperhatikan keadaannya, salah satunya adalah pada koridor Jalan Siliwangi di Kota Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi fisik fasilitas pedestrian yang dilakukan dengan tiga metode, yaitu meninjau fasilitas pedestrian di lapangan dan membandingkannya dengan ketentuan teknis yang berlaku, menggunakan analisis walkability index (WI), dan terakhir menganalisis tingkat persepsi masyarakat mengenai kepuasan dan kepentingan fasilitas pedestrian dengan customer satisfactory index(CSI) dan importance-perfomance analysis(IPA). Berdasarkan pengamatan langsung, fasilitas pedestrian di sepanjang jalan yang terdapat trotoar hanya 1,6 km dari total panjang jalan 2,6 km, dengan lebar jalur di antara 80- 120 cm serta tidak adanya fasilitas penyeberangan, secara hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Permen PU No 03 Tahun 2014 dan No 14 Tahun 2017. Pada penilaian WI sendiri, nilai yang diperoleh sebesar 53,05 dan termasuk kategori kuning, yang berarti cukup baik untuk berjalan. Namun, berdasarkan tingkat persepsi, nilai kepuasan masyarakat hanya sebesar 49,69%, menunjukan masyarakat kurang puas terhadap fasilitas pedestrian. Berdasarkan tiga analisis tersebut, ketersediaan fasilitas penyeberangan menjadi poin yang perlu diperhatikan, selain karena tidak memenuhi ketentuan, mayoritas masyarakat juga sangat tidak puas dalam menilai fasilitas penyeberangan dan keamanan dalam menyeberang, sehingga perlu menjadi prioritas perbaikan dan peningkatannya
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT Prima Jiwa Osly; Fathia Robiyatul Adawiyah; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 1 No 2 (2021): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v1i2.3218

Abstract

Pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan yang menyesuaikan antara kepentingan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berlangsung secara terus menerus dan konsisten dengan cara menjaga kualitas hidup, yang berjalan bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan lingkungan. Kota Administrasi Jakarta Pusat merupakan salah satu wilayah yang peningkatan jumlah penduduknya bertambah dengan cukup pesat. Faktor lainnya adalah karena secara geografis Jakarta Pusat berada di tengah Ibukota Jakarta. Yang akan semakin banyak perkembangan serta pembangunan infrastruktur seperti perkantoran, apartment ataupun ruko yang dapat mengakibatkan semakin berkurangnya RTH yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air karena adanya alih fungsi lahan, dari yang sebelumnya terbuka alami menjadi terbangun. Tujuan dari penelitian ini dilakukan guna mengetahui besaran kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen serta ingin mengetahui preferensi masyarkat mengenai kebutuhan dan pengadaan RTH di Jakarta Pusat. Dengan analisis yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan RTH berdasarkan oksigen dengan metode Gerakis, 1974 yang dikembangkan Wijayanti,2003. Dan analisis yang digunakan untuk mengetahui preferensi masyarakat adalah dengan analytical hierarchy process (AHP). Berdasarkan hasil analisis dengan memproyeksikan 10 tahun kedepan 2021-2031, kebutuhan RTH di Jakarta Pusat belum memenuhi 30% dari luas kota. Luas RTH berdasarkan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan pada tahun 2021 seluas 2368,89 hektar, sedangkan luas RTH yang tersedia baru 905,180 hektar atau sekitar 18,81%. Dan perlu menambahkan RTH seluas 538,72 hektar atau 11,19% untuk mencapai 30% minimal perwujudan RTH. Berdasarkan preferensi mengenai pengembangan RTH di Kota Jakarta Pusat, aspek lingkungan mendominasi dengan 65,47% jika dibandingkan dengan aspek lainnya. Dengan memprioritaskan pembangunan penghijauan yang ditunjang dengan kriteria manfaat RTH dan pemanfaatan ruang.
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA MUTU DAN WAKTU ANTARA METODE PRECAST DAN CAST IN SITU PADA PEKERJAAN SALURAN Simon Refor; Azaria Andreas; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 2 No 1 (2022): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v2i1.3760

