Gumana Putra, I Gusti Ngurah
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Segara Widya: Jurnal Penelitian Seni

Alih Kode dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali Inovatif Gumana Putra, I Gusti Ngurah
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.781 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.359

Abstract

Tulisan yang berjudul Alih Kode dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali Inovatif ini mengangkat masalah yakni penyebab seniman dalang beralih kode dan pola kecenderungan alih kode. Teori Sosiolinguistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tingkah laku bahasa di masyarakat menyangkut ketetapan dan pemilihan variasi serta ragam bahasa dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti partisipan, situasi pembicaraan, ranah pembicaraan, dan faktor-faktor nonbahasa. Seniman dalang beralih kode disebabkan oleh partisipan tokoh wayang serta adanya perubahan topik pembicaraan. Apabila ditinjau dari sudut peralihan bahasa yang digunakan, macam alih kode dapat dibagi menjadi dua yaitu alih kode ke luar dan alih kode ke dalam. Apabila ditinjau dari sudut perubahan bahasa yang digunakan, maka alih kode dapat dibagi menjadi dua yakni alih kode metaforik dan Alih kode situasional. Wujud alih kode dibagi menjadi dua yakni alih tingkat tutur dan alih bahasa. Alih tingkat tutur yang terjadi adalah dari tingkar tutur hormat ke tingkat tutur lepas hormat dan sebaliknya. Alih bahasa yang terjadi adalah dari bahasa Bali ke bahasa Jawa Kuna, dari bahasa Jawa Kuna ke bahasa Bali, dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia, dari bahasa Indonesia ke bahasa Bali, dari bahasa Bali ke Bahasa Inggris, dan dari bahasa Inggris ke bahasa Bali. Ada 2 ciri alih kode yakni  ciri situasi dan latar belakang sosial tokoh-tokohnya, serta ciri saling ketergantungan bahasa.The article entitled Code Switching in Bali Innovative Wayang Kulit Performance analyzed the problem of causing dalang artists to switch codes and patterns tendency of code switching. The Sociolinguistic Theory is used to explain the relationship between language behavior in society concerning the provision and selection of variations and varieties of languages by considering factors such as participants, speech situations, conversation spheres, and non-linguistic factors. Dalang artist switches the code  caused by the puppet participant and the change of topic. When viewed from the transition point of the language used, the sort of code switching can be divided into two, namely the switching of code out and switching code into. When viewed from the angle of language changes used, the code switching can be divided into two namely the switching of metaphoric codes and situational code divert. The form of code switching is divided into two namely the switching of speech and language switching. The level of speech switching that occurs is from respect level of speech to the unrespect level of speech and vice versa. The language translation is from Balinese to Old Javanese, from Old Balinese to Balinese, from Balinese to Indonesian, from Indonesian to Balinese, from Balinese to English, and from English to Balinese. There are two characteristics of code switching that characterize the situation and social background of the characters, as well as the characteristics of language interdependence
Biografi Ni Nyoman Sani ; Perupa Wanita Dengan Lukisan Bergaya Ilustrasi Fashion Leliana Sari, Dewa Ayu Putu; Gumana Putra, I Gusti Ngurah
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.346 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.672

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep berkarya dan tahapan proses kreatif seniman perempuan Ni Nyoman Sani serta dijabarkan secara deskriptif intepretatif. Penggunaan data primer pada penelitian ini memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama dalam sumber analisis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1) data tulis dan foto dokumentasi lukisan Ni Nyoman Sani baik dokumen pribadi seniman maupun dokumentasi peneliti, 2) data audio/ rekaman video serta naskah wawancara dengan seniman perupa Ni Nyoman Sani, 3) catatan lapangan ketika observasi ke rumah dan studio seniman. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi tokoh/biografi. Pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan pencatatan. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sampel ditentukan dengan purposive sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Sani yang mayoritas anggota keluarganya adalah perempuan, menggugah perasaannya sebagai seniman untuk mengangkatnya dalam karya rupa. Hingga akhirnya Sani menetapkan dunia mode sebagai dasar konsep berkarya. Dalam dunia mode kecenderungan obyek perempuan yang menjadi pedoman atau tolak ukur. Namun selain melukis ilutrasi fashion, Sani pun terkadang melukis sesuatu hal yang terakumulasi dari endapan perasaan, baik itu senang, sedih dan perasaan lainnya. Ide pemantik melahirkan karya seni yang dituangkan dalam konsep karya Sani didapat dari melihat pameran, pagelaran/fashion show, membaca majalah seni rupa serta fashion, namun yang terutama yaitu pengalaman pribadi melihat dunia sekitar serta memperhatikan peristiwa, alam ataupun sosial. Dalam wawancara Sani mengatakan bahwa, tahapan proses kreatif yang dilakukannya beragam. Berawal dari penyerapan, penerapan, serta global visual. Lalu untuk proses penuangan ide ke kanvas tergantung situasi/mood, biasanya global teknik dulu, ataupun bias sketsa, namun komposisinya dapat pula terbalik. Sani berupaya untuk merombak dan mengaplikasikan apapun yang terbersit, serta tidak bergantung pada satu hal saja. Begitu halnya pada desain mode yang beragam cabang seni, medium dapat dijadikan sebagai media di dalamnya. Selain melukis pada kanvas, Sani biasa melukis pada kertas, kain, kayu serta kulit.
Alih Kode dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali Inovatif I Gusti Ngurah Gumana Putra
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1645.464 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.359

