Yuliana Lu
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TRADISI PEMAKAMAN DALAM MASYARAKAT SUMBA TIMUR SEBAGAI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Yuliana Lu
Missio Ecclesiae Vol. 5 No. 2 (2016): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v5i2.62

Abstract

Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan berbudaya, termasuk masyarakat Sumba Timur. Namun di kecenderungan manusia, meekspresikan budaya mereka, tidak bisa dipisahkan dengan ekspresi spiritual mereka, karena manusia memang adalah makhluk spiritual, yang selalu berkerinduan untuk memiliki relasi dengan Sang Pencipta. Berbagai usaha dilakukan manusia, yang biasanya sarat dengan penyembahan berhala. Masyarakat Sumba Timur, juga sarat dengan penyembahan berhala, sejak seorang bayi berada di kandungan ibunya, hingga dia harus meninggalkan dunia ini. Namun bagi Masyarakat Sumba Timur yang sudah bertobat dan menjadi orang Kristen sebaliknya harus merefleksikan imannya yang relevan dan bermakna bagi masyarakat dan budaya Sumba Timur. Adapun rekomendasi-rekomendasi yang penulis berikan kepada Masyarakat Sumba Timur adalah sebagai berikut: 1) Harus menghindari ritus-ritus yang tidak sesuai dengan Firman Allah. Orang Kristen harus bersikap kritis terhadap budaya-budaya setempat yang merusak iman Kristen. Firman Tuhan harus menjadi tolak ukur etika; 2) Orang Kristen juga harus menjadi saksi yang hidup bagi masyarakat yang masih terlibat dalam upacara pemakaman. Misalnya dalam upacara pemakaman ini, pemukulan gong dengan irama duka bisa dilaksanakan oleh orang Kristen sebagai pertanda bahwa di tempat tersebut terjadi kematian. Tetapi pemukulan gong dengan irama pata lamba yang bertujuan untuk memanggil arwah leluhur (marapu) tidak boleh dilakukan oleh orang Kristen. Pemotongan hewan untuk menjamu makan para keluarga dan kerabat yang datang melayat untuk dimakan, orang Kristen dapat melakukannya. Tetapi pemotongan hewan yang tidak untuk dimakan, namun hanya sebagai simbol mendampingi arwah si mati, atau sebagai bekal si mati menuju alam baka tidak perlu dilakukan oleh orang Kristen, dan gereja harus melarang hal ini karena dari segi ekonomi hal tersebut sangat merugikan, dan dari segi teologis hanyalah menyia-nyiakan berkat Tuhan. Penyimpanan mayat yang terlalu lama dari segi kesehatan tidak menguntungkan, demikian juga dari segi ekonomi sangat merugikan karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Sebaliknya seluruh keluarga berembuk dan menyelesaikan pertikaian, yang mungkin ada, dalam waktu yang tidak terlalu lama, agar si mati dapat dikubur cepat. Upacara padita waimata dapat dilakukan oleh orang Kristen dalam bentuk ibadah pengucapan syukur tutup duka. Upacara paludungu (menyampaikan arwah si mati) tidak perlu dilakukan oleh orang Kristen. Karena bagi orang Kristen setelah mati ia kembali berada dalam tangan Tuhan Sang Pencipta bukan menjadi marapu.
Teori Operant Conditioning Menurut Burrhusm Frederic Skinner Yuliana Lu; Yeni Ana Hamu
Jurnal Arrabona Vol. 5 No. 1 (2022): Agustus
Publisher : Departemen Literatur dan Media, Sekolah Tinggi Teologi Arrabona Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.233 KB) | DOI: 10.57058/juar.v5i1.65

Abstract

Proses membimbing siswa di sekolah yang dilakukan oleh guru tidak saja secara akademik tetapi juga membimbing siswa untuk memiliki sikap dan karakter yang baik. Oleh karena itu guru perlu tahu metode yang tepat untuk proses pembimbangan kepada siswa. Teori Skinner adalah salah satu motode untuk menolong guru dalam membimbing siswa karena dalam teori Skinner terdapat penguatan (reinforcement), hukuman (punishment), pembentukan (shaping). Tetapi terkadang masih banyak guru yang hanya memberikan hukuman saja kepada siswa yang bermasalah tanpa memberikan penguatan dan pembentukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arti dari teori B.F. Skinner supaya guru-guru di sekolah dapat menerapkan teori ini untuk membimbing siswa di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian dekriptif, yang ditindaklanjuti dengan penelitian lapangan dengan cara mengumpulkan data dan melakukan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian penulis, masih banyak guru-guru yang belum memahami teori Skinner ini dan ada juga guru yang masih beranggapan bahwa memberikan hukuman itu wajib sedangkan penguatan dan pembentukan tidak perlu.
Air Bah Nuh: “Bukti-Bukti Yang Masih Terus Dicari” Iwan Setiawan; Hotman P. Simanjuntak; Elvin Paende; Yuliana Lu
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.164

Abstract

Air Bah adalah peristiwa yang mengundang banyak kontroversi, terutama antara pandangan para teolog dan ilmuwan, apakah Air Bah itu global atau lokal dan apakah itu mitos atau fakta? Banyak pendapat yang memberikan alasan terjadinya peristiwa Air Bah menurut versinya masing-masing. Pendapat terkadang bertentangan tetapi terkadang mendukung. Diakui untuk menyatukan dua pendapat ini tidak mudah, karena masing-masing punya alasan tersendiri. Para teolog menjelaskan pendapat mereka atas dasar Biblika sebagai sumber utama mereka, sementara para ilmuwan mendasarkan bukti empiris mereka pada fakta-fakta yang mereka temukan. Tidak mudah untuk mencapai titik temu. Oleh karena itu, untuk melihat permasalahan apa yang akan dicari dari perbedaan banjir ini, maka harus dicari sumber yang kompeten dari masing-masing pendapat. Baik dari sudut pandang para teolog maupun dari sudut pandang para ilmuwan, akan terlihat di mana tepatnya perbedaan pandangan itu terjadi dan di mana kesamaan pandangan tersebut. Baik penemuan dari sudut teologi (Alkitab) maupun dari sudut geologi, arkeologi, sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki persamaan dan perbedaan penemuan masing-masing berdasarkan perspektif masing-masing.