Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Preserving and empowering local languages amidst the Covid-19 pandemic; Lessons from East Kalimantan Lauder, Allan F.; Lauder, Multamia R.M.T.; Kiftiawati, Kiftiawati
Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia Vol. 22, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article brings together two ostensibly separate subjects: language empowerment and the Covid-19 pandemic. It argues that knowledge of local languages can help disseminate health-related information on a regional level. This addresses two problems simultaneously: the problems raised by the intelligibilty of governmental healthcare protocols and the functions of the use of local languages. The article is a case study presenting a number of interventions in the languages of East Kalimantan and can be seen as an inclusive, grassroots example of health communication. The study was initially a modest attempt to generate on-the-ground examples of health information in the dominant languages of the region of East Kalimantan. These studies demonstrate that the local communities of these languages are very enthusiastic about getting involved in the interventions. They also reveal that communication using IT and social media is thriving. One of our observations was that information about this pandemic tends to be understood only by highly educated urban people. This happens because it is conveyed by the government in standard Indonesian, which includes many foreign loanwords. The application of local languages is not just using local language vocabulary, it is instead a trigger to revive the collective memory of disaster management based on local culture. In this case, local languages are recognized and considered useful in helping to break the chain of virus transmission to free Indonesia of the Covid-19 outbreak. There were a number of unexpected developments. We found support for the intervention being rolled out on a national level by Special Task Force for Covid-19 under National Disaster Management Agency (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB). We also welcomed the online publication by the National Agency for Language Development and Cultivation (Badan Bahasa) of the Handbook for managing behavior about health protocols in seventy-seven local languages. The main thrust of this article should therefore be of interest to anyone working to empower local languages and language vitality.
MITOS KECANTIKAN DALAM NOVEL GENDUT? SIAPA TAKUT! KARYA ALNIRA: KAJIAN FEMINISME NAOMI WOLF Hakiki, Dwi Rijaya; Sari, Norma Atika; Kiftiawati, Kiftiawati
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 7, No 3 (2023): Juli 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v7i3.7271

Abstract

Penelitian ini berfokus pada aspek bentuk dan pengaruh mitos kecantikan dalam novel Gendut? Siapa Takut! karya Alnira (2019). Analisis dilakukan dengan memanfaatkan teori feminisme Naomi Wolf. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) aspek unsur intrinsik dalam novel; (2) bentuk dan pengaruh mitos kecantikan dalam novel; dan (3) upaya tokoh utama perempuan melawan mitos kecantikan dalam novel. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data didapat melalui teknik baca dan catat. Teknik analisis meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Alur pada novel Gendut? Siapa Takut!karya Alnira adalah alur campuran. Tokoh utama perempuan dalam novel bernama Moza Aphrodite seorang perempuan bertubuh gendut yang berusia 28 tahun. Penggambaran latar dalam novel mencakup banyak tempat dengan waktu dan kondisi tertentu. Ditemukan 4 bentuk mitos kecantikan dalam novel, yaitu: (1) mitos berat badan ideal adalah yang bertubuh langsing, (2) mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik berdasarkan penampilan fisik yang menarik, dan (4) sindrom Barbie. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media.Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. Ditemukan 4 bentuk mitos kecantikan dalam novel, yaitu: (1) mitos berat badan ideal adalah yang bertubuh langsing, (2) mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik berdasarkan penampilan fisik yang menarik, dan (4) sindrom Barbie. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media.Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. Ditemukan 4 bentuk mitos kecantikan dalam novel, yaitu: (1) mitos berat badan ideal adalah yang bertubuh langsing, (2) mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik berdasarkan penampilan fisik yang menarik, dan (4) sindrom Barbie. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media.Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (2) berdasarkan mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik yang menarik, dan (4) sindrom fisik. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (2) berdasarkan mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik yang menarik, dan (4) sindrom fisik. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (3) Kriteria cantik yang meng menarik, dan (4) kelebihan oleh budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (3) Kriteria cantik yang meng menarik, dan (4) kelebihan oleh budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri.
PERILAKU ABNORMAL TOKOH MALA DALAM NOVEL MAMA KARYA WULAN MULYA PRATIWI DAN ERBY S KAJIAN PSIKOLOGI SASTR Normadi, Dinda Tri Rusmita; Kiftiawati, Kiftiawati; Nugroho, Bayu Aji
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 7, No 3 (2023): Juli 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v7i3.7877

