Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERSEPSI TOKOH KEAGAMAAN DI KABUPATEN SLEMAN TENTANG RENCANA PENCATATAN NIKAH SEMUA AGAMA DI KANTOR URUSAN AGAMA Muhammad Malik Nahar; Muhammad Falah Dhiyaulhaq; Krismono
At-Thullab : Jurnal Mahasiswa Studi Islam Vol. 6 No. 2 (2024): Ahwal Syakhsiyah, Pendidikan Agama Islam, Ekonomi Islam
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/tullab.vol6.iss2.art2

Abstract

Artikel ini membahas kontroversi seputar usulan pencatatan perkawinan semua agama di Kantor Urusan Agama (KUA) dan dampaknya terhadap kerukunan antarumat beragama. Pertanyaan utama yang dibahas adalah bagaimana pandangan tokoh agama terhadap kebijakan ini dan implikasinya terhadap kerukunan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami respons, perbedaan pendapat antar tokoh agama di Kabupaten Sleman tentang pencatatan perkawinan semua agama di KUA, serta implikasinya di masa depan. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, penelitian menggunakan metode wawancara dengan tokoh agama di Kabupaten Sleman. Hasilnya menunjukkan perbedaan pendapat di antara tokoh agama dengan beberapa mendukung kebijakan ini sebagai langkah menuju inklusivitas dan kesetaraan, sementara yang lain mengkhawatirkan potensi kerumitan administratif dan konflik sosial yang mungkin timbul. Implikasi dari kebijakan ini menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif dan sensitif terhadap kebutuhan semua komunitas agama untuk memastikan bahwa kebijakan ini dapat memperkuat kerukunan antarumat beragama tanpa menimbulkan konflik baru
HIJRAH SALAFI: REKONFIGURASI IDENTITAS KEAGAMAAN DI LINGKUNGAN AKADEMIK PERKOTAAN (STUDI KASUS POGUNG, YOGYAKARTA Muhammad Alfian; Muhammad Malik Nahar; Nabila Mumtazah Priyatna; Krismono
At-Thullab : Jurnal Mahasiswa Studi Islam Vol. 6 No. 2 (2024): Ahwal Syakhsiyah, Pendidikan Agama Islam, Ekonomi Islam
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/tullab.vol6.iss2.art7

Abstract

Hijrah Salafi telah menjadi fenomena yang signifikan di kalangan masyarakat perkotaan Indonesia, termasuk di lingkungan akademik perkotaan. Artikel ini membahas fenomena hijrah Salafi di desa Pogung, Yogyakarta, yang merupakan wilayah perbatasan antara ruang akademik dan masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses penerimaan, motivasi, dan rekonfigurasi identitas keagamaan, serta dampaknya terhadap dinamika sosial dan keagamaan di lingkungan Pogung. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus, penelitian ini mengungkap bagaimana gerakan Salafi berinteraksi dengan lingkungan akademik yang jamak, bagaimana individu dan kelompok dalam komunitas ini merekonstruksi identitas keagamaannya, serta peran media sosial dan jaringan komunitas dalam penyebaran dakwah Salafi. Temuan menarik interaksi interaksi gerakan Salafi dengan lingkungan akademik yang jamak, sambil mengeksplorasi rekonsiliasi identitas keagamaan baru dengan lingkungan sosial mereka. Melalui analisis media sosial dan jaringan komunitas, penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika identitas keagamaan di Indonesia, terutama terkait pengaruh gerakan keagamaan konservatif di perguruan tinggi.
PUTUSAN HAKIM PADA PERKARA WALI ‘ADHAL KARENA TIDAK SEKUFU PADA ADAT PERKAWINAN PAMEKASAN Maftuh Hidayatullah; Asyrof, Muhammad Najib; Krismono
al-Mawarid Jurnal Syariah dan Hukum (JSYH) Vol. 5 No. 1 (2023): al-Mawarid Jurnal Syariah dan Hukum (JSYH)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/mawarid.vol5.iss1.art3

Abstract

Ada kalanya faktor ekonomi tidak sekufu seperti belum mempunyai pekerjaan tetap dan tidak sederajat dengan keluarga besar menjadi salah satu penyebab ‘adhal nya wali. Menanggapi sikap wali tersebut, calon mempelai perempuan dapat mengajukan permohonan wali ‘adhal ke Pengadilan Agama setempat yaitu PA Pamekasan dan uniknya sebagian besar dikabulkan oleh Hakim. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah interelasi antara eksistensi adat perkawinan dan urgensi kafā’ah pada masyarakat Pamekasn dengan pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Pamekasan terhadap perkara wali ‘adhal karena faktor ekonomi tidak sekufu. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang objeknya adalah tokoh masyarakat dan Hakim Pengadilan Agama Pamekasan. Pendekatan yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Sedangkan metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi dan urgensi kafā’ah di Pamekasan terbagi menjadi dua kategori. Yakni, pertama; mayoritas masyarakat perkotaan menempatkan ekonomi sebagai kriteria utama kafaah dan kedua; masyarakat pedesaan yang tidak mempersoalkan tradisi tersebut. Meski demikian, karakteristik masyarakat yang sudah menjadi tradisi itu tidak dibenarkan oleh hukum agama maupun hukum positif. Landasan hukum yang digunakan Hakim yaitu keterangan, alasan, bukti-bukti yang diajukan dalam proses persidangan serta menimbang dari sisi sosiologis dan psikologis. Selain itu, Hakim berpatokan terhadap apa yang tertuang dalam KHI, hukum normatif, dan positif. There are times when economic factors are not as strong as they do not have a permanent job and are not on the same level as a large family to be one of the causes of the guardian's adhal. Responding to the guardian's attitude, the prospective bride can apply for a guardian 'adhal to the local Religious Court, namely PA Pamekasan, and uniquely, most of it is granted by the judge. This study was conducted to determine whether there is an interrelation between the existence of customary marriages and the urgency of kafā'ah in the Pamekasn community with the consideration of the Pamekasan Religious Court Judges on the wali 'adhal case because economic factors are not equivalent. This type of research is field research whose objects are community leaders and Pamekasan Religious Court Judges. The approach used is sociological juridical. While the research method in this thesis uses qualitative methods. The results of this study indicate that the existence and urgency of kafā'ah in Pamekasan are divided into two categories. Namely, first; the majority of urban communities place the economy as the main criterion of kafā’ah, and second; rural communities do not question the tradition. However, the characteristics of society that have become traditions are not justified by religious law or positive law. The legal basis used by the judge is information, reasons, and evidence presented in the trial process and considering it from a sociological and psychological perspective. In addition, judges are based on what is contained in the KHI, normative and positive law.
ANALYSIS OF THE MARRIAGE IS SCARY PHENOMENON AMONG GENERATION Z: A PERSPECTIVE OF ISLAMIC LAW SOCIOLOGY Krismono; Dwi Oktaviani
Sahaja: Journal Sharia and Humanities Vol. 4 No. 1 (2025): Sahaja: Journal Sharia and Humanities
Publisher : Universitas Darunnajah Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61159/sahaja.v4i1.403

