Nurul Wakia
Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Ilmu Falak UIN Alauddin Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Penanggalan Sistem Dua Puluh Hari dalam Satu Pekan pada Penentuan Hari Baik dan Buruk di Kab. Pinrang Perspektif Ilmu Falak Nurhazmah Sukirman; Nuraisyah; Nurul Wakia
HISABUNA: Jurnal Ilmu Falak Vol 3 No 2 (2022): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/hisabuna.v3i2.26485

Abstract

Penanggalan sistem dua puluh hari dalam satu pekan pada penentuan hari baik dan buruk merupakan penanggalan Bugis atau kalender Bugis yang digunakan di masyarakat Bugis pra-Islam Kab. Pinrang pada masa lampau. Keunikan penanggalan ini adalah selain mengenal adanya tujuh hari dalam satu pekan, juga mengenal adanya dua puluh hari dalam satu pekan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) sistem penanggalan dalam dua puluh hari dalam satu pekan di Kab. Pinrang. 2) metode penentuan hari baik dan buruk di Kab. Pinrang. 3) kajian Ilmu Falak terkait penanggalan sistem duapuluh hari dalam satu pekan untuk menentukan hari baik dan buruk di Kab. Pinrang.. Penelitian ini tergolong dalam penelitian lapangan (Kualitatif Research) dengan metode pengumpulan data, observasi, dokumentasi serta wawancara bebeerapa pihak yang bersamgkutan yang bersumber dari tokoh adat di Kab. Pinrang serta tokoh Ilmu Falak UIN Alauddin Makassar dengan pendekatan syar’i berdasarkan al-Qur’an dan hadis, pendekatan filologi, pendekatan sosiologi dan pendekatan astronomis.Kata kunci: Penanggalan sistem dua puluh hari dalam sepekan, hari baik dan buruk, Ilmu Falak
Analisis Perbandingan Metode Hisab dalam Penetapan Awal Waktu Salat menurut Rinto Anugraha dan Sistem Ephimeris Nurdiana Nurul; Nurul Wakia; Amiruddin
HISABUNA: Jurnal Ilmu Falak Vol 4 No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/hisabuna.v4i2.36967

Abstract

Penelitian ini berfokus pada perbandingan dua metode hisab dalam penetapan awal waktu salat, yakni metode hisab menurut Rinto Anugraha dan metode menurut sistem ephemeris. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kepustakaan (library reserch) dengan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk: (1) mengetahui perbandingan metode hisab menurut Rinto Anugraha dan sistem ephemeris (2) mengetahui tingkat akurasi dari metode hisab menurut Rinto Anugraha dan sistem ephemeris. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa metode hisab menurut Rinto Anugraha menggunakan bahasa pemrograman excel sedangkan sistem ephemeris menggunakan bahasa pemrograman kalkulator dan menghasilkan hasil hisab yang berbeda pula yang disebabkan karena nilai data yang digunakan juga berbeda utamanya nilai data deklinasi matahari dan equation of time. Namun kedua metode hisab tersebut tergolong metode hisab yang akurat karena ketepatan akurasi yang cukup tinggi itu terlihat dari hasil yang diperoleh yang hanya berkisar beberapa menit namun hal tersebut dapat diabaikan. Sebaiknya dalam melakukan perhitungan perlunya ketelitian dalam penginputan nilai data, baik pada program excel maupun kalkulator scientific. Kata Kunci: Ephemeris, Metode Hisab, Rinto Anugraha, Waktu Salat.
Kriteria Tinggi Matahari dalam Penentuan Awal Waktu Salat Subuh Perspektif Fikih dan Astronomi Erina Putri Malo; Nurul Wakia; Alimuddin
HISABUNA: Jurnal Ilmu Falak Vol 4 No 3 (2023): November 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/hisabuna.v4i3.36971

Abstract

The use of early dawn criteria in Indonesia varies from 15,17,18,19 and 20 degrees both in terms of jurisprudence and astronomy. The purpose of this study was to determine the height of the sun in astronomy, to find out the urgency of the early prayer times from the perspective of fiqh and to find out the fiqh and astronomy reviews of the criteria for the height of the sun in determining the start of the time for the dawn prayer. The type of research used is literature with a syar'i and astronomical approach and is equipped with secondary and primary data, the data collection method is documentation. The results showed that the position of the sun 20 degrees below the horizon in Indonesia is used as ijtihad, based on sulfur and astronomical reasoning which is considered valid. Saadoeddin Djambek is the originator of 20 degrees as a criterion for dawn and is currently used by the Ministry of Religion. The difference in criteria in Indonesia is considered reasonable, all the criteria for dawn used are correct depending on the place of observation and the observation technique. The implication of this research is that different parties will study in more detail at the beginning of time so as not to cause problems or disputes in determining the time of dawn. In order to unite the understanding of each group from an early age, so that there are no more differences in Islamic society in the future, it is necessary to carry out research that is repeated, transparent and sustainable, as well as a comprehensive method so that the search becomes valid and no longer asked questions. And the information obtained after the observation must be transparent so that it can be used as a reference for observations and criteria for the height of the sun in determining the time of sunrise. Keywords: Sun's altitude, Dawn Time, and Jurisprudence & Astronomy point of view.