Abstract

Drainase merupakan hal yang penting pada suatu bangunan konstruksi karena berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air dan atau bangunan resapan sehingga tidak terjadi genangan pada bangunan konstruksi. Pada pekerjaan saluran terdapat dua metode yang biasa digunakan pada proyek konstruksi yaitu metode precast dan cast in situ. Proyek konstruksi sudah terbiasa dengan metode precast karena keuntungan yang diberikan berupa waktu pekerjaannya tidak lama. Beberapa proyek konstruksi menggunakan metode cast in situ pada pekerjaan saluran karena biaya yang di keluarkan cukup murah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan metode precast dan cast in situ pada pekerjaan saluran dari segi biaya waktu dan mutu serta memberikan saran metode yang efektif untuk diterapkan pada pekerjaan saluran. Data primer berupa informasi dari pekerja di proyek dan data sekunder berupa denah saluran serta schedule proyek. Dari data tersebut dilakukan analisis untuk mendapatkan jumlah biaya, durasi pekerjaan serta pengendalian mutu terhadap dua metode tersebut. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pekerjaan saluran menggunakan metode cast in situ biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 392.035.000 dengan durasi pekerjaan 480 hari dan perlunya pengawasan lebih dalam pengendalian mutu karena proses setiap pekerjaan dilakukan di proyek. Sedangkan hasil analisis pekerjaan saluran menggunakan metode precast biaya yang dikeluarkan Rp. 796.152.000 dengan durasi pekerjaan 140 hari dan pengendalian mutu yang lebih sederhana karena proses fabrikasi dilakukan di pabrik.
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN DI KOTA BOGOR Prima Jiwa Osly; Indah Mardiana; Nuryani Tinumbia; Irfan Ihsani
Jurnal ARTESIS Vol 2 No 1 (2022): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v2i1.3763

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk di Kota Bogor menyebabkan kebutuhan ruang terbangun dari tahun ke tahun semakin meningkat, sehingga hal ini berimbas pada penurunan luas ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bogor setiap tahunnya. Proporsi penyediaan RTH sesuai UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada wilayah perkotaan yaitu 30% dari luas wilayah kota. Kota Bogor memiliki luas wilayah ± 11.850 ha sehingga dibutuhkan 3.555 ha yang terdiri dari 20 % RTH publik ± 2.370 ha dan 10 % RTH privat yaitu ±1.185 ha. Pada tahun mendatang, untuk menghindari perubahan dari ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun yang semakin meningkat, dibutuhkan luasan RTH yang diprioritaskan untuk dipertahankan dengan pemenuhan RTH berdasarkan kebutuhan lainnya. Perhitungan ku6i jebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen dilakukan dengan menggunakan metode Gerarkis 1974 yang dikembangkan oleh Wisesa pada tahun1988 dan dikembangkan kembali oleh Wijayanti pada tahun 2003. Metode analytical hierarchy process (AHP) digunakan sebagai penilaian preferensi masyarakat dalam pertimbangan pengembangan RTH di Kota Bogor, dan alat bantuan analisis yang digunakan yaitu software ArcGIS dan expert choice V.11. Proyeksi jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2031 adalah 1.178.795 jiwa dan proyeksi kebutuhan RTH-nya seluas 12.809 ha. Dengan luas ruang terbuka hijau eksisting sebesar 2,031 ha, untuk memenuhi syarat minimum 30% ruang terbuka hijau di perkotaan Kota Bogor memerlukan sekitar 1,523 ha atau sekitar 12,86% penambahan ruang terbuka hijau.
PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN PENGISI (FILLER) FLY ASH TERHADAP CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS AUS (ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE/AC-WC) Ahmad Uwwes Al Qurny; Imam Hagni Puspito; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 2 No 1 (2022): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v2i1.3766