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan fakta cerita yang mencerminkan abnormalitas tokoh Mala, mendeskripsikan bentuk perilaku abnormal dan faktor penyebab perilaku abnormal tokoh Mala dalam novel Mama karya Wulan Mulya Pratiwi dan Erby S ditinjau dengan psikologi sastra. Penulis tertarik mengkaji novel Mama, karena novel ini terdapat edukasi terkait gangguan mental pascamelahirkan. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu untuk menggambarkan bentuk perilaku dan faktor penyebab perilaku abnormal tokoh Mala dalam novel Mama. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi abnormal. Sumber data penelitian adalah novel Mama karya Wulan Mulya Pratiwi dan Erby S.Teknik pengumpulan data menggunakan teknik membaca dan teknik mencatat. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fakta cerita novel Mama karya Wulan Mulya Pratiwi dan Erby S terdiri atas tokoh, alur dan latar. Tokoh Mala dalam novel ini berperasn sebagai perempuan yang mengalami gangguan mental pascamelahirkan. Alur yang digunakan dalam cerita ini yaitu alur maju-mundur (kombinasi). Latar cerita ini yaitu rumah Mala, IGD, dan Rumah Sakit Jiwa. Tokoh Mala memiliki 6 bentuk perilaku abnormal yaitu perilaku yang tidak biasa, perilaku melanggar norma sosial, persepsi yang salah terhadap realitas, perilaku yang berada dalam stres pribadi yang signifikan, perilaku maladaptiv, dan perilaku berbahaya. Perilaku abnormal tokoh Mala disebabkan oleh 3 faktor yaitu struktur keluarga yangpatogenis, pola asuh yang tidak akurat dan trauma pada masa kecil.
STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MENOLAK AYAH KARYA ASHADI SIREGAR KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD Ani, Nur Fitri; Kiftiawati, Kiftiawati; Mubarok, Ahmad
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 7, No 2 (2023): Vol 7, No 2 (2023): April 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v7i2.7745

Abstract

Novel Menolak Ayah dijadikan objek penelitian ini karena novel tersebut menggambarkan realitas hidup seorang anak dengan menyelipkan kondisi Indonesia pada masa pergolakan antara pemerintah pusat dan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fakta cerita, struktur kepribadian, dan faktor yang memengaruhi tokoh utama. Pendekatan yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kutipan kalimat dan kata, sedangkan sumber data penelitian dari novel Ashadi Siregar yang berjudul Menolak Ayah. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik baca dan teknik catat. Teknik analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Hasil analisis menunjukkan tokoh utama bernama Tondinihuta. Alurnya merupakan alur sebab akibat. Latar terjadi di Danau Toba, Jakarta, dan hutan. Waktu yang terjadi antara tahun 1950—1960-an. Latar sosial terdapat adat suku Batak, sosial militer, dan suasana ibu kota, Jakarta. Dorongan id dalam diri Tondi terjadi saat Tondi dan ibunya ditelantarkan oleh sang ayah. Respons ego pada diri Tondi ialah dengan menolak kehadiran sang ayah. Superego dalam diri Tondi mampu mengendalikan rasa benci ke hal yang positif. Tondi tidak melampiaskan kebenciannya untuk membalas ayahnya dalam bentuk kekerasan. Terdapat keseimbangan antara id, ego, dan superego yang dialami oleh Tondi. Meskipun terdapat satu keinginan yang Tondi tidak bisa tahan, yaitu keinginannya untuk memuaskan nafsu birahi. Superego berusaha untuk menuntun ego agar melaksanakan keinginan id berdasarkan konsep idealnya sehingga ketegangan yang ada dalam diri Tondi dapat terpenuhi. Faktor internal yang memengaruhi Tondi berupa keinginan kuat untuk mengubah perekonomian dirinya dan ibunya menjadi lebih baik. Faktor eksternal, yaitu ekonomi, keretakan keluarga, perang, atasannya, dan Jakarta Kata Kunci: struktur kepribadian, tokoh utama, novel, psikoanalisis Sigmund Freud.
KEPRIBADIAN NEUROTIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MAYSURI KARYA NADJIB KARTAPATI: KAJIAN PSIKOANALISIS SOSIAL KAREN HORNEY Noviana, Hana; Kiftiawati, Kiftiawati; Nugroho, Bayu Aji
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 7, No 2 (2023): Vol 7, No 2 (2023): April 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v7i2.7855

