Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI WARGA DESA WATUGOLONG Elis Anita Farida; Mohammad Fathoni; Danuditya Purna Atmaja; Tri Dina Fitria
Jurnal Abdimas UNU Blitar Vol 5 No 2 (2023): Volume 5 Nomor 2 : Desember 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28926/jppnu.v5i2.170

Abstract

Penyakit Diabetes Mellitus merupakan ranking keenam penyebab kematian di Dunia, hal ini diungkapkan oleh dunia World Health Organization (WHO) (Wicaksono, 2015). Mayoritas kematian diabetes pada usia 45-54 tahun terjadi pada penduduk kota dibandingkan pada penduduk yang tinggal di pedesaan (Kistianita, Yunus, & Gayatri, 2018). Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka panjang maupun jangka pendek sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin meneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan pasien terhadap hipertensi dan diabetes mellitus di desa Watugolong Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Metode yang digunakan dengan menggunakan kuisioner yang diberikan di awal dan di akhir penyuluhan sebagai perbandingan tingkat pengetahuan masyarakat sesudah dan sebelum penyuluhan. Hasil yang didapatkan pada sebelum penyuluhan rata-rata pemahaman responden hanya sebesar 59% pada kategori Diabetes Mellitus dan 70% pada kategori Hipertensi dari seharusnya (100%) sedangkan hasil yang didapatkan pada sesudah penyuluhan rata-rata pemahaman responden terhadap materi Diabetes Mellitus meningkat menjadi sebesar 88% sedangkan pada materi Hipertensi meningkat menjadi sebesar 89,12% dari seharusnya (100%). Ada perbedaan bermakna terhadap tingkat pengetahuan sebelum dilakukan edukasi dan sesudah dilakukan edukasi pada responden DM dan HT di Desa Watugolong. Pasien yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik maka akan lebih patuh karena mampu meyakini, mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi dan mampu memahami intruksi dalam program pengobatan yang mereka terima
Adopsi dan Pemahaman Teknologi Smartwatch di Kalangan Masyarakat Desa Sembung, Wringinanom, Gresik Rony Kriswibowo; Johan Suryo Prayogo; Danuditya Purna Atmaja; Lusi Fitria Yunani; Sayyidah Hajar Faiqotul Muhimmah; Fajar Romadhoni; Setya Budi Pratama
Nusantara: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2025): November: NUSANTARA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/nusantara.v5i4.6876

Abstract

The development of wearable technology, especially smartwatches, opens up great opportunities in preventive health monitoring, especially in rural areas such as Sembung Village, Wringinanom, Gresik, where access to health services is limited. However, this technology is still alien to the local community. Preliminary surveys show that the majority of citizens, including health cadres, have never used or even seen a smartwatch in person, and view it as a luxury and irrelevant item. In fact, the potential of smartwatches as “digital health assistants” is huge from tracking heart rate, blood oxygen levels (SpO₂), stress levels, to physical activity reminders that are essential for early detection of health disorders. This service activity aims to improve digital literacy and adoption of smartwatch technology through a participatory educational approach and direct assistance. Implementation methods include: (1) coordination with the village government and health workers, (2) Interactive socialization using local languages, (3) step-by-step practical training, (4) simulation of application in the field, and (5) pre-test and post-test evaluation of 27 participants (25 health cadres, 1 midwife, 1 nurse). The results showed significant improvements: function understanding from the original value of 1.8 increased to 4.2, consumption interest from the original value of 2.1 increased to 4.0, benefit perception from the original value of 1.9 increased to 4.3, self confidence from the original value of 1.5 increased to 3.8, and digital literacy awareness from the original value of 2.0 increased to 4.1. The hands-on approach proved effective in changing participants ' mindset from skeptical to enthusiastic, proving that the digital divide is not due to incompetence, but the lack of access to contextual education. The implication is that smartwatch has the potential to become a strategic tool for village health cadres in early detection and real-time data-based health education, provided that it is supported by sustainable mentoring.