Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) pada Bentonit untuk Penurunan Nilai Tahanan Pentanahan Jefrianto Simamora; Yul Martin; Herri Gusmedi
Electrician : Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Vol. 10 No. 1 (2016)
Publisher : Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/elc.v10n1.191

Abstract

Intisari — Sistem pentanahan merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan untuk menjamin keamanan dan keandalan operasi sistem tenaga listrik. Pada saat terjadi gangguan di sistem tenaga listrik, dengan adanya sistem pentanahan menyebabkan arus gangguan dapat dengan cepat dialirkan kedalam tanah dan disebarkan kesegala arah. Tahanan pentanahan yang baik sesuai dengan standar yang berlaku tidak boleh lebih dari 5 Ω. Keadaan tanah yang akan ditanam dengan sistem pentanahannya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan.Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang dapat memperbaiki nilai tahanan pentanahan adalah dengan mengunakan zat adiktif berupa bentonit pada tanah pentanahan. Bentonit diuji pada jenis tanah lempung dan ladang. Bentonit yang digunakan adalah bentonit yang telah diaktivasi dengan asam sulfat (H2SO4) 0,8M, 1M, dan 1,2M. Nilai tahanan pentanahan diukur mengunakan earth resistace tester selama 14 hari berturut-turut. Hasil pengujian pada tanah lempung tanpa bentonit didapatkan rata-rata nilai tanahan penatanahannya sebesar 329,89 Ω, dengan bentonit tanpa aktivasi 122,54 Ω, Bentonit teraktivasi 0,8M sebesar 101,64 Ω, bentonit teraktivasi 1M sebesar 96,71 Ω dan bentonit teraktivasi 1,2M sebesar 85,5 Ω. Sedangkan pada tanah ladang tanpa bentonit didapatkan 124,89 Ω, dengan bentonit tanpa aktivasi 70,24 Ω, bentonit teraktivasi 0,8 M sebesar 37,96 Ω, bentonit teraktivasi 1M sebesar 28,07 Ω dan bentonit teraktivasi 1,2M sebesar 85,5 Ω. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan konsentrasi terbaik untuk aktivasi bentonit adalah 1,2 M. Kata kunci — Tahanan pentanahan, bentonit teraktivasi, asam sulfat. Abstract — Grounding system is one of the important part which must be considered to ensure the safety and reliability of electric operating system. When the disruption happened in electric power system, Grounding system can divert the uncontrolled current from disruption quickly into the ground and spread it everywhere. The resistance of good grounding which according the regulation, must not be more than 5 Ω. The condition of ground that will be planted with grounding system, sometimes does not fit the expectation. To solve this problem, we need to fix the resistance's value by adding addictive substance that is bentonit in ground. Grounding is tested on the type of clay and fields. Bentonit that is used by us, has been activated with sulfuric acid (H2SO4) 0,8M, 1M, dan 1,2M.  Earthing resistance values measured using earth resistance tester for 14 days in row. The result of testing in clay without bentonit, we got the average value of grounding is 329,89 Ω, bentonit without activation, we got 122,54 Ω, 0,8M  Activated Bentonit changed the resistance to 101,64 Ω, 1M Activated Bentonit changed the resistance to 96.71 Ω. Meanwhile, in the fields without bentonit, we got 124.89 Ω, Non-activated bentonit changed the resistance to 70.24  Ω, 0.8 M activated bentonit changed the resistance to 37.96 Ω, 1M activated bentonit changed the resistance to 28.07 Ω, and 1.2 M activated bentonit changed the resistance to 85.5 Ω. From the observation, we can conclude that the best concentration for activating bentonit is 1.2 M. Keywords— Grounding Resistance, Activated Bentonit, Sulfuric acid.
Perbaikan Tahanan Pentanahan dengan Menggunakan Bentonit Teraktivasi Devy Andini; Yul Martin; Herri Gusmedi
Electrician : Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Vol. 10 No. 1 (2016)
Publisher : Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/elc.v10n1.193

