Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR Sabono, Ferdy
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah adat (Sa’o) merupakan konsep berhuni yang diterapkan oleh masyarakat Doka dengan menempatkan atau berdampingan dengan unsur tradisional di dalamnya. Dalam tatanan hierarki bentuk dan ruang pada rumah adat dusun Doka selalu terdiri dari ruang Kada Wari (beranda), Teda Wawo (ruang transisi) dan One (ruang inti). Bentuk kepercayaan masyarakat doka menjadikan One sebagai ruang representatif keberadaan leluhur sehingga menduduki peranan penting dalam identitas rumah adat yakni sebagai pusat hunian (core). Kebutuhan penambahan ruang oleh faktor eksternal seperti tingkat ekonomi, status sosial hingga efek modernitas memberikan pengaruh pada keputusan penambahan ruang-ruang baru pada rumah adat. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengkaji konsep rumah tumbuh  pada rumah adat Doka serta sejauh mana bentuk penambahan ruang yang dianggap sebagai tindakan kearifan dalam mempertahankan tradisi nilai budaya. Adapun metode penelitian yang digunakan berupa pengamatan langsung terhadap beberapa sampel hunian rumah adat yang memiliki perbedaan dari segi pola pengembangan ruang dan transformasi bentuk material. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep rumah tumbuh pada hunian rumah adat di dusun Doka menganut konsep pengembangan ruang yang mengikat (statis) dan lepasan (dinamis). Konsep pengembangan ruang yang mengikat yakni pada urutan ruang pembentuk utama (Kada Wari, Teda Wawo dan One), perlakukan leveling lantai serta sistem material, struktur dan konstruksi pada One. Sedangkan konsep lepasan terdiri dari penyesuaian terhadap jumlah penghuni, kebutuhan fungsi ruang, sistem pembagian lahan (site) dan kebutuhan akan penggunaan material bahan bangunan terbaru.
Tahapan Konstruksi dan Logika Struktur Rumah Adat Sa’o di Dusun Doka, Nusa Tenggara Timur Ferdy Sabono
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan Vol 20, No 1 (2022): Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan
Publisher : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/arst.v20i1.58155

Abstract

Traditional architecture in Doka called Sa’o (traditional house) has a unique physical identity in the form of structure and construction. Even though it looks simple, the structure of the foundation, the body, and the roof is able to provide strength and stability to the building. If we are looking back to see how to build a traditional house in the past, the trial and error strategy becomes a method of logical thinking by understanding the principles of building structures. For this reason, this study aims to determine the logical thinking of structural principles by identifying all steps of construction and every structural element obtained through field observations. The results show that the form of structure and construction steps at the traditional house (Sa’o) has considered the principle of load distribution and the response to the styles that influence it. That’s why this research became more interesting as a knowledge to understand the logic of thinking of those people while creating an architectural concept.
KAJIAN PERUBAHAN RUANG DAN SOUNDMARK KAWASAN WISATA PUSAKA TAMANSARI YOGYAKARTA Patricia Pahlevi Noviandri; Ferdy Sabono
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 4 No. 1 (2018): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7402.475 KB) | DOI: 10.21460/atrium.v4i1.27

Abstract

Title: Study of Space Changing and Soundmark in Tamansari Heritage Tourism Area, Yogyakarta Tamansari area is an area of historical value. Until now, this region has been conserved and used as a heritage tourism. The Tamansari site, which has not been used anymore since the reign of Sultan Hamengkubuwono III, has caused the growth of residential areas around it. This causes a change in the solid void of the Tamansari area. Changes in the existing building structure create differences in the soundscape of the area that was once the location of the palace retreat and is now a heritage tourism area. In this study will discuss the changes that occur in the mass management of buildings in the Tamansari area that will affect the environmental acoustics of the area. This research method uses qualitative deductive method by comparing the shape of the space during the active period of the building as the resting of the Keraton family with the current building mass discussed with the theory of space and acoustic environment. The results of this study are changes in ground figures and linkages showing changes in the soundmark of the Tamansari area. Changing ground figures make the impact of increasingly diverse activities appear. Soundmark changed from the dominant calm voice to the nois dominant. The soundmark area changes from sounds that support a sacred atmosphere with sounds that are due to building density. This change in soundmark creates a change of sense of place from the Tamansari area.
PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP SETTING FISIK DAN AKTIVITAS RUANG CAFE COWORKING SPACE DI YOGYAKARTA SEBAGAI RESPON TERHADAP PANDEMI COVID-19 Ferdy Sabono
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v11i3.010

