Krisis ekologi yang semakin mengkhawatirkan telah memicu lahirnya perhatian baru terhadap pandangan ekologis Al-Qur’an, terutama melalui pendekatan hermeneutika kontemporer yang menekankan dimensi etis, kosmologis, dan lingkungan dalam teks suci. Kajian-kajian mutakhir menunjukkan bahwa banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai alam dan keseimbangan kosmos sering kali dipahami secara reduktif dalam tafsir klasik sehingga kurang mampu menjawab tantangan ekologis modern. Artikel ini bertujuan merekonstruksi eko-teologi Islam menggunakan pendekatan tafsir kontemporer serta membaca ulang ayat-ayat lingkungan dalam konteks kerusakan ekologis global. Melalui metode penelitian kualitatif berbasis studi pustaka, penelitian ini menelaah konsep-konsep utama seperti khalīfah, mīzān, dan fasād serta mengkaji pemikiran para sarjana kontemporer seperti Seyyed Hossein Nasr, Fazlun Khalid, Abdullah Saeed, dan lainnya. Temuan penelitian mengungkap bahwa tafsir kontemporer telah bergeser dari model antroposentris menuju pendekatan kosmosentris-etis yang menempatkan manusia sebagai penjaga amanah untuk mempertahankan keseimbangan kosmis. Pendekatan ini memaknai alam bukan sekadar sumber material, tetapi sebagai entitas spiritual yang memiliki nilai intrinsik dan merupakan bagian dari ayat-ayat Tuhan. Dengan demikian, rekonstruksi eko-teologis yang dihasilkan dapat menjadi dasar teologis yang kuat bagi pengembangan etika lingkungan, eco-fiqh, aktivisme ekologis, dan pembentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan dalam masyarakat muslim. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa tafsir kontemporer membuka ruang baru bagi integrasi wahyu, etika, dan ilmu lingkungan dalam merespons krisis ekologi modern. Rekonstruksi ini tidak hanya memberikan jawaban teoretis tetapi juga landasan praktis bagi umat Islam untuk terlibat dalam upaya penyelamatan bumi secara berkelanjutan dan berkeadaban.