Abstract

Tulisan yang berjudul Alih Kode dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali Inovatif ini mengangkat masalah yakni penyebab seniman dalang beralih kode dan pola kecenderungan alih kode. Teori Sosiolinguistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tingkah laku bahasa di masyarakat menyangkut ketetapan dan pemilihan variasi serta ragam bahasa dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti partisipan, situasi pembicaraan, ranah pembicaraan, dan faktor-faktor nonbahasa. Seniman dalang beralih kode disebabkan oleh partisipan tokoh wayang serta adanya perubahan topik pembicaraan. Apabila ditinjau dari sudut peralihan bahasa yang digunakan, macam alih kode dapat dibagi menjadi dua yaitu alih kode ke luar dan alih kode ke dalam. Apabila ditinjau dari sudut perubahan bahasa yang digunakan, maka alih kode dapat dibagi menjadi dua yakni alih kode metaforik dan Alih kode situasional. Wujud alih kode dibagi menjadi dua yakni alih tingkat tutur dan alih bahasa. Alih tingkat tutur yang terjadi adalah dari tingkar tutur hormat ke tingkat tutur lepas hormat dan sebaliknya. Alih bahasa yang terjadi adalah dari bahasa Bali ke bahasa Jawa Kuna, dari bahasa Jawa Kuna ke bahasa Bali, dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia, dari bahasa Indonesia ke bahasa Bali, dari bahasa Bali ke Bahasa Inggris, dan dari bahasa Inggris ke bahasa Bali. Ada 2 ciri alih kode yakni  ciri situasi dan latar belakang sosial tokoh-tokohnya, serta ciri saling ketergantungan bahasa.The article entitled Code Switching in Bali Innovative Wayang Kulit Performance analyzed the problem of causing dalang artists to switch codes and patterns tendency of code switching. The Sociolinguistic Theory is used to explain the relationship between language behavior in society concerning the provision and selection of variations and varieties of languages by considering factors such as participants, speech situations, conversation spheres, and non-linguistic factors. Dalang artist switches the code  caused by the puppet participant and the change of topic. When viewed from the transition point of the language used, the sort of code switching can be divided into two, namely the switching of code out and switching code into. When viewed from the angle of language changes used, the code switching can be divided into two namely the switching of metaphoric codes and situational code divert. The form of code switching is divided into two namely the switching of speech and language switching. The level of speech switching that occurs is from respect level of speech to the unrespect level of speech and vice versa. The language translation is from Balinese to Old Javanese, from Old Balinese to Balinese, from Balinese to Indonesian, from Indonesian to Balinese, from Balinese to English, and from English to Balinese. There are two characteristics of code switching that characterize the situation and social background of the characters, as well as the characteristics of language interdependence
Biografi Ni Nyoman Sani ; Perupa Wanita Dengan Lukisan Bergaya Ilustrasi Fashion Dewa Ayu Putu Leliana Sari; I Gusti Ngurah Gumana Putra
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.346 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.672

