Riana Sari Puspita Rasyid
Departemen Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Expression of NFATc1 is more Predominant in Triple Negative Breast Carcinoma Patients Riana Sari Puspita Rasyid; Krisna Murti; Zen Hafy
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol. 9 No. 1 (2022): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/jkk.v9i1.193

Abstract

Karsinoma payudara adalah keganasan paling umum pada wanita di negara maju dan berkembang. Karsinoma payudara invasif diklasifikasikan menjadi 4 subtipe yaitu luminal A dan B, human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) dan triple negative yang memiliki prognosis terburuk. Nuclear factor of activated T cell (NFATc) 1 merupakan faktor transkripsi penting dalam proses transformasi dan perkembangan keganasan. Oleh karena itu, ekspresi NFATc1 dapat menentukan prognosis karsinoma payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran NFATc1 pada progresivitas karsinoma payudara. Bahan dan metode, 52 blok parafin dipilih dan disiapkan untuk menilai ekspresi NFATc1 dengan imunohistokimia. Data ini diambil dari rekam medis: yaitu klasifikasi molekuler, usia pasien, ukuran tumor, invasi limfovaskular dan grade tumor. Ekspresi NFATc1 positif diamati pada 4 sampel yaitu pada inti luminal A (1 dari 12; 8,8%), luminal B (1 dari 15; 6,7%), dan triple negative (2 dari 12; 16,7%), tetapi tidak ada ekspresi NFATc1 yang terdeteksi dalam sampel HER2. Secara klinis, pasien ini lebih banyak pada usia dekade kelima (38,5%), dengan ukuran tumor lebih besar (≥2 cm; 90%), invasi limfovaskular positif (80,8%), dan derajat tinggi (3; 59,6%). Ekspresi NFATc1 lebih dominan pada karsinoma payudara triple negative.
HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KADAR ANTIBODI IMMUNOGLOBULIN G SETELAH VAKSINASI COVID 19 Veny Larasati; Rohan Sabloak; Riana Sari Puspita Rasyid; Eka Febri Zulissetiana; Susilawati; Soilia Fertilita
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol. 10 No. 1 (2023): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Univers
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/jkk.v10i1.329

Abstract

Kebiasaan olahraga identik dengan konsep FITT (Frequency, Intensity, Type, Time) untuk menentukan efektifitas dari olahraga yang dilakukan. Sistem imun tubuh responsif terhadap kebiasaan berolahraga sehingga mampu meningkatkan respon imun terhadap antigen penyusun yang terdapat di dalam vaksin. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara kebiasaan olahraga dengan respon imun pasca vaksinasi COVID-19 di Kota Palembang. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional terhadap individu yang mendapatkan inactivated vaccine COVID-19 dosis kedua, dengan pengambilan sampel secara consecutive sampling dengan 78 sampel. Data pada penelitian diambil dengan wawancara mengenai kebiasaan olahraga 1 bulan sebelum vaksinasi, serta dilakukan pengambilan sampel darah vena sebanyak 5 cc pada ±28-30 hari setelah vaksinasi kedua. Darah diproses menjadi serum untuk pemeriksaan kadar IgG anti s1 RBD SARS-CoV-2 menggunakan kit produksi Abbott dengan metode CMIA. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Pearson’s Chi-squared atau uji Fisher’s Exact dan/atau uji penggabungan sel sebagai alternatif. Pada penelitian ini distribusi frekuensi sampel dominan pada usia dewasa muda (56,4%), jenis kelamin perempuan (52,6%) dan kadar IgG rendah (52,6%). Interval kadar IgG pada sampel adalah 42,1 – 12971,3 AU/mL, dengan rata- rata kadar IgG 1494,95 AU/mL dan median 794,35 AU/mL. Sebaran data dominan pada kelompok dengan kebiasaan olahraga (64,1%), frekuensi olahraga kurang ideal (33,3%), jenis olahraga aerobik (59%), intensitas olahraga ringan (46,2%), dan durasi olahraga sangat lama (20,5%). Tidak diperoleh hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga (frekuensi, jenis, intensitas dan durasi olahraga) dengan respon imun pasca vaksinasi.