Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Iblis dan Fir’aun Makhluk yang Paling Bertauhid dan Ma’rifat Mulyana, Yayan
Syifa al-Qulub Vol 3, No 1 (2018): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i1.2387

Abstract

Makhluk yang paling bertauhid dan paling ma’rifat kepada Allah adalah Iblis dan Fir’aun, Iblis lebih mengenal Allah dan pernah berdialog langsung dengan-Nya. Keengganannya menuruti perintah Allah untuk bersujud kepada Adam adalah bukti bahwa dia benar-benar bertauhid murni tidak mau menodai kemurnian tauhidnya dengan bersujud kepada selain Allah. Dia adalah pecinta sejati yang lebur dalam kecintaannya terhadap Sang Khalik, tidak mau menyakiti perasaan kekasihnya karena semua yang terjadi pada dirinya adalah bentuk masyῑah-Nya. Sesungguhnya Allah hendak menguji Iblis, dan ia pun masuk dalam ujian-Nya dengan tidak menuruti perintah-Nya (‘aṣā). Allah memudahkan Iblis berbuat maksiat jika sudah masuk dalam ujiannya, sebagaimana Ia memudahkannya berbuat taat jika tidak diujinya. Tegasnya, bahwa kamaksiatan (pembangkangan) dan ketaatan semuanya diciptakan oleh Allah dan Iblis pun memilih pembangkangan dan kemudian Allah menetapkan yang demikian sebagai takdirnya.  Diantara penghuni surga tidak ada pemuja dan peng-Esa (muwahhid) seperti Iblis. Sudah barang tentu apa yang disebutkan di atas sangat bertentangan dengan umumnya keyakinan umat Islam. Dalam pandangan mereka, Iblis dan Fir’aun adalah dua sosok makhluk durjana, la’natullah, kufur dan kekal di dalam neraka. Dosa Iblis adalah dosa hasud kepada Adam kemudian ia takabur dan menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, sedangkan dosa Fir’aun adalah Takabur dengan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Inilah dua pandangan berbeda yang sangat kontras dan kontradiktif tentang eksistensi dua sosok makhluk yang diabadikan kisahnya oleh Allah SWT. dalam Alquran.
URGENSI ASBĀB AL-NUZŪL MENURUT AL-WAHIDI Siti Muslimah; Yayan Mulyana; Medina Chodijah
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.092 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1808

Abstract

Asbāb Al-Nuzūl menjadi instrumen penting untuk memahami maksud ayat sesuai dengan konteksnya. Al-Wahidi menawarkan  basis epistemologi yang ketat agar otentisitas asbāb al-nuzūl terjaga, terutama dari sisi sumber (riwayah). Al-Wahidi berpendapat bahwa asbāb al-nuzūl daat diaplikasikan dalam konteks kekinian. Sebab diturunkannya ayat Alquran ini akan memberikan pemahaman, tidak hanya pemahaman yang tekstual tetapi pemahaman kontekstual juga terhadap suatu ayat, terutama untuk mengetahui status hukum pada masa itu, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan. Pendapat yang diambil oleh Al-Wahidi ini tidak sembarang mangambil referensi untuk dicantumkan ke dalam kitabnya (Asbāb al-nuzūl). Pada setiap Hadith dan pendapat yang ia tuangkan memiliki landasan yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Mengenai pendapat para ulama terhadap konsep Al-Wahidi, apa yang dikatakan Al-Suyuthi bahwa ia mengkritik apa yang dikatakan oleh Al-Wahidi dalam menafsirkan surat al-Fīl yaitu mengenai kisah penyerbuan orang-orang Habasyah. Hal ini sama sekali tidak termasuk sebab turunnya ayat melainkan informasi tentang peristiwa masa lalu.
FUNGSI ZUHUD TERHADAP KETENANGAN JIWA (Studi Analisis terhadap Tafsir Jailani Karya Abd al-Qadir Jailāni) Tika Saripah; Yayan Mulyana; Undang A Kamaludin
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.279 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i2.1894

Abstract

Mayoritas orang berpendapat bahwa ketenangan hati hanya terdapat pada kekayaan dan jabatan sehingga membuatnya selalu memburu kemewahan hidup. Di sisi lain masih banyak manusia yang terkungkung penderitaan akibat ketidakmampuan mengatasi kesulitan hidup karena kemiskinan, kegagalan dan berbagai kesulitan lainnya, akhirnya banyak manusia mengalami kegoncangan jiwa karena tertekan (stress) oleh suatu kondisi karena tidak terpenuhinya keinginan tersebut. Maka Islam menawarkan solusi hidup zuhud sebagai salah satu metode penenangan jiwa.Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari korelasi antara zuhud dengan ketenangan jiwa tersebut.Adapun dasar penelitian ini yaitu, ayat-ayat Alquranyang dikaji berdasarkan Tafsir Jailani karya Abd al-Qadir Jailāni.Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode content analysis.Dalam penelitian tafsirnya menggunakan metode mauḍū’i, yaitu penelitan berdasarkan tema tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis bahwa Abd al-Qadir Jailāni.   Hasil dari penelitian menemukan bahwa dalam beberapa ayat tentang zuhud terdapat kategorisasi tersendiri, adapun kategorisasi tersebut yakni (1).Permisalan dunia pada 3 ayat (2).Sifat dan hakikat dunia 9 ayat (3).Kerugian memilih dunia 9 ayat. Penafsir mengungkapkan bahwa zuhud merupakan prilaku hidup yang yang tidak menyukai kehidupan dunia dan mengutamakan akhirat, hal ini dikarenakan pengetahuan dan pemahamannya terhadap hakikat dunia. Sehingga mereka senantiasa menjalankan amal saleh yang mendekatkan hamba kepada Allah, maka Allah menganugerahkannya martabat tinggi, pahala dan ketenangan jiwa serta dijauhkan dari siksa, ketika susah, hatinya tidak akan terguncang, sebab ia senantiasa rido akan takdirnya. Oleh karena itu, orang yang zuhud akan senantiasa tenang jiwanya.
Konsep Mahabbah Imam Al-Tustari (200-283 H) Yayan Mulyana
Syifa al-Qulub Vol 1, No 2 (2017): Januari, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i2.1427

