I KETUT GEDE RUDITA
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ORNAMEN CILI SEBAGAI MEDIA HIAS PADA SAJI BUNTILAN DI DESA ADAT SELAT, KARANGASEM I PUTU GEDE PADMA SUMARDIANA; I WAYAN ARISSUSILA; I KETUT GEDE RUDITA; MADE ARYA SEPTYASA
WIDYANATYA Vol 6 No 1 (2024): Widyanatya: Jurnal Pendidikan Agama dan Seni
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upacara Ngusaba Dimel di Desa Adat Selat, Karangasem dilaksanakan satu tahun sekali dengan mengambil tegak “kajeng” bertepatan pada sasih “tilem kaulu”. Dalam Upacara Ngusabe Dimel terdapat bentuk sesajen yang disebut dengan Saji Buntilan. Saji Buntilan merupakan salah satu sarana persembahan yang diperuntukan kepada masyarakat desa untuk membayar hutang. Berbicara mengenai Saji Buntilan, di dalamnya terdapat ornamen cili yang berbentuk segi tiga menyerupai wajah manusia. Ornamen Cili ini dalam masyarakat Hindu di Bali, merupakan simbol Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan dan telah memberikan anugrah hasil bumi yang melimpah. Berdasarkan latar belakang sebelumnya adapaun permasalahan yang di ajukan yaitu bagaimana bentuk dan nilai-nilai pendidikan seni rupa yang terkandung dalam ornamen cili sebagai media hias pada saji buntilan di Desa Adat Selat Karangasem. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode kualitatif melalui langkah-langkah reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teori estetika dan teori nilai. Adapun hasil yang diperoleh berupa Ornamen Cili pada upacara Ngusaba Dimel di Desa Adat Selat Karangasem memiliki bentuk visual menyerupai wajah manusia terdiri dari: mata, hidung, mulut dan di atasnya terdapat mahkota yang terbuat dari berbagai bunga. Kesemuanya itu dikemas sedemikian rupa sehingga terbentuk Ornamen Cili yang indah dan menarik untuk di pandang serta memiliki estetika maupun makna. Sedangkan nilai-nilai pendidikan seni rupa dalam Ornamen Cili pada saji buntilan di Desa Adat Selat, Karangasem mengacu pada konsep estetika Hindu terdiri dari: Nilai pendidikan kesucian (shiwam), nilai Pendidikan kebenaran (Satyam) dan nilai pendidikan keindahan (sundaram).
GAMELAN GONG BERI DALAM PELAKSANAAN UPACARA NGATURANG PAKELEM PADA PURNAMA KELIMA DI BANJAR SEMAWANG KELURAHAN SANUR, DENPASAR SELATAN I Ketut Gede Rudita; Pande Gede Eka Mardiana; I Wayan Arissusila; I Kadek Yogi Andika
WIDYANATYA Vol. 7 No. 01 (2025): Widyanatya: Pendidikan Agama dan Seni
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gamelan gong beri yang berada di Banjar Semawang merupakan salah satu gamelan Bali yang sangat disakralkan oleh masyarakat setempat dan juga merupakan sebuah ansamble gamelan yang tidak lepas kaitannya dengan sesolahan (tarian) baris cina. Pementasan dari gamelan Gong Beri tersebut pun tidak dilaksanakan sembarangan, ada beberapa sarana khusus baik dari hari pementasan maupun lokasi pementasan. Seperti halnya gamelan gong beri yang berada di banjar semawang, barungan gamelan tersebut dipentaskan dengan konteks sakral dan wajib dihadiri baik dari Pengempon (yang bertanggung jawab), pementasan gamelan gong beri banjar semawang dilakukan pada rahinan purnama kelima dan dipentaskan di Pantai Semawang. Prosesi tersebut dinamakan dengan ngatur pekelem serta lokasi dari pementasan pun tidak dipilih sembarangan, dikarenakan, pada pesisir Pantai Semawang, terdapat sebuah gundukan pasir yang tinggi dan biasa disebut dengan “muntig” oleh masyarakat setempat khususnya Banjar Semawang. lokasi tersebut menjadi tempat dipentaskannya gamelan gong beri pada rahinan purnama kelima dan prosesi ngatur pekelem sehingga tetap dilaksanakan sampai sekarang.