Dalam fase perkembangan remaja, remaja sering mengalami berbagai tantangan, salah satu tantangan yang sering dihadapi remaja adalah munculnya perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku negatif yang buruk atau sikap dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga tingkah lakunya tidak diperkenankan di masyarakat. Perilaku menyimpang pada remaja dapat berupa kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar atau geng, penggunaan minuman keras dan mabuk-mabukan, merokok, seks bebas dan penyimpangan sosial lainnya, demikian pula dengan remaja di Kota Lhokseumawe. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi orang tua dalam mengatasi perilaku menyimpang pada remaja di Kota Lhokseumawe, teori yang digunakan adalah, teori efektivitas komunikasi berdasarkan aspek-aspek komunikasi interpersonal humanistik menurut DeVito. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan mengutamakan kajian pustaka (library research) dan deskriptif analitis untuk mengeksplorasi temuan atau fakta-fakta aktual berdasarkan data dan hasil observasi selama proses penelitian. Penelitian ini memperkuat referensi bahwa komunikasi antarpribadi orang tua memang telah terbukti efektif dalam mengatasi perilaku menyimpang pada remaja, termasuk pada remaja Kota Lhokseumawe. Orang tua yang mampu menjalin komunikasi yang baik dan terbuka dengan anak-anaknya cenderung dapat mendeteksi dan mengatasi perilaku menyimpang lebih dini. Empati merupakan dimensi kunci dari pencegahan perilaku menyimpang pada remaja. Empati merujuk pada kemampuan orang tua untuk memahami dan merasakan apa yang dialami oleh anak remajanya, sehingga mereka akan merasa nyaman untuk berbagi dan mencari solusi bersama-sama ketika terlibat permasalahan, dan pada akhirnya orang tua dapat lebih efektif untuk membimbing dan mencegah remaja agar tidak terlibat dalam perilaku menyimpang.