Redi Hadiyanto
Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung, Indonesia.

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Tinjauan Fikih terhadap Jual Beli Hasil Olahan Makanan yang Digoreng dengan Minyak Bekas Pakai Nurviya Alfitri; Redi Hadiyanto; Liza Dzulhijjah
Jurnal Riset Ekonomi Syariah Volume 3, No. 2, Desember 2023 Jurnal Riset Ekonomi Syariah (JRES)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jres.v3i2.2848

Abstract

Abstract. This study aims to understand the practice of buying and selling processed food products that are fried in used oil by pecel lele shop owners, as well as to understand the review of muamalah fiqh and Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection against the sale and purchase of processed food products that are fried with used oil. The research method used is qualitative research with a normative-empirical approach, data collection techniques through interviews and documentation. The results of the research are 1) This buying and selling practice is declared unlawful, because the condition of the oil used in this buying and selling practice uses used oil so that the food sold is unhealthy and triggers disease in the buyer. 2) Muamalah fiqh review of the sale and purchase of processed food products does not meet the requirements for goods that are useful according to syara', because processed food products have gone through a frying process with used oil. Therefore, the benefit received can be reduced in value. 3) Business actors have not fulfilled consumer rights listed in article 4 of Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection. One of the rights that has not been fulfilled, namely the right to comfort, security and safety in consuming goods and/or services, due to the repeated use of used oil. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik jual beli hasil olahan makanan yang digoreng dengan minyak bekas pakai yang dilakukan pemilik warung pecel lele, serta untuk memahami tinjauan fikih muamalah dan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap jual beli hasil olahan makanan yang digoreng dengan minyak bekas pakai. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif-empiris, teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah 1) Praktik jual beli ini dinyatakan melanggar hukum, karena kondisi minyak yang digunakan dalam praktik jual beli ini menggunakan minyak bekas pakai sehingga membuat makanan yang dijual tidak sehat, dan memicu penyakit pada pembeli. 2) Tinjauan fikih muamalah terhadap jual beli hasil olahan makanan tidak memenuhi syarat barang yang bermanfaat menurut syara’, karena hasil olahan makanan telah melalui proses penggorengan dengan minyak bekas pakai. Oleh karena itu, kemaslahatan yang diterima dapat berkurang nilainya. 3) Pelaku usaha belum memenuhi hak konsumen yang tercantum dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Salah satu hak yang belum dipenuhi, yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, karena penggunaan minyak bekas pakai yang berulang.
Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Perubahan Kebijakan Pembayaran Tagihan Listrik PT PLN (PERSERO) pada Awal Covid19 Aulia Rachmi Yuliarti; Nandang Ihwanudin; Redi Hadiyanto
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v3i2.8430

Abstract

Abstract: Since the Covid 19 virus hit the country, almost all public services have changed drastically. One of them is the payment of electricity bills, especially for postpaid customers. Because the recording of electricity meters to customers homes has been temporarily suspended, PLN has instead adopted a policy that the amount of usage for April accounts (usage in March) refers to the average of the past three months. The calculation of electricity bills using the average scheme for the last 3 months and carrying over electricity bills made by PLN to customers is baseless, and is taken unilaterally without an agreement with the customer. The research method used is qualitative with analytical descriptive method. The data collection techniques used are interviews, documentation studies and literature studies. Research shows that the policy for calculating electricity bills using the calculation of the average usage of 3 months is taken by PLN so that customers feel safe from the Covid 19 pandemic. As for the calculation scheme, it contains an element of gharar or obscurity for consumers regarding the amount of kwh meter usage. This is not in accordance with muamalah fiqh, unless there is a willingness on the part of the consumer to pay the bill by first clarifying the use of the electricity meter by matching the usage stated on the electricity bill with the kWh meter in the customer's home.Keywords: calculation, bill, covid 19.Abstrak: Sejak virus Covid 19 melanda tanah air, hampir seluruh pelayanan publik berubah drastis. Salah satunya dalam pembayaran tagihan listrik, khususnya untuk pelanggan pasca bayar. Karena pencatatan meteran listrik ke rumah pelanggan dihentikan sementara, sebagai gantinya PLN mengambil kebijakan bahwa besaran pemakaian rekening April (pemakaian Maret) mengacu pada rata-rata tiga bulan ke belakang. Penghitungan tagihan listrik dengan skema rata-rata 3 bulan terakhir dan carry over tagihan listrik yang dilakukan oleh PLN ke pelanggan tidak berdasar, dan diambil sepihak tanpa kesepakatan dengan pelanggan. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan metode deskriptif analistis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian menunjukkan bahwa kebijakan perhitungan tagihan listrik dengan menggunakan perhitungan pemakaian rata-rata 3 bulan ini diambil PLN agar pelanggan merasa aman dari pandemi covid 19. Sedangkan untuk skema perhitungannya, mengandung unsur gharar atau ketidakjelasan bagi pihak konsumen mengenai besaran pemakaian kWh meter. Hal ini tidak sesuai dengan fikih muamalah, kecuali terdapat kerelaan dari pihak konsumen untuk membayar tagihan tersebut dengan terlebih dulu melakukan klarifikasi pemakaian meter listrik dengan mencocokan pemakaian yang tertera pada tagihan listrik dengan kWh meter yang ada di rumah pelanggan.Kata Kunci: perhitungan, tagihan, covid 19.
Tinjauan Hukum Islam dan Fatwa DSN-MUI Nomor 6/IV/2000 tentang Jual Beli Istishna terhadap Implementasi Transaksi Akad Jual Beli Pesanan di Konveksi Cimahi Salwa Nabila Putri; Redi Hadiyanto; Neng Dewi Himayasari
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v3i2.8847

