Sonia Putri Hutauruk
Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENTINGNYA PASTORAL KONSELING TERHADAP MASA PERKEMBANGAN REMAJA YANG MENGALAMI KRISIS PERHATIAN Rawatri Sitanggang; Elsa Yulinarda Yahya Nainggolan; Giovani Jandriano Lubis; Sri Melati Sinambela; Agnesia Carmelita Mahulae; Sonia Putri Hutauruk
MERDEKA : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 2 (2023): Desember
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masa remaja dimulai pada  usia 12-16 tahun. Pada masa ini, masyarakat biasanya  masih sangat mudah terpengaruh, sehingga  remaja memerlukan perhatian dan bantuan khusus. Hal ini diperlukan agar remaja  tidak terlibat dalam hal-hal  negatif. Anak-anak perlu menerima cinta sejati dari orang tuanya. Bentuk  kasih sayang yang sebenarnya bisa berupa pelukan hangat, ciuman di kening, belaian, dan kata-kata yang menenangkan. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang dibingkai dengan  metode deskriptif kualitatif  yang berupaya menggambarkan kompleksitas permasalahan yang  diteliti. Dalam penelitian ini, metode deskriptif kualitatif  digunakan untuk menggambarkan perubahan kondisi keberfungsian keluarga di  masyarakat. Selain itu, jika konselor dapat menciptakan suasana percaya, remaja dapat dengan mudah dan  aman membicarakan masalah apa pun yang  dihadapinya. Maka disini dimensi kepercayaan sangat penting dalam proses konseling. Rasa empati ini harus diciptakan karena menunjukkan keterlibatan kita  yang mendalam terhadap segala permasalahan anak didik. Perhatian juga mendukung perasaan pulihnya seseorang  dari masalah yang dihadapinya
Pentingnya Keterampilan Sosial Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Menciptakan Lingkungan Pembelajaran yang Memotivasi Sonia Putri Hutauruk; Dorlan Naibaho
MERDEKA : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 1 (2023): Oktober
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/merdeka.v1i1.452

Abstract

Dalam tulisan ini penulis akan mengulas dan mendeskripsikan pentingnya kompetensi sosial guru PAK dalam meningkatkan motivasi siswa belajar PAK. Metode penelitian yang digunakan untuk menulis artikel ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang dipadukan dengan metode penelitian kepustakaan. Tantangan pendidikan Kristen saat ini dihadapi oleh kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diakses oleh semua orang dalam genggaman tangan. Ini menjadi tantangan yang kompleks bagi guru pendidikan agama: untuk mampu mengajar dan mempertahankan perhatian siswa serta termotivasi untuk mempelajari pendidikan agama. Jika guru PAK tidak memiliki kemampuan memotivasi siswa, maka mempelajari PAK akan menjadi kebiasaan yang lumrah bagi siswa di kemudian hari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru PAK dalam rangka memotivasi siswa belajar PAK dapat dilakukan lewat kompetensi sosial guru PAK. Kaitan antara kompetensi sosial guru PAK dengan motivasi siswa belajar PAK dimulai dari kemampuan guru PAK berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat. Kemampuan bergaul dan berkomunikasi yang baik dan efektif itulah yang akan memengaruhi kualitas pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Sebagaimana Yesus sendiri menunjukkan kompetensi sosial-Nya dengan bergaul dan bersosial kepada semua orang untuk memotivasi dan memberikan pengajaran firman Allah supaya semua orang hidup benar dan diselamatkan.
MODEL PEMBINAAN WARGA GEREJA MENURUT 1 TIMOTEUS Riski April Lumban Tobing; Sonia Putri Hutauruk; Andar Gunawan Pasaribu
MERDEKA : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 1 (2023): Oktober
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/merdeka.v1i1.455

Abstract

Pembinaan anggota jemaat harus diarahkan pada serangkaian pengembangan yang memenuhi kebutuhan anggota jemaat sebagai individu, sebagai komunitas, sebagai lembaga atau lembaga misionaris, dan sebagai wadah gereja. Dalam pelaksanaannya dilaksanakan Church Citizenship Development (PWG) berdasarkan 1 Timotius untuk mengatasi permasalahan yang muncul di gereja Efesus (1 Timotius 1: 3).Penelitian yang penulis gunakan untuk penulisan ini melalui study kepustakaan (Library Research) dengan menganalisis berbagai sumber tulisan berupa Alkitab, Artikel, Jurnal dan Karya Ilmiah serta buku yang berkaitan dengan pokok materi yang di bahas. Moh. Nazir mendefinisikan penelitian dengan study kepustakaan merupakan sebagai suatu cara mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang ada dan mengkajinya (Nazir, 1988, 111). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan praktis untuk pembinaan warga gereja sesuai dengan ajaran Kitab 2 Korintus. Gereja juga mempunyai kegiatan pembinaan yang berbeda dengan kegiatan pembelajaran formal bertingkat. Kedua, Pendidikan Orang Dewasa : berarti praktek pendidikan yang dilakukan dari oleh dan untuk, serta bersama orang dewasa, dengan landasan, tujuan, dan dorongan yang berlandaskan iman Kristiani. Tujuan hidup iman Kristen adalah memuliakan Allah Bapa, Putra dan Allah Roh Kudus dengan cara menjalankan kehendak Allah Tritunggal dan mengamalkan kasih terhadap sesama manusia sepanjang kehidupan Kristiani. Tujuan model Pembinaan Warga Gereja yaitu untuk mengajar, menjadi teladan dalam firman ALLAH,bertekun dan memimpin jemaat. PWG membantu umat paroki dan anggota gereja mengenali dan menerapkan iman Kristen dalam kehidupan mereka sehari-hari. Maitimoe (1983: 17) mengatakan: Sikap dan pemahaman yang menghargai pekerjaan Roh Kudus berarti bahwa upaya peningkatan jumlah umat Kristiani baru atau gereja baru tidak dapat menggantikan pekerjaan Roh Kudus. Pengembangan komunitas gereja (PWG) dalam 1 Timotius dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam gereja di Efesus (1 Timotius 1: 3). Ajaran Kristen 1 Timotius 4: 11-16 mengajarkan bagaimana setiap gereja harus mengadakan pelatihan untuk menjadi teladan yang baik. Keteladanan hidup harus menjadi prinsip bagi setiap orang. Artinya, Anda harus menjadi teladan bagi orang lain. Kehidupan yang patut diteladani harus selalu bersinar selaras dengan Firman Tuhan. Model keanggotaan gereja dalam buku ini dirancang untuk mengajarkan Firman Tuhan, memimpin dengan memberi contoh, dan dengan sabar memimpin gereja.