Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Application of Communal Mating and Introduction of Rex Rabbit Bucks to Community Rabbit Breeder in Kulonprogo, Yogyakarta Rahmat Bintang Ramadhan; Bunga Putri Sepwiati; Monica Caroluna Naidilah Dwi Putri; Widya Nur Amalia; Zaenab Nurul Jannah; Adi Tiya Warman; Amir Husaini Karim Amrullah; Bayu Andri Atmoko; Panjono Panjono
Warta Pengabdian Andalas Vol 31 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.31.1.143-153.2024

Abstract

The rabbit farming business has great potential to meet the need for animal protein, and currently, many rabbit farming businesses are being cultivated. Farmers face nonoptimal reproductive performance with the currently implemented mating management, so improvement efforts are needed. The community service aimed to implement good breeding practices through communal mating and introducing bucks Rex rabbits to rabbit breeders in Kulonprogo, Yogyakarta. The community service activities were conducted from June to September 2023 at one of the rabbit breeders in Kulonprogo Regency, Yogyakarta. The activities include: 1. initial preparation and coordination, 2. preparation of extension materials, guidebooks (assistance media), 3. Direct training through extension. 4. Implement communal mating, introduce Bucks Rex directly at partner locations, and distribute guidebooks. 5. Monitoring and evaluation of activity results. The enthusiasm of breeders in community service was proven by the presence of 30 breeders in extension and discussion activities with the theme "Kopi Darat Peternak Kelinci Komersial." The results of the application of the communal mating method show farmer satisfaction, with 4 out of 5 rabbits becoming pregnant from the application of this method. Increasing the reproductive performance of the breeder's doe can increase rabbit production, thereby contributing to the breeder's income. Implementing good breeding practices through communal mating and the introduction of bucks Rex rabbits can be a solution for breeders regarding the low productivity of the rabbits.
Aplikasi Fly Trap Menggunakan Antraktan Berbahan Telur Ayam di Kandang Sapi Potong Anas Tasya Azahra; Panjono Panjono; Raden Wisnu Nurcahyo; Hamdani Maulana; Bayu Andri Atmoko; Amir Husaini Karim Amrullah; Adi Tiya Warman; Zaenab Nurul Jannah
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol. 6 No. 4 (2024): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v6i4.149

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas penerapan fly trap dengan menggunakan antraktan berbahan telur ayam di kandang sapi potong. Penelitian dilaksanakan di kandang sapi potong Pusat Pengembangan Ternak (PPT) Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Materi yang digunakan adalah alat fly trap atau perangkap lalat dan atraktan berupa telur ayam yang telah dikocok dan juga petrogenol. Atraktan dimasukkan ke dalam flay trap yang berbentuk tabung silinder. Perangkap berisi atraktan kemudian ditempatkan pada tiap-tiap petak kandang. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga tidak ditemukan adanya lalat yang terperangkap di fly trap. Data yang dikaji meliputi daya tahan atraktan, jenis lalat, dan jumlah lalat yang terperangkap. Data dianalisis menggunakan analisis variansi pola searah. Antraktan berbahan telur ayam dan petrogenol mampu bertahan hingga tujuh hari, dan mampu menangkap lalat Musca domestica, Chrysomya megacepala, Bactrocera dorsalis, dan total lalat masing masing sebanyak 32,40±18,52 dan 1,20±1,09 ekor, 6,00±4,95 dan 0,00±0,00 ekor, 0,00±0,00 dan 2,80±1,64 ekor, serta 38,40±22,74 dan 4,00±2,55 ekor. Jenis lalat Musca domestica yang terperangkap pada telur ayam lebih tinggi (p<0,01) daripada petrogenol serta lalat Chrysomya megacepala yang terperangkap pada telur ayam lebih tinggi (p<0,05) daripada petrogenol. Namun, jumlah lalat Bactrocera dorsalis yang terperangkap pada telur ayam lebih rendah (p<0,01) dari pada petrogenol. Secara total jumlah lalat yang terperangkap pada atraktan berbahan telur ayam lebih banyak (p<0,01) daripada petrogenol. Disimpulkan bahwa aplikasi fly trap dengan menggunakan antraktan berbahan telur ayam lebih efektif dalam menangkap lalat di kandang sapi potong dibandingkan dengan menggunakan petrogenol.