Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PROFIL EFEK SAMPING OBAT ANTIVIRAL PADA PASIEN COVID DI RUMAH SAKIT X BALI PERIODE TAHUN 2020. Dewi, Fransiska Rosari; Pratama, I Putu Yuda
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37294/jrkn.v5i2.340

Abstract

Coronavirus Disease2019 (COVID-19) menjadi pandemi sejak awal tahun 2020 di seluruh dunia termasuk Indonesia. Penularan terjadi antara manusia ke manusia melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin serta melalui sentuhan dengan benda mati. Penelitian terkait obat-obatan dalam menangani pasien Covid-19 terus berlanjut hingga saat ini. Adanya obat baru tersebut tentunya tidak hanya efektifitas yang dicari melainkan aspek keamanan perlu dipertimbangkan oleh karena itu kita dituntut untuk lebih mengetahui lebih banyak efek samping dari obat. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dan frekuensi efek samping antiviral pada penderita Covid-19. Penelitian bersifat cross-sectional retrospektif dengan mengambil data dari rekam medis pasien covid-19 dewasa di Rumah Sakit X Bali, Indonesia, pada periode tahun 2020. Data selanjutnya dilakukan penghitungan skor algoritma Naranjo yang dicocokan dengan skala potensi efek samping. Data yang diambil adalah jenis antiviral, profil pasien Covid-19, efek samping yang muncul, serta LOS pasien COVID-19.Terdapat 3 macam antiviral yang digunakan selama tahun 2020 yaitu hidroksiklorokuin, Oseltamivir dan favipiravir. Efek samping kemungkinan besar rasa tidak nyaman di perut (probable) pada Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 34%, .37% dan 25%. ESO mual pada Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 23%, 22%, 17%. Efek samping possible(skala Naranjo 4) pusing dan tidak napsu makan. ESO pusing pada Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 8%, 13%, 17% sedangkan ESO tidak adanya napsu makan Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 12%, 15%, 8%. Skala Naranjo 0 (doubtful) berupa kulit bersisik (Xerosis cutis) yaitu pada obat favipiravir. Kesimpulan ; Penggunaan antivirus dapat menimbulkan berbagai macam efek samping akan tetapi tidak ditemukan efek samping pada pasien covid-19 yang fatal pada penelitian ini.Kata kunci: Efek samping, antiviral, covid-19
PROFIL EFEK SAMPING OBAT ANTIVIRAL PADA PASIEN COVID DI RUMAH SAKIT X BALI PERIODE TAHUN 2020. Fransiska Rosari Dewi; I Putu Yuda Pratama
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1797.167 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v5i2.340

Abstract

Coronavirus Disease2019 (COVID-19) menjadi pandemi sejak awal tahun 2020 di seluruh dunia termasuk Indonesia. Penularan terjadi antara manusia ke manusia melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin serta melalui sentuhan dengan benda mati. Penelitian terkait obat-obatan dalam menangani pasien Covid-19 terus berlanjut hingga saat ini. Adanya obat baru tersebut tentunya tidak hanya efektifitas yang dicari melainkan aspek keamanan perlu dipertimbangkan oleh karena itu kita dituntut untuk lebih mengetahui lebih banyak efek samping dari obat. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dan frekuensi efek samping antiviral pada penderita Covid-19. Penelitian bersifat cross-sectional retrospektif dengan mengambil data dari rekam medis pasien covid-19 dewasa di Rumah Sakit X Bali, Indonesia, pada periode tahun 2020. Data selanjutnya dilakukan penghitungan skor algoritma Naranjo yang dicocokan dengan skala potensi efek samping. Data yang diambil adalah jenis antiviral, profil pasien Covid-19, efek samping yang muncul, serta LOS pasien COVID-19.Terdapat 3 macam antiviral yang digunakan selama tahun 2020 yaitu hidroksiklorokuin, Oseltamivir dan favipiravir. Efek samping kemungkinan besar rasa tidak nyaman di perut (probable) pada Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 34%, .37% dan 25%. ESO mual pada Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 23%, 22%, 17%. Efek samping possible(skala Naranjo 4) pusing dan tidak napsu makan. ESO pusing pada Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 8%, 13%, 17% sedangkan ESO tidak adanya napsu makan Hidroksiklorokuin, Oseltamivir, Favipiravir berturut-turut ; 12%, 15%, 8%. Skala Naranjo 0 (doubtful) berupa kulit bersisik (Xerosis cutis) yaitu pada obat favipiravir. Kesimpulan ; Penggunaan antivirus dapat menimbulkan berbagai macam efek samping akan tetapi tidak ditemukan efek samping pada pasien covid-19 yang fatal pada penelitian ini.Kata kunci: Efek samping, antiviral, covid-19
POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN KOMPLIKASI NEUROPATI PADA SALAH SATU RUMAH SAKIT SWASTA DI DENPASAR BALI I Putu Yuda Pratama; Pande Made Desy Ratnasari
Acta Holistica Pharmaciana Vol 3 No 2 (2021): Acta Holistica Pharmaciana
Publisher : School of Pharmacy Mahaganesha (Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62857/ahp.v3i2.60

