Rumen berasal dari kotoran sapi mengandung enzim selulase, amylase, protease, xilanase, mannanase, dan fitase (Lee et al. 2002). Rumen merupakan bahan-bahan makanan yang terdapat dalam rumen belum menjadi feces dan dikeluarkan dari dalam lambung, setelah hewan dipotong. Kandungan nutriennya cukup tinggi, hal ini disebabkan belum terserapnya zat-zat makanan yang terkandung didalamnya sehingga kandungan zat-zatnya tidak jauh berbeda dengan kandungan zat makanan yang berasal dari bahan bakunya, Limbah sayur dan bahan inilah yang digunakan dalam penelitian ini untuk menghidrolisis pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) Tujuan penelitian adalah untuk menentukan dosis cairan rumen sapi dalam proses fermentasi limbah sayur yang optimal terhadap derajat hidrolisis protein dan peningkatan kandungan nutrisi limbah sayur hasil fermentasi cairan rumen sapi dalam menghidrolisis bahan baku pakan ikan nila. Dalam penelitian tahapannya adalah, setelah proses fermentasi limbah sayur selesai, dilanjutkan dengan analisis proksimat dan pengujian aktivitas enzim protease, amylase dan sellulase limbah sayur hasil fermentasi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 9 unit percobaan setelah pengacakan.Data hasil proksimat kandungan nutrisi limbah sayur setelah difermentasi dianalisis menggunakan analisis varians, apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan ujiTukey, sedangkan aktivitas enzim dianalisis secara deskripsi yaitu membandingkan dengan teori yang diperoleh dari jurnal hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata derajat hidrolisis protein yang optimal diperoleh pada perlakuan C (20 ml) sebesar 76,45% disusul perlakuan B (15 ml) sebesar 21,27% dan terendah pada perlakuan A (10 ml) sebesar 20,36%, untuk kandungan hasil nutrisi hasil rata-rata kandungan kadar air limbah sayur yang difermentasi cairan rumen tertinggi diperoleh pada perlakuan C (20 ml) sebesar 68,31%, kadar protein kasar dan kadar lemak kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan B (10 ml) masing-masing sebesar 16,48%, dan 5,24%, kemudian kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan C (20 ml) sebesar 35,78% . Untuk data pengukuran parameter kualitas air masih berada dalam kisaran yang layak untuk kehidupan ikan nila