Abstract

Penelitian ini menitikberatkan pada penambahan bahan pengisi (filler) yang didapatkan dari hasil pembakaran batu bara (abu terbang) pada PLTU Suralaya, Merak - Banten yang ditambahkan pada campuran agregat. Abu terbang batu bara merupakan limbah B3 menurut BAPEDAL maka dari itu untuk menanganinya digunakanlah sebagai bahan penambah pada penelitian aspal. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi dampak dari limbah pembakaran batu bara terhadap lingkungan. Penambahan bahan pengisi berupa abu terbang diharapkan menambah daya tahan lapis beton aspal yang disebabkan oleh cuaca atau beban kendaraan yang melintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai karakteristik Marshall pada campuran beton aspal dengan menggunakan filler abu terbang batu bara. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu dengan suatu percobaan untuk mendapatkan hasil, dengan demikian akan terlihat pemanfaatan filler abu terbang batu bara pada konstruksi beton aspal dengan variasi kadar filler 1%, 1,5%, dan 2% terhadap total campuran, kadar filler yang digunakan merupakan kadar filler yang telah ditentukan oleh Bina Marga (minimal 1% dan maksimal 2%). Penilitian dilakukan dengan membandingkan antara nilai dari karakteristik marshall campuran aspal normal dengan nilai karakteristik marshall dengan campuran aspal dengan penambahan abu terbang. Nilai karakeristik marshall untuk campuran aspal normal (KAO = 6,65%), campuran aspal dengan fly ash 1% (KAO = 4,90%), campuran aspal dengan fly ash 1,5% (KAO = 6,90%), campuran aspal dengan fly ash 2% (KAO = 6,90%) berturut-turut adalah : VIM(4,40%; 4,90%; 4,88% dan 4,90%), VMA(17,20%; 18,50%; 18% dan 18,20%), VFB(74%; 73%; 73,95 dan 73%), Stabilitas(1030 Kg; 1225 Kg; 1310 Kg dan 1430 Kg), Flow(3,40 mm; 2,90 mm; 3,20 mm dan 3,35 mm), MQ(308 Kg; 420 Kg; 410 Kg dan 430 Kg). Dari hasil karakteristik marshall pada kadar aspal optimum (KAO) mulai dari campuran aspal normal dan campuran aspal dengan penambahan fly ash seluruhnya memasuki spesifikasi yang telah ditentukan oleh Bina Marga 2010 Revisi III, maka penggunaan abu terbang batu bara dapat digunakan sebagai bahan pengisi untuk campuran laston lapis aus.
ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN LALU LINTAS PADA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DENGAN METODE TRAFFIC CONFLICT TECHNIQUE (TCT) Dienda Sabrina; Nuryani Tinumbia; Irfan Ihsani
Jurnal ARTESIS Vol 2 No 2 (2022): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v2i2.4292

Abstract

Pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas sangat diperlukan agar angka kecelakaan lalu lintas di indonesia rendah. Salah satu lokasi penyebab terjadinya kecelakaan di Kota Depok ini terletak pada simpang tiga tidak bersinyal yang berada di Jalan Raya Tanah Baru - Jalan Raya Sawangan. Area persimpangan ini merupakan kawasan permukiman, kawasan pendidikan dan kawasan komersial yang memiliki arus tinggi pada saat jam tertentu karena lokasi persimpangan ini cukup strategis sehingga membutuhkan peningkatan keselamatan lalu lintas. Traffic Conflict Technique (TCT) merupakan suatu metode yang di desain untuk mengobservasi data kecelakaan yang hampir terjadi serta melihat jenis kecelakaan. Penelitian menggunakan survei manual counting yang dibantu dengan perekaman dari kamera Drone. Time to Accident (TA) adalah waktu yang tersisa sejak tindakan mengelak (evasive) dilakukan hingga pada saat terjadinya tabrakan jika pengguna jalan tidak merubah kecepatan kendaraannya serta tidak mengubah arah laju kendaraannya. Nilai TA dihitung berdasarkan perkiraan jarak (d) dan kecepatan kendaraan (v) yang diperoleh dari hasil survei. Setelah dilakukan penelitian, lokasi tersebut berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan. Dari hasil penelitian, dalam waktu 1 jam terdapat 10 konflik dimana ada 8 konflik berpotongan dan 2 konflik bergabung. Semua konflik yang terjadi masuk kedalam klasifikasi serious conflict. Kendaraan bermotor merupakan jenis kendaraan yang menyebabkan sering terjadinya konflik. Hasil yang diharapkan dari metode ini yaitu menuju “zero accident” dan dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan para pengguna jalan. Rambu lalu lintas dan marka jalan yang lengkap sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan yang melewati persimpangan tersebut, selain itu juga kesadaran masyarakat harus ditingkatkan demi terciptanya keselamatan bagi pengendara.
EVALUASI FASILITAS PEDESTRIAN Rafly Tirta Putra; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 2 No 2 (2022): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v2i2.4305