Abstract

Diabetes Melitus (DM) tipe II merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan resistensi insulin. Dalam perjalanan penyakitnya sebesar 50% penderita DM mengalami komplikasi neuropati. Berkaitan dengan hal tersebut penderita memerlukan terapi untuk mengontrol glukosa darah, mencegah dan mengobati komplikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan obat pada pasien DM tipe II dengan komplikasi neuropati di Unit Rawat Jalan salah satu Rumah Sakit Swasta Denpasar Bali. Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan pendekatan deskriptif observational. Pengambilan data berdasarkan rekam medik secara retrospektif pada bulan Juli-Desember 2019 menggunakan purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi (pasien DM tipe II rawat jalan dengan komplikasi neuropati dan menerima pengobatan yang sama minimal tiga bulan) dan kriteria eksklusi (pasien dalam kondisi hamil atau menyusui). Data diolah menggunakan software Microsoft Excel kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh 120 subjek penelitian yang didominasi oleh usia 45-60 tahun (50%), jenis kelamin wanita (58%), durasi mengidap DM ≤ 5 tahun (91%) serta mengalami komorbid hipertensi (24,16%). Antidiabetik yang paling banyak digunakan adalah golongan biguanid (37,9%) dengan jenis obat metformin (37,9%). Sebesar 43,32% pasien memperoleh kombinasi terapi dua antidiabetik yaitu golongan biguanid dan sulfonilurea dengan jenis metformin dan glimepiride. Pola penggunaan obat lain yang paling banyak digunakan adalah golongan vitamin (41,48%) dengan jenis obat mekobalamin (40,37%).
Hubungan Rasionalitas Antibiotik Terhadap Outcome Klinik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Infeksi Saluran Kemih di Sebuah Rumah Sakit Badung Bali Pratama, I Putu Yuda; Ratnasari, Pande Made Desy; Dari, Ni Putu Desy Ratna Wulan; Angelina, Ni Putu Amara
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 11 No. 1 (2025): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v11i1.685

Abstract

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) rentan mengalami infeksi salah satunya Infeksi Saluran Kemih (ISK). Antibiotik menjadi pilihan terapi utama yang harus diberikan secara rasional untuk mencegah kondisi penyakit yang semakin memburuk. Temuan menunjukkan, rasionalitas penggunaan antibiotik ISK di Indonesia tidak mencapai 100%. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan rasionalitas penggunaan antibiotik untuk ISK dengan outcome klinik pasien. Penelitian ini dilakukan secara observasional cross-sectional pada periode Januari 2023-Juli 2024. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan teknik purposive sampling menggunakan catatan pengambilan data pada rekam medik. Kriteria inklusi meliputi pasien DMT2 dengan ISK yang menjalani terapi rawat jalan atau inap, mendapatkan terapi antidiabetik dan antibiotik serta data rekam medik lengkap. Kriteria eksklusi yaitu memperoleh antibiotik pada waktu <24 jam (rawat jalan), atau <72 jam (rawat inap). Kajian rasionalitas penggunaan antibiotik dianalisis menggunakan metode Gyssens berdasarkan pedoman terapi, dikategorikan menjadi rasional dan tidak rasional. Outcome klinik dikategorikan menjadi membaik dan tidak membaik. Hubungan rasionalitas dengan outcome klinik diuji dengan Kendall’s-Tau b. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 86 responden yang terdiri 75 pasien rawat jalan dan 11 pasien rawat inap. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional ditemukan pada beberapa kategori, yaitu IVa (17,83%), IVc (25,97%), IVd (26,74%), IIIa (4,26%), IIIb (10,85%), IIa (9,69%), dan IIb (3,49%) pada pasien rawat jalan, serta kategori IVa (20,59%), IVc (20,59%), IVd (20,59%), IIIa (2,94%), IIIb (20,59%), dan IIb (5,88%) pada pasien rawat inap. Jenis antibiotik yang paling sering digunakan adalah sefiksim (50,67%) Terdapat hubungan signifikan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dan outcome klinis pada pasien rawat jalan (p=0,018; r=-0,237) dan pasien rawat inap (p=0,040; r=0,592). Temuan ini mengindikasikan penggunaan antibiotik secara rasional berperan penting dalam meningkatkan perbaikan outcome klinis pasien.
ASSISTANCE IN COORDINATING THE CONSOLIDATION OF ADDITIONAL OPD REPORTS Joniarta, I Wayan; Pratama, I Putu Yuda; Indah Pratiwi, Nuning
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol. 7 No. 4 (2023): DESEMBER
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/abdidos.v7i4.1985

Abstract

Consolidated Report is a report that brings together all financial reports made by all related OPDs in one government. In compiling consolidated reports, it is necessary to coordinate in preparing these reports, it is necessary to coordinate so that the reports prepared do not have discrepancies or discrepancies with those contained in the system. Continuous coordination and assistance will result in an efficient work cycle. The stages for preparing the consolidated report are regulated in Permendagri No 77 of 2020, Government Regulation Number 12 of 2019, Articles 189 to Article 193.