Abstract

Abstrak. Istishna termasuk kedalam akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’) didalamnya ada barang yang diakadkan, dan adanya ijab dan qabul. Ketentuan mengenai barang dan pembayaran diatur di dalam Hukum Islam yang diambil dari teori Imam Hanafi dan fatwa DSN Nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna. Salah satu usaha yang menggunakan praktik jual beli istishna adalah konveksi pakaian Putra Mandiri di Cimahi. Pada praktiknya Putra Mandiri menyampaikan pesanan klien kepada vendor jahit. Selanjutnya terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak mengenai barang dan pembayaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik jual beli pesanan di Konveksi Putra Mandiri serta, untuk mengetahui tinjauan hukum Islam dan fatwa DSN 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna terhadap praktik jual beli di Konveksi Putra Mandiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif dengan jenis penelitian lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa praktik jual beli pesanan di Konveksi Putra Mandiri tidak termasuk kedalam jual beli istishna. Karena pada kenyataannya Putra Mandiri memberikan bahan jahit kepada vendor untuk dapat menyelesaikan barang dan Putra Mandiri berperan sebagai pemilik usaha yang mebutuhkan jasa saja. Melihat dari definisi yang di jelaskan oleh Imam Abu Hanifah dan fatwa DSN No. 6, dapat disimpulkan bahwa praktik jual beli pesanan yang terjadi di Konveksi Putra Mandiri dan vendor jahit tidak sesuai dengan akad jual beli pesanan dalam bentuk istishna. Abstract. Istishna is included in the contract of buying and selling in the form of ordering the production of specific goods with certain criteria and conditions agreed upon between the buyer (the customer, mustashni’) and the seller (the producer, shani’). It involves the arrangement of the goods and the presence of an offer and acceptance. The provisions regarding goods and payment are regulated in Islamic Law, taken from the theory of Imam Hanafi and the fatwa of DSN Number 06/DSN-MUI/IV/2000 concerning istishna sales and purchases. One business that uses the practice of istishna sales and purchases is Putra Mandiri's clothing convection in Cimahi. In practice, Putra Mandiri conveys client orders to the sewing vendor. Subsequently, an agreement is reached between both parties regarding the goods and payment. The aim of this research is to determine the practice of ordering sales and purchases at Putra Mandiri's Convection as well as to understand the Islamic law perspective and the fatwa of DSN 06/DSN-MUI/IV/2000 concerning istishna sales and purchases in Putra Mandiri's Convection. This research uses a qualitative method with a normative approach and a field research type. The data collection techniques used are observation, interviews, documentation, and literature review. The results of this research show that the practice of ordering sales and purchases at Putra Mandiri's Convection is not classified as istishna sales and purchases. This is because, in reality, Putra Mandiri provides sewing materials to the vendor to complete the goods, and Putra Mandiri acts as a business owner who only requires services. Considering the definition provided by Imam Abu Hanifah and the fatwa of DSN No. 6, it can be concluded that the practice of ordering sales and purchases that occur in Putra Mandiri's Convection and the sewing vendor is not in accordance with the contract of ordering sales and purchases in the form of istishna.
Analisis Perlindungan Konsumen Menurut Fikih Muamalah dan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap Akad Simpanan di BMT Mardlotillah Tanjungsari Sumedang Yuli Sri Nurhasanah; Asep Ramdan Hidayat; Redi Hadiyanto
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcssel.v3i2.9353

Abstract

Abstract Consumer protection is a step that aims to protect consumers and is an obligation that must exist because it is one of the conditions for success. Consumer protection has also been regulated in Law No. 8 of 1999 concerning consumer protection. BMT Mardlotillah is a Sharia Financial Services Cooperative (KJKS) located in Tanjungsari District, Sumedang Regency. But starting in 2019, BMT experienced problems because many customers wanted to take their money, but the BMT did not give the customer's savings directly. This study aims to determine consumer protection practices carried out by BMT Mardlotillah regarding the implementation of savings contracts and to determine consumer protection analysis according to Fikih Muamalah and Law No. 8 of 1999 concerning Consumer Protection for savings contracts provided by BMT Mardlotillah to customers. The research method used in this study is a qualitative method. The type of research used is field search (field) and uses primary and secondary data. The data collection technique is by interview and observation. The results of this study are that the consumer protection provided by BMT Mardlotillah is not in accordance with muamalah fiqh and Law No. 8 of 1999, there are still many consumer rights and obligations that are not fulfilled. Keywords: consumer protection, savings contract, BMT Abstrak Perlindungan konsumen merupakan suatu langkah yang bertujuan untuk melindungi konsumen dan merupakan suatu keawajiban yang harus ada karena merupakan salah satu syarat untuk mencapai keberhasilan. Perlindungan konsumen juga sudah diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. BMT Mardlotillah merupakan sebuah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang berlokasi di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Tetapi mulai pada tahun 2019 BMT ini mengalami kendala dikarenakan banyak nasabah yang ingin mengambil uangnya tetapi pihak BMT tidak memberikan langsung uang tabungan nasabah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik perlindungan konsumen yang dilakukan oleh BMT Mardlotillah terhadap implementasi akad simpanan dan untuk mengetahui analisis perlindungan konsumen menurut Fikih Muamalah dan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap akad simpanan yang diberikan BMT Mardlotillah kepada nasabah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah field search (lapangan) dan menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengambilan datanya dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini bahwa perlindungan konsumen yang diberikan oleh BMT Mardlotillah belum sesuai dengan fikih muamalah dan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 masih banyak hak dan kewajiban konsumen yang tidak dipenuhi. Kata kunci : perlindungan konsumen, akad simpanan, BMT