Abstract

Pembatasan aktivitas dan kontak fisik antar manusia pada bangunan publik diberlakukan sejak pandemi Covid-19. Pembatasan tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya kluster penyebaran virus, sehingga perlu adanya perubahan dan adaptasi pada tata ruang dan aktivitas bangunan publik. Salah satunya yakni cafe coworking space di Yogyakarta yang tetap berkegiatan di masa pandemi dengan menerapkan physical distancing (pembatasan fisik) seperti adaptasi pada penataan ulang interior, mengatur alur kegiatan serta pengaturan kapasitas pengunjung. Namun adaptasi tersebut bersifat insidental dan mendesak, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi relevansi bentuk adaptasi tersebut pada tingkat keamanan dan kenyamanan pengunjung berdasarkan persepsi yang diperoleh lewat e-kuesioner. Hasil  penelitian menunjukan bahwa penataan ulang pada ruang cafe coworking space belum efisien sehingga kriteria setting fisik yang responsif menurut persepsi pengunjung adalah pemberian jarak antar tempat duduk serta mengatur pola penataan tempat duduk, dan penentuan lebar jalur sirkulasi. Sedangkan setting aktivitas yakni berupa kegiatan sterilisasi dan pengecheckan suhu seharusnya dilakukan sebelum pengunjung memasuki ruangan serta memberikan perbedaan pada akses masuk dan keluar ruangan.   
Manfaat dan Tantangan Penggabungan Pengukuran Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Arsitektur Ferdy Sabono; Iwan Sudradjat; Indah Widiastuti
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan Vol 21, No 1 (2023): Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan
Publisher : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/arst.v21i1.71613

Abstract

Inaccuracy in choosing and using the type of measurement will result in biased research findings. Measurements commonly used in architectural research are objective, subjective, or objective-subjective (mixed) measurements. This article will discuss mixed measures (objective and subjective) in architectural research. Researchers can analyze field data using a quantitative approach, while subjective measurement data are analyzed using a qualitative approach. The results of the interpretation of the two types of measures can show convergence or divergence. This article aims to reveal the benefits and challenges of combining objective and subjective measurements in architectural research, based on systematic literature reviews in scientific journals, which have successfully used objective-subjective measurements and outlines the various benefits and challenges. This study shows that using objective-subjective measures in architectural research can be beneficial if done in an appropriate context.
KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR Ferdy Sabono
MEDIA MATRASAIN Vol. 14 No. 1 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v14i1.15444

Abstract

Rumah adat (Sa’o) merupakan konsep berhuni yang diterapkan oleh masyarakat Doka dengan menempatkan atau berdampingan dengan unsur tradisional di dalamnya. Dalam tatanan hierarki bentuk dan ruang pada rumah adat dusun Doka selalu terdiri dari ruang Kada Wari (beranda), Teda Wawo (ruang transisi) dan One (ruang inti). Bentuk kepercayaan masyarakat doka menjadikan One sebagai ruang representatif keberadaan leluhur sehingga menduduki peranan penting dalam identitas rumah adat yakni sebagai pusat hunian (core). Kebutuhan penambahan ruang oleh faktor eksternal seperti tingkat ekonomi, status sosial hingga efek modernitas memberikan pengaruh pada keputusan penambahan ruang-ruang baru pada rumah adat. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengkaji konsep rumah tumbuh  pada rumah adat Doka serta sejauh mana bentuk penambahan ruang yang dianggap sebagai tindakan kearifan dalam mempertahankan tradisi nilai budaya. Adapun metode penelitian yang digunakan berupa pengamatan langsung terhadap beberapa sampel hunian rumah adat yang memiliki perbedaan dari segi pola pengembangan ruang dan transformasi bentuk material. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep rumah tumbuh pada hunian rumah adat di dusun Doka menganut konsep pengembangan ruang yang mengikat (statis) dan lepasan (dinamis). Konsep pengembangan ruang yang mengikat yakni pada urutan ruang pembentuk utama (Kada Wari, Teda Wawo dan One), perlakukan leveling lantai serta sistem material, struktur dan konstruksi pada One. Sedangkan konsep lepasan terdiri dari penyesuaian terhadap jumlah penghuni, kebutuhan fungsi ruang, sistem pembagian lahan (site) dan kebutuhan akan penggunaan material bahan bangunan terbaru.
A Review: Exploring AI’s Role in Architecture: Redefining New Design Interactions Sabono, Ferdy
Dimensi: Journal of Architecture and Built Environment Vol. 52 No. 1 (2025): JULY 2025
Publisher : Institute of Research and Community Outreach, Petra Christian University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9744/dimensi.52.1.27-43

Abstract

The use of artificial intelligence in architecture has had a significant impact on the profession, sparking debate about its potential to fully automate architectural work. However, there is limited research on the influence of AI across all phases of the architectural design process. This article aims to analyze the extent of AI’s impact on architecture and to identify potential future benefits and challenges. The phases of architectural work discussed include pre-design, schematic design, design development, construction documentation, negotiation, and construction observation. Through a systematic literature review, this study highlights the transformative impact of AI across all stages of architectural design, emphasizing emerging concepts of design interaction and their implications for the profession. The findings suggest that while AI cannot fully replace architects, it indicates a shift in their role by enhancing collaboration and work flexibility. Nonetheless, the study emphasizes the importance of strengthening architects’ technological competence in using AI tools to ensure their continued relevance in the future.