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fakta cerita, mendeskripsikan faktor penyebabterjadinya kepribadian neurotik tokoh utama melalui analisis psikoanalisis sosial Karen Horneydan menguraikan bentuk pemenuhan dorongan kompulsif tokoh utama dalam novel Maysurikarya Nadjib Kartapati. Penulis tertarik mengkaji novel Maysuri, karena novel ini mengisahkananak pelacur yang tidak segan untuk tidak menyembunyikan latar belakang ibunya yangmerupakan seorang pelacur. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaituuntuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kepribadian neurotik dan bentuk pemenuhandorongan kompulsif tokoh utama dalam novel Maysuri. Penelitian ini menggunakan pendekatanpsikoanalisis sosial Karen Horney. Sumber data penelitian adalah novel Maysuri karya NadjibKartapati. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan teknik catat. Teknik analisisdata menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa fakta cerita novel Maysuri karya Nadjib Kartapati terdiri atas tokoh, alurdan latar. Tokoh Maysuri digambarkan selalu berkelakuan baik tetapi menderita kepribadianneurotik. Alur yang digunakan dalam cerita ini yaitu alur maju. Latar cerita ini yaitu Jakarta,kamar Maysuri, rumah nomor 59, rumah Ayah Fandi, dan kontrakan Maysuri. Faktorterbentuknya kepribadian neurotik Maysuri disebabkan oleh tiga pengaruh kultur modern danpengabaian pada masa kanak-kanak. Hal tersebut mengharuskan Maysuri untuk memenuhidorongan kompulsif sebagai usaha untuk melawan kecemasan dasar dan melawan konflik dasaryang terdiri dari delapan kubutuhan neurotik dan tiga kecenderungan neurotik yangmemunculkan mekanisme pertahanan ego.
Eksistensi Tokoh Dalam Naskah Drama "RT NOL RW NOL" Karya Iwan Simatupang (Kajian Eksistensialisme Albert Camus) Fitrahman, Muhammad Andi; Dahlan, Dahri; Kiftiawati, Kiftiawati
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 6, No 4 (2022): Oktober 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i4.6391

Abstract

Naskah drama “RT NOL RW NOL” karya Iwan Simatupang berisi tentang perjuangan sekelompok manusia melepas statusnya sebagai tunawisma dan memberi makna dalam hidup masing-masing. Tujuan penelitian ini ialah mengkaji karakteristik dimensional dan eksistensi tokoh dalam naskah drama tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dan sumber data penelitian ini adalah dialog (hauptext) dan teks samping (nabentext) dalam naskah drama “RT NOL RW NOL” karya Iwan Simatupang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan tulis. Teknik analisis data menggunakan teori karakteristik dimensional dan teori eksistensialisme Albert Camus. Hasil dari penelitian ini: (1) karakteristik dimensional tokoh terbentuk dari faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut dapat dilihat dari dimensi fisiologis dan sosiologis tokoh. Karakteristik dimensional tokoh menunjukkan gambaran jenis tunawisma. Tokoh kakek dan si pincang sebagai tunawisma yang lemah dan bekerja sebagai pengemis. Tokoh Ani, Ina, dan Bopeng sebagai tunawisma yang menghalalkan keburukan sebagai pekerjaan. Tokoh Ati sebagai gambaran seseorang yang akan menjadi tunawisma; (2) eksistensi tokoh dikategorikan menjadi dua: pemenang dan pecundang. Tokoh kakek, si pincang, Ina, Bopeng, dan Ati sebagai pemenang karena berhasil melawan penderitaan masing-masing. Tokoh Ani sebagai pecundang karena melakukan bunuh diri secara filsafat dalam menghadapi penderitaannya. Berdasarkan analisis naskah drama “RT NOL RW NOL” karya Iwan Simatupang, naskah drama tersebut memiliki relevansi dengan kehidupan abad ke-21 ini. Naskah drama “RT NOL RW NOL” karya Iwan Simatupang secara tekstual merupakan naskah drama konvensional sedangkan secara konseptual menggunakan gagasan absurd.