Abstract

Cinta (mahabbah) merupakan tujuan paling agung seorang ‘abid, dan, maksud yang paling mulia seorang yang ta’at kepada Allah. Banyak orang yang mengaku sebagai pecinta tetapi sungguh mereka bukan pecinta sejati. Allah menjelaskan siapa pecinta sejati (Q.S. Ali- Imran [3]:31), cinta bagi, untuk dan dari Allah senantiasa bertambah seiring bertambahnya iman (Q.S. Al-Baqarah [2]:165), cinta menyelamatkan orang mukmin dari ‘adzab Allah di dunia dan akhirat (Q.S. Al-Maidah [5]:18), merupakan anugerah dan pemberian Allah, dan pecinta sejati adalah mujāhid fῑ sabῑlillah Q.S. Al-Maidah [5]:54), dan pecinta selalu bersama kekasihnya (H.R. Bukhori Muslim). Alquran dan Hadis merupakan sumber ajaran tasawuf dan di tangan para sufi konsep mahabbah dikembangkan melalui proses internalisasi dan penajaman spiritual. Sudah banyak pembahasan tentang mahabbah dari para tokoh sufi ternama, namun untuk tokoh yang satu ini luput dari perhatian, padahal ia merupakan tokoh sufi generasi awal yang ajarannya banyak dibicarakan, dikutip dan mempengaruhi para ulama tasawuf sesudahnya. Sudah barang tentu banyak terdapat persamaan dan perbedaan antara dia dengan tokoh sufi lainnya. Tokoh sufi yang dimaksud penulis adalah Sahl bin Abdillah al-Tustarῑ. Selain sebagai ulama tasawuf beliau juga seorang mufasir, Tafsῑr al-Qur’ān al-‘Aẓῑm merupakan karya tafsirnya yang diakui oleh para mufasir sebagai icon tafsir sufi isyari. Diantara karyanya di bidang tasawuf yaitu Daqāiq al-Muhibbῑn, Mawā’iẓ al-‘Arifῑn, Jawābāt Ahl al-Yaqῑn, dan Al-Ghāyah li Ahl al-Nihāyah. Baginya mahabbah merupakan anugerah, pemberian dan karunia dari Allah dan bukan hasil amaliah dan usaha (kasb), ia merupakan pancaran atau limpahan dari Allah tanpa menunggu (intiẓār) atau permintaan dari seorang hamba.
Takhrij and Syarah Hadith of Agrotechnology: Farming and Planting Agriculture Meutia Rizki; Wahyudin Darmalaksana; Yayan Mulyana; Ahmad Taofik
Gunung Djati Conference Series Vol. 1 (2021): Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies (CISS)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.241 KB)

Abstract

This study aims to discuss the hadith with respect to agriculture. This research method is a qualitative type through literature and field studies with the takhrij and sharah hadith approaches. The results and discussion of this research is the excessive use of inorganic fertilizers or pesticides. The conclusion of this research is the takhrij and sharah of the Prophet’s traditions regarding the excessive use of inorganic fertilizers and their impact on pests so it would be better if you use organic fertilizers.
Study of Scientific Interpretation in Indonesia: A Study of Scientific Interpretation by the Ministry of Religion Ilham Fajar; Yayan Mulyana
Gunung Djati Conference Series Vol. 4 (2021): The 1st Conference on Ushuluddin Studies
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.515 KB)

Abstract

This study aims to discuss the study of scientific interpretation in Indonesia by examining the scientific interpretation of the work of the Ministry of Religion. This research method is a qualitative type through literature study with content analysis. The research discussion includes a general view of scientific interpretation, a study of scientific interpretation in Indonesia, and a study of scientific interpretation by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia. This study concludes that Tafsir 'ilmi is a process of explaining the verses of the Qur'an using a scientific style or approach in an effort to understand the content of the Qur'an based on scientific theories. Many studies of scientific interpretation in Indonesia have been carried out from the 1960s until now, a concrete example is the scientific interpretation by the Ministry of Religion. The Ministry of Religion, which is the government's right-hand man in assisting the government in the field of Religion, from 2010 to 2016 has published 19 themes of various interpretations.
Takhrij and Syarah Hadith of Chemistry: Revealing the Secret of the Olive Fruit from the Hadith Instructions and Scientific Explanations Riska Ardianna Putri; Dzikriyatun Qolbi Hizbullah; Yayan Mulyana; Muhtar Gojali; Nurhidayati Amaliah
Gunung Djati Conference Series Vol. 5 (2021): Proceedings Conference on Chemistry and Hadith Studies
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.787 KB)

Abstract

The purpose of this research is to discuss the hadith of the Prophet. about the Olive plant. This research method is qualitative through the takhrij and sharah hadith approaches with chemical analysis. The result and discussion of this research is that the olive plant was popular at the time of the Prophet, and is known in the world of modern medicine, and has been proven through medical research. The conclusion of this research is takhrij and syarah hadith of the Prophet. about the Olive plant with chemical analysis which has various good benefits.