Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengawetan Preparat Jaringan Anatomi Plastinasi Amirudin, Tedy; Putra, Bayu Pratama
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 23 No. 1 (2023): ECOSYSTEM Vol. 23 No 1, Januari - April Tahun 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v23i1.2526

Abstract

Pengenalan formalin, larutan formaldehida, sebagai desinfektan dan fiksatif merupakan peningkatan penting dalam ilmu anatomi dan histologi. Tulisan ini merupakan garis besar sejarah penggunaan formalin berdasarkan teks sumber primer dan kajian sejarah. Kami menggambarkan bagaimana penemuan asetaldehida pada abad ke-18 mengarah pada pengembangan formalin sebagai bahan yang paling umum dalam cairan pembalseman di abad ke-20 dan masih digunakan sampai sekarang. Kontribusi yang sangat penting untuk proses ini dibuat oleh Justus von Liebig, Alexander Butlerow dan August Wilhelm Hofmann dalam pengembangan teknik preparasi anatomis dan histologis, dan oleh Ferdinand Blum, Ferdinand Julius Cohn, Frederick C. Kenyon dan Victor Wehr dalam penggunaan praktis dari larutan formaldehida dalam pengawetan dan fiksasi jaringan lunak. Namun, formalin bukannya tanpa kekurangan dan karena toksisitasnya semakin dipahami, metode untuk mengurangi efeknya dituntut. Akhirnya teknik preparasi yang lebih aman dikembangkan, termasuk plastinasi Hagens dan Metode Pembalseman Thiel. Teknik-teknik ini suatu hari nanti mungkin sebagian besar menggantikan larutan formalin konsentrasi tinggi tetapi keduanya masih membutuhkan setidaknya sejumlah kecil formaldehida untuk mengawetkan jaringan untuk dipelajari. The introduction of formalin, formaldehyde solution, as a disinfectant and fixative is an important advance in anatomy and histology. This paper is an outline of the history of the use of formalin based on primary source texts and historical studies. We describe how the discovery of acetaldehyde in the 18th century led to the development of formaldehyde as the most common ingredient in embalming fluids in the 20th century and is still used today. Very important contributions to this process were made by Justus von Liebig, Alexander Butlerow and August Wilhelm Hofmann in the development of anatomical and histological preparation techniques, and by Ferdinand Blum, Ferdinand Julius Cohn, Frederick C. Kenyon and Victor Wehr in the practical use of formaldehyde solutions in preservation and fixation of soft tissues. However, formalin is not without drawbacks and as its toxicity is increasingly understood, methods to mitigate its effects are demanded. Eventually safer preparation techniques were developed, including Hagens plastination and Thiel's Method of Embalming. These techniques may one day largely replace high-concentration formalin solutions but both still require at least small amounts of formaldehyde to preserve the tissue for study.
Strategi Pengelolaan Limbah pada RSUD Sayang Rakyat Kota Makassar Amirudin, Tedy; Pallu, Muhammad Saleh; Muhibuddin, Ahmad; Syafri; Manaf, Murshal
Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi Vol 9 No 3 (2025): September 2025
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/geodika.v9i3.31945

Abstract

Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan tantangan penting dalam menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama karena limbah medis dan nonmedis mengandung zat berbahaya dan infeksius. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pengelolaan limbah rumah sakit yang efektif dan berkelanjutan, dengan fokus pada rumah sakit umum daerah di wilayah perkotaan. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui kajian literatur terhadap sumber-sumber ilmiah, regulasi, dan dokumen teknis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala utama dalam pengelolaan limbah mencakup ketidakefisienan sistem pengolahan air limbah, kurangnya pemilahan limbah sejak di sumber, keterbatasan sarana pengangkutan dan penyimpanan, lemahnya sistem kelembagaan dan prosedur operasional, serta rendahnya kapasitas sumber daya manusia. Temuan juga menunjukkan bahwa rumah sakit menghadapi kendala teknis dan administratif dalam menjamin pengolahan limbah yang sesuai standar lingkungan. Strategi yang diusulkan meliputi penguatan sistem pengolahan limbah, pemilahan limbah sejak awal, penyediaan sarana yang memadai, pelatihan rutin bagi petugas, serta kerja sama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan limbah berbahaya. Penelitian menekankan pentingnya pendekatan terpadu, komitmen kelembagaan, dan dukungan kebijakan untuk mewujudkan pengelolaan limbah rumah sakit yang adaptif dan berkelanjutan.
Faktor Yang Ada Hubungan Dengan Penderita Acute Coronary Syndrome Di Beberapa Lokasi Di Wilayah Asia Periode Tahun 2011 Sampai Dengan Tahun 2019 Mardewiyanti, Mardewiyanti; Sartika, Suriana Dwi; Amirudin, Tedy
Bosowa Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2024): Bosowa Medical Journal Juli 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56326/bmj.v2i2.5362

Abstract

Acute coronary syndrome is a picture of ischemic conditions in the myocardium (heart muscle) caused by plaque in the coronary arteries and gets worse with the thrombosis process, causing obstruction which causes reduced perfusion to the myocardium. The purpose of this study was to determine the factors associated with patients with acute coronary syndrome based on hypertension, diabetes, smoking, dyslipidemia and obesity. The research method used in this study is analytic by using a literature objective approach on factors that are associated with patients with acute coronary syndrome in the journal of medical research results in the literature. The results of research from eleventeen literature journals show that there is a relationship between acute coronary syndrome in several locations in the Asian region from 2011 to 2019 it can be concluded that in patients with acute coronary syndrome, namely hypertension (p-value = <0.001), diabetes (p-value = <0.001), smoking (p-value = <0.001), dyslipidemia (p-value = <0.001), obesity (p-value = <0.001), had a significant relationship with acute coronary syndrome in several locations in Asia during the period It is hoped that this research will be able to increase the participation of the health department, in collaboration with health workers and community leaders in preventing and dealing with acute coronary syndrome events.