Abstract

Kemacetan merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat masyarakat untuk berjalan kaki dikarenakan fasilitasnya yang masih kurang memadai. Jalan Margonda Raya yang disana terletak pusat perkantoran, mall, perkantoran, dan pertokoan yang saling berdekatan dan mudah dijangkau oleh pejalan kaki. Selain itu sering terjadi kemacetan di sepanjang jalan ini. Berjalan kaki seharusnya menjadi solusi, namun fasilitas yang disediakan nampaknya masih kurang memadai. Perlu dilakukannya evaluasi fasilitas pedestrian di jalan ini yang menjadi tujuan penulisan ini, dan memberikan solusi terbaik agar para pengguna fasilitas pejalan kaki merasa nyaman dan menaikkan minat masyarakat untuk berjalan kaki. Penilaian Indeks Walkability dibutuhkan untuk mengetahui penilaian fasilitas pejalan kaki di sepanjang jalan Margonda Raya. Penilaian dilakukan dengan membagi segmen jalan sebanyak 27 segmen yang pembagiannya berdasarkan jalur keluar-masuk kendaraan dan jenis infrastruktur. Pembagian segmen ini bertujuan untuk memudahkan penelitian. Hasil yang didapatkan adalah 68,77. Penilaian parameter tentang infrastruktur penunjang kelompok penyandang disabilitas mendapatkan skor yang paling kecil yaitu 34% dan juga fasilitas pendukung dengan skor 46%. Berdasarkan hasil wawancara 30 responden tentang indeks kepuasan perihal fasilitas pejalan kaki di Jalan Margonda, para responden masih belum puas tentang parameter infrastruktur penunjang kelompok disabilitas dan mendapat skor indeks sebesar 34%, yang berarti responden menilai parameter tersebut masih buruk. Hal tersebut bisa menjadi perhatian instansi terkait untuk dilakukan perbaikan. Namun responden sudah sangat puas dengan ketersediaan jalur pejalan kaki dengan memperhatikan pemeliharaan dan kebersihannya dan mendapat skor indeks sebesar 83,33.
ANALISIS KINERJA FASILITAS PEDESTRIAN DALAM MENDUKUNG INTEGRASI ANTARMODA ANGKUTAN UMUM DI PERKOTAAN Nur Annaz; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 3 No 1 (2023): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v3i1.5018

Abstract

Pedestrian merupakan salah satu moda yang digunakan dalam pengembangan transportasi antarmoda, terutama dalam pergerakan penumpang saat melakukan perpindahan moda. Permasalahan dalam praktik perpindahan moda inilah yang sering diabaikan dan tanpa sadar berdampak besar terhadap kegagalan pelayanan angkutan umum. Menganalisis jalur pedestrian dapat digunakan untuk peningkatan transportasi antarmoda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja jalur pedestrian khususnya di salah satu kawasan yang memiliki pelayanan transportasi antarmoda di Kota Jakarta Timur yaitu Rawamangun. Metode analisis yang digunakan terdiri dari 5 perhitungan yaitu menghitung arus pedestrian, kecepatan pedestrian, kepadatan pedestrian, ruang pedestrian, dan menghitung tingkat pelayanan pedestrian berdasarkan Highway Capacity Manual 2000, serta identifikasi kondisi walkability berdasarkan Global Walkability Index yang termodifikasi. Berdasarkan hasil analisis, kinerja fasilitas pedestrian di Jl. Paus, Rawamangun layak dijadikan sebagai moda perpindahan penumpang dalam mendukung transportasi antarmoda angkutan umum. Karakteristik pedestrian pada waktu puncak diketahui arus (flow) dengan nilai 4,79 pedestrian/mnt/m, kecepatan (speed) dengan nilai 49,44 m/mnt, kepadatan (density) dengan nilai 0,108 pedestrian/m² dan ruang (space) dengan nilai 9,296 m²/pedestrian. Tingkat pelayanan jalur pedestrian berada di Level of Service A dan Indeks Walkability memiliki skor sebesar 51,64.
ANALISIS HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN PADA RUAS JALAN CIAWI - PUNCAK Rayvaldy; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 3 No 2 (2023): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v3i2.5933