Abstract

Fenomena Marriage is Scary di kalangan Generasi Z semakin marak dan mencerminkan perubahan persepsi serta sikap terhadap pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana komentar di media sosial, khususnya TikTok, mencerminkan persepsi Generasi Z terhadap pernikahan dalam konteks fenomena ini. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis, sebanyak 63 komentar dikumpulkan dari unggahan TikTok yang membahas tren Marriage is Scary antara November 2024 hingga Januari 2025. Hasil analisis mengidentifikasi lima tema utama: ketakutan terhadap pasangan, ketidakpastian masa depan, konflik dalam rumah tangga, ketakutan finansial, dan pengaruh media sosial. Ketakutan terhadap pasangan menjadi kategori paling dominan, dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan eksposur terhadap narasi negatif mengenai kekerasan dalam rumah tangga serta kegagalan pernikahan. Faktor ekonomi dan ketidakstabilan finansial juga berkontribusi terhadap keputusan Generasi Z untuk menunda pernikahan, sementara ekspektasi sosial dan konflik rumah tangga semakin memperkuat skeptisisme terhadap institusi pernikahan. Dari perspektif sosiologi hukum Islam, fenomena ini mencerminkan tantangan dalam mengharmonisasikan norma hukum Islam dengan realitas sosial yang terus berubah. Hukum Islam menekankan keseimbangan dalam hubungan suami-istri, namun dalam praktiknya masih dipengaruhi oleh ekspektasi budaya patriarki yang menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi perempuan. Studi ini menyoroti perlunya edukasi pranikah yang lebih inklusif, tidak hanya berfokus pada aspek normatif tetapi juga mempertimbangkan realitas sosial dan psikologis generasi muda. Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi pengaruh pendidikan agama, kebijakan negara, dan peran keluarga dalam membentuk persepsi pernikahan, serta mengembangkan strategi hukum Islam yang lebih adaptif terhadap perubahan sosial.
Kiai Kampung, Reformasi Islam, dan Perubahan Sosial di Pegunungan Jawa Masa Orde Baru Krismono
ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab Vol. 1 No. 2 (2020): September 2020
Publisher : Direktorat Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kiai umumnya diartikan sebagai predikat yang disematkan oleh masyarakat karena kompetensinya di bidang ilmu agama melampaui manusia biasa, memiliki pesantren, dan mengajarkan ilmunya kepada para murid-muridnya. Namun, konvergensi sosial-politik pada masa Orde Baru di Indonesia, untuk beberapa kasus, telah mengeser makna dan peran kiai lebih kepada seorang agen perubahan sosial. Artikel ini dimaksudkan untuk mencoba menginvestigasi otoritas peran yang dimainkan seorang kiai di sebuah perdesaan pegunungan Jawa dalam merubah kampungnya yang miskin dan dikenal kuat religiusitas abangannya kini menjadi kampung santri yang makmur secara ekonomi. Menariknya, ia melakukannya dengan dalih purifikasi Islam mengkombinasikannya dengan peran otonominya dalam konteks politik lokal untuk menampilkan wacana-wacana keislamannya bekerja secara sinergi dengan agenda pembangunan negara. Artikel ini merupakan hasil penelitian etnografi yang dilakukan melalui dua tahap, yakni awal hingga pertengahan bulan pada 2014 dan 2018 di sebuah perdesaan di Dataran Tinggi Dieng. Observasi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan terlibat, wawancara, dan dokumentasi. Hasilnya, keberhasilan transformasi sosial-keagamaan sangat tergantung dari peran agensi dalam memainkan otoritasnya. Otoritas karisma dan rasional yang dimiliki sang kiai sebagai tokoh utama dalam konteks penelitian ini mampu dimanfaatkan dengan melibatkan diri sebagai bagian dari pemerintah Orde Baru untuk turut serta menyukseskan agenda pembangunan negara melalui keberhasilannya menghubungkan idiom-idiom Islam dengan tema yang berlaku di masyarakat seperti kaitannya dengan wacana Islam yang terus menunjukkan tantangannya terhadap kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan krisis moral-keimanan.