Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG BALE BANJAR BUALU KELURAHAN BENOA, KABUPATEN BADUNG Putu Gede Wahyu Satya Nugraha; I Gusti Agung Gede Nodya Dharmastika
Jurnal Anala Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.10.2.1301.9-15

Abstract

Banjar Bualu didirikan sekitar tahun 1905 dan merupakan banjar pertama yang dibentuk di kawasan Desa Adat Bualu. Terdapat 8 banjar yang ada di wilayah Desa Adat Bualu, nama-nama Banjar tersebut antara lain adalah Banjar Bualu, Banjar Mumbul, Banjar Pande, Banjar Balekembar, Banjar Peken, Banjar Penyarikan, Banjar Celuk, Banjar Terora. Banjar Bualu memiliki potensi wisata berbasis pariwisata, seni budaya, sampai kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan. Potensi di bidang pariwisata ini dikarenakan letaknya sangat dekat dengan kawasan perhotelan ITDC dan juga objek wisata pantai di sekitarnya. Pada bidang perekonomian, posisi Bale Banjar Bualu yang strategis karena berada di pinggir jalan sangat bagus untuk tempat UMKM dan bisnis. Hasil penelusuran Tim PKM terdapat beberapa permasalahan yang ada di Banjar Bualu antara lain: Pertama, umur bangunan Bale Banjar Bualu yang sudah melebihi 30 tahun sehingga terjadi kerusakan di beberapa titik sehingga dapat membahayakan civitas yang ada di dalamnya. Kedua, kebutuhan ruang terbuka saat digelarnya ritual upacara keagamaan oleh pengempon Pura Semer Kembar yang letaknya di belakang Bale Banjar Bualu. Selain itu kebutuhan ruang untuk kegiatan rapat, kesenian dan kegiatan adat. Ketiga, kebutuhan akan pemasukan tambahan untuk meringankan beban operasional Banjar Bualu. Berdasarkan permasalahan ini, solusi yang ditawarkan Tim PKM antara lain: 1) Pembuatan Perencanaan Desain Konseptual Gedung Banjar Bualu, berupa gambar konsep desain; 2) Pembuatan area terbuka sebagai palemahan ritual agama Pura Semer Kembar yang terletak di belakang Bale Banjar Bualu, selain itu kebutuhan ruang terbuka untuk kegiatan banjar seperti rapat, kesenian dan kegiatan adat; 3) Pembuatan fasilitas berupa ruko sebagai sumber pemasukan tambahan bagi Banjar Bualu untuk meringankan biaya operasional.
PENGUKURAN EKSISTING BANGUNAN BALI DENGAN KETINGGIAN TERTENTU MELALUI METODE MODUL MATERIAL BANGUNAN, PHYTAGORAS DAN 3D MODELING STUDI KASUS BANGUNAN BALE BANJAR TENGANAN, BALI MADE MAS SURYA WIGUNA; MADE SURYANATHA PRABAWA; I GUSTI AGUNG GEDE NODYA DHARMASTIKA
GANEC SWARA Vol 18, No 4 (2024): Desember 2024
Publisher : Universitas Mahasaraswati K. Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35327/gara.v18i4.1096

Abstract

Balinese building concepts such as nawa sanga, tri mandala, Tri Angga and others are the basic concepts for Balinese buildings in the past and present. One concept that is often found in Balinese buildings is the tri angga concept, this concept reflects the feet, body and head of the building. Balinese buildings always have feet (foundation), body (wall) and head (roof) in each building, this has also become an official regulation of the Balinese government requiring buildings that want to have a building permit must have the Tri Angga concept. Many old Balinese buildings have the tri angga concept, but it is very unfortunate that old Balinese buildings have begun to be abandoned, dismantled and renovated to the current era. This problem is caused by the existing old Balinese buildings not having technical drawing data that can be used as a basis for buildings to be renovated. People prefer buildings to be dismantled and replaced with new buildings because it will be easier to build new buildings than to renovate old buildings without technical drawings. The problem of why old buildings do not have technical drawings is because the building measurement process requires many people and must be measured manually to the top of the building. Many costs will be incurred for one building resulting in this measurement process not being carried out. This problem becomes the mindset of the purpose of this research. The purpose of this research is to find the development of measurement methods, from manual methods to easy-to-do measurement coding systems. In this study, quantitative methods will be used with the help of material modules, Pythagorean formulas and 3D methods. The results of this study found that old Balinese buildings can be measured from the angle of the building, using material modules can calculate the distance from the structure, and the Pythagorean geometry formula is the key to this measurement scheme.