Abstract

Jalan Ciawi-Puncak termasuk kedalam kategori jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur, Pada Jalan Ciawi-Puncak ini terkenal dengan banyaknya wisata yang menjadi destinasi andalan bagi masyarakat jabodetabek selain itu jalur ini setiap tahunnya menjadi jalur mudik lebaran, sehingga jalur ini merupakan jalur yang cukup padat serta sering terjadi kemacetan lalu lintas. Peyebab yang turut memperburuk kondisi lalu lintas salah satunya adalah masalah hambatan samping. Hambatan samping merupakan dampak dari kinerja lalu lintas akibat aktifitas samping segmen jalan seperti kendaraan parkir/kendaraan berhenti di bahu jalan, pejalan kaki menyebrang/pejalan kaki yang tidak berjalan pada trotoar, kendaraan keluar masuk dari sisi jalan/menlintas, dan kendaraan lambat seperti sepeda atau becak. Penelitian ini dilakukan di Jalan Ciawi-Puncak dimana ruas jalan ini memiliki tipe jalan 2/2 UD. Menurut analisa hasil perhitungan dengan metode MKJI 1997 nilai volume lalu lintas maksimum yang didapatkan untuk kedua arah yaitu senilai 3592,4 smp/jam dengan kapasitas jalan senilai 2714,4 smp/jam. Maka kedua arah lalu lintas mempunyai nilai derajat kejenuhan senilai 1,323. Melainkan, ruas ini memiliki tingkat pelayanan F. Analisis hambatan samping yang dilakukan memperoleh hasil hambatan samping tertinggi sebesar 576 dengan nilai kelas hambatan samping High (H). Solusi penangan yang dapat dilakukan untuk mengurangi hambatan samping di ruas jalan tersebut yaitu dengan penambahan rambu lalu lintas dilarang berhenti, membuat trotoar untuk aktivitas pejalan kaki, dan menambah tempat khusus naik turunya penumpang angkutan.
Analisis Kinerja Operasional Angkutan Kota di Kota Bekasi Dinda Fahira; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 4 No 1 (2024): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v4i1.6785

Abstract

Angkutan umum merupakan transportasi darat yang digunakan untuk masyarakat dalam memberikan pelayanan dengan kenyamanan, lebih mudah dan aman untuk pengguna transportasi umum saat melakukan operasi perjalanan. Banyak permasalahan angkutan kota di Kota Bekasi antara lain peningkatannya jumlah kendaraan pribadi dan banyaknya kendaraan penumpang yang melebihi kapasitas yang menyebabkan angkutan kota tidak lagi pilihan utama untuk melakukan kegiatan perpindahan transportasi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja angkutan kota trayek 02 dan mengetahui rencana pengembangan pada trayek 02 rute Terminal Bekasi – Pondok Gede. Penelitian ini dimulai dengan melakukan observasi dan mengumpulkan data di lapangan seperti load factor dinamis dan statis, frekuensi, headway, waktu perjalanan, waktu pelayanan, kecepatan Perjalanan, ketersediaan angkutan dan jumlah penumpang. Berdasarkan hasil analisis dibandingkan dengan menggunakan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur. Hasil analisis kinerja angkutan kota trayek 02 rute Terminal Bekasi – Pondok Gede berdasarkan mendapatkan rata-rata faktor muat dinamis sebesar 40,83%, jumlah penumpang hanya 160 penumpang dalam 1 hari, waktu perjalanan sebesar 5.4 menit/km, waktu pelayanan pada trayek 02 masih kurang yaitu sebesar 9 jam 35 menit, pada kecepatan perjalanan sebesar 13.66 km/jam, faktor muat statis sebesar 13.06%, frekuensi kendaraan per jam sebesar 17 kend/jam, headway kendaraan sebesar 3.64 menit dan ketersediaan angkutan pada 1 hari sebesar 57.18%. Hal ini masih perlu di tingkatkan kinerja angkutan kota trayek 02 rute Terminal Bekasi – Pondok Gede.