Abstract

Intisari — Salah satu hal yang mempengaruhi tahanan pentanahan adalah tahanan jenis tanah. Tahanan jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu struktur tanah, temperatur, pengaruh kandungan air (kelembaban), dan pengaruh kandungan kimia dalam tanah. Dalam penelitian ini untuk menurunkan tahanan pentanahan dilakukan penambahan bentonit kedalam tanah, tetapi sebelum digunakan bentonit terlebih dulu diaktivasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui perubahan besar tahanan pentanahan yang diberikan bentonit yang belum teraktivasi dan sudah teraktivasi. Pentanahan yang diberikan bentonit teraktivasi memiliki nilai tahanan pentanahan lebih kecil dibandingkan saat diberikan bentonit yang belum teraktivasi. Persentasi perubahan bentonit yang telah teraktivasi yaitu sebesar 79,97%-85,24% sedangkan persentasi perubahan tahanan pentanahan saat diberikan bentonit yang belum teraktivasi sebesar 22,84%-85,25%. Kata kunci — Tahanan pentanahan, tahanan jenis tanah, aktivasi bentonit Abstract — One of the things that affect the grounding resistance is soil resistivity. Soil resistivity is influenced by several things: the structure of the soil, the temperature, the influence of the water content (moisture), and the effect of chemical constituents in the soil. In this research to lose custody grounding the addition of bentonite into the ground, but before use bentonite first in activation. The aim of this study is to know the major changes grounding given bentonite which has not been activated and has been activated .Grounding were given activated bentonite has a grounding resistance value is smaller than when given bentonite which has not been activated .Percentage changes that have been activated bentonite in the amount of 79,97%-85,24% whereas the percentage change in resistance grounding when given bentonite which has not been activated by 22,84%-85,25%. Keywords— Grounding, Soil Resistivity, Activation of bentonite
Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk Ayu Sintianingrum; Yul Martin; Endah Komalasari
Electrician : Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Vol. 10 No. 1 (2016)
Publisher : Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/elc.v10n1.194

Abstract

Intisari — Energi listrik merupakan faktor penting untuk menunjang kehidupan dan kegiatan masyarakat. Dalam proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen seringkali terjadi gangguan. Gangguan yang terjadi pada saluran transmisi dan distribusi salah satunya disebabkan oleh sambaran petir yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Sambaran petir yang terjadi pada gardu induk akan menyebabkan kenaikan tegangan lebih yang besar pada peralatan di gardu induk. Untuk penentuan jarak maksimum arrester dilakukan dengan melakukan perhitungan yang selanjutnya dilakukan simulasi tegangan lebih akibat sambaran petir menggunakan software Alternative Transients Program (ATP). Simulasi dilakukan dengan memvariasikan arus petir yang menyambar serta waktu muka petir yang berbeda dan penentuan rating arrester dan jarak aman arrester dan transformator. Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan terhadap kedua waktu muka petir serta perubahan variasi arus petir. Dari hasil simulasi dan analisis diketahui bahwa perubahan waktu muka petir menyebabkan perbedaan perubahan tegangan yaitu tegangan pada waktu muka petir 1,2 μs lebih besar dibandingkan tegangan pada waktu muka petir 2 μs, hal ini dikarenakan waktu untuk mencapai puncak akan semakin cepat dengan semakin kecil waktu muka petir. Selain itu diperoleh perbandingan perubahan tegangan pada saat sebelum arester dan setelah melalui arester. Pada hasil penelitian ini diperoleh jarak maksimum arrester dan transformator yang disarankan yaitu sebesar 29,4 m. Kata kunci — arrester, alternative transients program (ATP), gardu induk, petir. Abstract — Electrical energy is an important factor for sustaining life and community activities. In the process of distribution of electrical energy from substations to consumers is often have a obstacle. The one of obstacle of the transmission lines and the distribution caused by lightning strikes occurring in the power system. Lightning strikes that occur in substations will cause a large increase overvoltage at the equipment in the substation. To determine the placement of arrester done by calculations and next doing overvoltage simulation of lightning strike using software Alternative Transients Program (ATP). Simulations doing by varying the flow of lightning striking and different front time of lightning also a safe maximum distance of arrester and transformer. The analysis was performed by a comparison of the two lightning  front time also the lightning current variation. From the simulation results and analysis showing that the lightning front time variation causing a voltage change which the voltage at the front time of 1.2 μs is higher than the voltage at the front time of 2 μs, this is because the time to reach the top will faster with a little lightning front time. Besides that, getting the result comparison of the voltage change before and after going through arrester. On the results of this study arrester and transformer maximum distance suggested is 29,4 m. Keywords— arrester, alternative transients program (ATP), substation, lightning.