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep berkarya dan tahapan proses kreatif seniman perempuan Ni Nyoman Sani serta dijabarkan secara deskriptif intepretatif. Penggunaan data primer pada penelitian ini memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama dalam sumber analisis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1) data tulis dan foto dokumentasi lukisan Ni Nyoman Sani baik dokumen pribadi seniman maupun dokumentasi peneliti, 2) data audio/ rekaman video serta naskah wawancara dengan seniman perupa Ni Nyoman Sani, 3) catatan lapangan ketika observasi ke rumah dan studio seniman. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi tokoh/biografi. Pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan pencatatan. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sampel ditentukan dengan purposive sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Sani yang mayoritas anggota keluarganya adalah perempuan, menggugah perasaannya sebagai seniman untuk mengangkatnya dalam karya rupa. Hingga akhirnya Sani menetapkan dunia mode sebagai dasar konsep berkarya. Dalam dunia mode kecenderungan obyek perempuan yang menjadi pedoman atau tolak ukur. Namun selain melukis ilutrasi fashion, Sani pun terkadang melukis sesuatu hal yang terakumulasi dari endapan perasaan, baik itu senang, sedih dan perasaan lainnya. Ide pemantik melahirkan karya seni yang dituangkan dalam konsep karya Sani didapat dari melihat pameran, pagelaran/fashion show, membaca majalah seni rupa serta fashion, namun yang terutama yaitu pengalaman pribadi melihat dunia sekitar serta memperhatikan peristiwa, alam ataupun sosial. Dalam wawancara Sani mengatakan bahwa, tahapan proses kreatif yang dilakukannya beragam. Berawal dari penyerapan, penerapan, serta global visual. Lalu untuk proses penuangan ide ke kanvas tergantung situasi/mood, biasanya global teknik dulu, ataupun bias sketsa, namun komposisinya dapat pula terbalik. Sani berupaya untuk merombak dan mengaplikasikan apapun yang terbersit, serta tidak bergantung pada satu hal saja. Begitu halnya pada desain mode yang beragam cabang seni, medium dapat dijadikan sebagai media di dalamnya. Selain melukis pada kanvas, Sani biasa melukis pada kertas, kain, kayu serta kulit.
Variasi Retorika dalam Pertunjukan Wayang Cenk Blonk I Gusti Ngurah Gumana Putra
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 9 No. 2 (2021): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.882 KB) | DOI: 10.31091/sw.v9i2.1741

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk penguatan aspek retorika dalam pertunjukan wayang kulit. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat agar seniman wayang kulit khususnya mahasiswa Seni Pedalangan ISI Denpasar bisa memformulasikan suatu lakon pertunjukan wayang yang menarik, sehingga lebih mudah dalam menyampaikan isi, tujuan dan maksud, serta makna/ nilai-nilai luhur pertunjukan wayang kepada audience yang notabene merupakan masyarakat multikultural, tanpa harus menenggelamkan bahasa Bali sebagai bahasa daerah seniman dalang sendiri. Aspek retorika sangat penting untuk ditelaah. Pada kesempatan ini, aspek tersebut menyangkut variasi retorika, yang digali dalam pertunjukan wayang kulit Cenk Blonk. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh melalui perekaman dan penelaahan hasil-hasil rekaman pertunjukan wayang kulit dengan metode kepustakaan yang didukung dengan wawancara terhadap seniman dalang wayang Cenk Blonk. Untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas data yang kaya dan variatif, dilakukan pula penelaahan video-video pendek terbaru wayang Cenk Blonk yang beredar di youtube, dan jika diperlukan, dilakukan pula perekaman pementasan wayang secara insidental. Data dianalisis dengan metode kepustakaan dan metode padan yang dijabarkan melalui teknik menghubungbandingkan unsur yang terdapat di dalam maupun di luar bahasa. Adapun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, dalang Cenk Blonk memiliki kreativitas dalam menuangkan pokok pikirannya melalui sebuah lakon inovatif dengan gaya dan variasi retorika yang menarik. Penggunaan diksi dan gaya bahasa yang membangun retorika dalang Cenk Blonk ternyata dapat menciptakan kualitas yang tinggi dari lakonnya sehingga menarik untuk dinikmati. Aspek diksi atau pilihan kata yang digunakan meliputi alih kode dan campur kode bahasa, tingkatan tutur bahasa Bali/ Anggah-Ungguhing Basa Bali, dan abreviasi yang terbagi menjadi akronim dan lakuran/ portmanteau. Sedangkan pada aspek gaya bahasa, dalang Cenk Blonk menggunakan beberapa jenis bahasa figuratif yaitu gaya bahasa simile dan gaya bahasa ironi.