Dian Novita
Pusat Survei Geologi

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Warukin di Desa Kalumpang, Binuang, Kalimantan Selatan Dian Novita
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i3.12

Abstract

Batubara masih menjadi salah satu sumber energi utama di Indonesia, utamanya sebagai pemasok energi pembangkit listrik. Formasi Warukin menjadi salah satu formasi pembawa batubara dalam kuantitas besar di Cekungan Barito. Berdasarkan litostratigrafi dan pengeplotan nilai TPI (Total Presevation Index) dengan GI (Gelification Index) dalam diagram fasies Diessel menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan batubara Formasi Warukin merupakan daerah delta dan dataran banjir yang masih kaya akan pasokan sedimen produk endapan crevarsse splay. Dari nilai reflektansi vitrinit menunjukkan batubara berada pada peringkat lignite (0.29) hingga high volatile bituminous C (0.49). Berdasarkan zona pembentukan hidrokarbon, peringkat batubara dengan nilai 0.49 telah berada pada zona awal pembentukan minyak. Dengan demikian ada indikasi kematangan batuan sumber untuk hidrokarbon dari Formasi Warukin 
Pola Perubahan Iklimpurba pada Umur Pliosen dengan Proksi Foraminifera: Studi Kasus Formasi Sentolo, Yogyakarta Dian Novita; Dwika Rizkika Wirawan; Sonia Rijani; Undang Hermawan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 23 No. 3 (2022): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v23i3.703

Abstract

Studi distribusi foraminifera untuk menentukan pola perubahan iklimpurba pada umur Pliosen dilakukan pada Formasi Sentolo. Daerah survei terletak di sebelah barat kota Yogyakarta. Secara regional daerah ini merupakan bagian dari Pegunungan Kulon Progo. Pengukuran stratigrafi dilakukan dengan metode Tongkat Jacob dengan total ketebalan lapisan 38,9 meter. Bagian bawah daerah survei tersusun oleh perlapisan batupasir karbonatan-napal. Bagian tengah berkembang fasies perlapisan batugamping-batupasir karbonatan dan di ketebalan 25 meter berkembang perlapisan batugamping packstone-rudstone. Bagian atas pengukuran stratigrafi kembali berkembang fasies batupasir karbonatan dengan sisipan napal. Analisis lingkungan pengendapan dengan metode P/B ratio mendapatkan dinamika lingkungan pengendapan dari batial bawah hingga neritik luar. Analisis biozonasi mendapatkan zona Globigerina nepenthes dengan kisaran umur N19 (Pliosen Awal) dan zona Globorotalia pseudomiocenica dengan umur N20 (Pliosen Akhir). Dijumpai dua pola perubahan iklim di daerah survei, yaitu pola mendingin pada Pliosen Awal dan pola menghangat pada Pliosen Akhir. Hal tersebut memiliki pola yang sejalan dengan kurva eustasi global yang menunjukkan adanya penurunan muka air laut global pada Pliosen Awal dan kenaikan muka air laut secara gradual memasuki Pliosen Tengah. Katakunci: Foraminifera, Formasi Sentolo, iklim purba, Pliosen
Geokimia dan Analisis Lingkungan Pengendapan Batugamping Pliosen Formasi Paciran di Daerah Watuputih, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah Dian Novita; Budi Muljana; Moh. Heri Hemriyanto Z
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 24 No. 2 (2023): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i2.729

Abstract

Batugamping Formasi Paciran berumur Pliosen tersingkap di daerah Watuputih, Rembang Jawa Tengah. Pengukuran stratigrafi rinci dengan skala 1:100 dengan total ketebalan batugamping 57,6 meter. Analisa mikrofasies menggunakan sayatan tipis menghasilkan 3 SMF yaitu burrowed biocklastic wackestone (SMF 9), bioclastic packstone with skeletal grain (SMF 10), dan rudstone abundant with algae/foraminifera (SMF18) dengan zona fasies (FZ) 7 dan 8 yaitu pada paparan laguna dengan sirkusi pada lautan terbuka kemudian berubah menjadi paparan laguna tertutup. Analisa oksida utama menyebutkan adanya korelasi positif antara CaO dan LOI yang mengindikasikan bahwa batuan memiliki kandungan material organik/karbonat yang melimpah. Persentase kehadiran oksida pengotor pada batuan karbonat seperti SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 dijumpai dengan jumlah yang minimal mengindikasikan pada saat pembentukan batugamping sedikit mendapat pengarh dari material detritus. Rasio Ca/Mg menunjukkan batugamping Paciran di lokasi penelitian masuk dalam kelompok pure limestone yang terbentuk pada cekungan jauh dari garis pantai.Kata kunci : geokimia, batugamping, lingkungan pengendapan, Formasi Paciran 
Distribusi Foraminifera Bentonik Besar sebagai Penentu Lingkungan Pengendapan Karbonat Pliosen dari Formasi Paciran Bagian Bawah Dian Novita; Budi Muljana; Moh. Heri Hermiyanto Z
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 24 No. 4 (2023): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i4.748

Abstract

Batugamping berumur Pliosen dari Formasi Paciran bagian bawah yang tersingkap di wilayah Rembang Tengah sangat menarik untuk dikaji. Terdapat perubahan suhu pada Pliosen Awal yang hangat menunju pendinginan global pada Pliosen Akhir akan mempengaruhi kumpulan foraminifera bentik besar yang sangat responsif terhadap perubahan lingkungan. Dijumpai 6 spesies foraminifera bentik besar yaitu Amphistegina sp., Alveolina sp., Cycloclypeus sp., Heterostegina sp., Lepidocyclina sp., dan Operculina sp. Kemunculan akhir dari Lepidocyclina sp. mengindikasikan batugamping terbentuk pada Pliosen Awal. Pengeplotan persentase kumpulan foraminifera pada Diagram Hallock mendapatkan hasil batugamping Formasi Paciran terendapkan pada lingkungan open platform, kemudian mengalami perubahan pendangkalan kearah sand shelf. Cekungan kembali mendalam diikuti dengan kembalinya lingkungan pengendapan di open platform. Katakunci: Batugamping, foraminifera bentik besar, lingkungan pengendapan, Pliosen.