This Author published in this journals
All Journal Media Matrasain
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

TEORI MAKNA LINGKUNGAN DAN ARSITEKTUR Judy O. Waani
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.669

Abstract

Upaya memahami makna, merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan tidak terkecuali, arsitektur dan lingkungan. Pengertian makna menurut ilmu komunikasi yaitu proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Menurut Spradley (1997) makna adalah menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia di semua masyarakat. Berbeda dengan pengertian di atas, Prieto (dalam Martinet, 2010) menyatakan bahwa makna adalah hubungan sosial yang dibangun oleh sinyal diantara sang emisor dan reseptor ketika tindakan semik sedang berlangsung. Dalam pandangan yang lain, menurut Eco (1976), makna adalah sebuah wahana tanda (sign-vechicle) adalah satu kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lain serta, secara semantik mempertunjukkan pula ketidak-tergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya.  Ogden dan Richard (dalam Leech, 2003) menyatakan bahwa terdapat dua puluh dua definisi tentang makna, beranjak dari titik tolak non-teoritis atau yang teoritis. Beberapa di antaranya adalah (1) suatu sifat intrinsik; (2) kata-kata lain yang dihubungkan dengan sebuah kata dalam kamus; (3) konotasi suatu kata; (4) tempat sesuatu dalam sistem; (5) akibat praktis dari suatu hal di dalam pengalaman untuk masa depan; (6) sesuatu yang benar-benar diacu oleh pemakai lambang; (7) sesuatu yang oleh penafsir lambang: (a) diacu; (b) diyakini bahwa ia sendiri mengacu padanya dan (c) diyakini bahwa pemakai mengacu padanya. Oleh sebab itu, uraian tentang makna, akan difokuskan pada makna lingkungan dan makna dalam arsitektur. Dalam skala ruang, arsitektur adalah bagian dari lingkungan. Keduanya dalam pembahasan ini, saling melengkapi untuk mendapatkan pembahasan yang mendalam tentang makna. Kata kunci: makna, lingkungan, arsitektur
BIOSTRUKTUR DALAM ARSITEKTUR Rima Kapugu; Judy O. Waani
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i3.680

Abstract

Arsitektur adalah perpaduan antara seni dan teknik merancang bangunan. Dalam arsitektur dikenal proses desain yang disebut analogi. Analogi terdiri dari dua yaitu analogi organik dan analogi biomorfik. Pada biomorfik dikembangkan menjadi  biostruktur. Berbagai imajinasi dan unsur dapat diterapkan didalamnya. Dari alam manusia belajar banyak tentang prinsip dan motif alam. Biomorfik merupakan arsitektur yang menerapkan prinsip alam kedalam karya arsitektur. Sistem struktur dan motif alam mulai diterapkan dalam arsitektur. Biostruktur merupakan sistem struktur pada alam yang pengaplikasiannya terdapat pada bangunan. Perkembangan teknologi yang semakin berkembang pun menunjang dalam proses berkarya, sehingga motif-motif alam dengan sistem struktur yang unik diterapkan dalam arsitektur. Kata kunci: arsitektur, biomorfik, biostruktur.
TIPOLOGI BALAI PERTEMUAN “BARUGA” DI KABUPATEN POSO Kristian Pabeta; Judy O. Waani; Octavianus H.A. Rogi
MEDIA MATRASAIN Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v11i2.5580

Abstract

Dalam ilmu arsitektur mengenal adanya istilah tipologi yang menjelaskan tentang asal usul hadirnya suatu objek arsitektur. Tipologi secara etimologi berasal dari kata “typos” yang artinya akar dari (the roof of) dan kata “logos” yang arti sederhananya adalah pengetahuan atau ilmu. Mempelajari tipologi berarti mempelajari objek arsitektur dengan peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya bentukan tersebut atau menelusuri sampai ke akar budayanya. Oleh sebab itu studi tentang tipologi penting untuk dijadikan tolak ukur dari perkembangan arsitektur suatu objek. Tulisan ini membahas tipologi balai pertemuan baruga suku pamona di kabupaten poso. Baruga adalah bangunan tradisional dari suku pamona yang telah hadir seiring perkembangan suku tersebut di kabupaten poso. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif rasionalistik dan penelusuran tipologi dibagi dalam 4 periode perkembangan suku pamona yaitu periode agama suku, periode kedatangan belanda/ penginjilan, periode kemerdekaan R.I dan periode perkembangan akhir/ era 2000-an. Data – data yang diperoleh dari lapangan berbentuk dua model, yaitu data primer (observasi langsung dan wawancara) serta data sekunder yang berasal dari literatur atau sumber tertulis. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan mengenai tipologi kultural historis, fungsi dan geometri objek yang berkembang di setiap periode perkembangan baruga. Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi ilmu pengetahuan arsitektur nusantara yakni sebagai upaya pengkayaan terhadap konsep arsitektur, khususnya menyangkut baruga sebagai hasil kebudayaan suku pamona dan sebagai masukan bagi penentu kebijakan dalam pelestarian bangunan warisan budaya dalam konteks perancangan di wilayah objek berada. Kata kunci : Kabupaten poso, suku pamona, baruga, tipologi arsitektur
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO . Bakhtiar; Judy O. Waani; Joseph Rengkung
MEDIA MATRASAIN Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v11i2.5582

Abstract

Arsitektur dan manusia adalah timbal-balik dalam hubungannya. Ini berarti bahwa satu tinjauan dapat dikatakan bahwa arsitektur itu bergantung pada manusia penghadir arsitektur. Arsitektur Nusantara yang hadir merupakan hasil cipta dan rasa dari pengetahuan kelisanan anakbangsa Nusantara. Perwujudan dari pengetahuan kelisanan yang terdiri dari aspek-aspek tan-ragawi (gagasan, norma, status maupun nilai perlambangan) dimanifestasikan ke dalam bentukan arsitektural (baik berupa persolekan/dekorasi-ornamnetasi, maupun warna). Di sini, pengetahuan tan-ragawi (esensi) maupun ragawi (bentuk) menjadi suatu rekaman-rekaman pengetahuan arsitektur Nusantara yang sudah ditumbuhkembangkan sejak sebelum republik ini dibentuk. Mengutip pernyataan Prijotomo (2004) bahwa, “..arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang berlandaskan dan dipangkalkan dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur..”. Studi ini mengkaji tentang Teori arsitektur  Nusantara menurut pemikiran Josef Prijotomo. Jenis penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan teori kritis. Pemilihan sampel secara bertujuan (purposive sample). Analisis data menggunakan analisis isi (content analisys). Data hasil analisis kemudian dikomparasikan dengan kajian Tipe teori arsitektur. Tujuannya adalah menemukan Tipe teori pada arsitektur Nusantara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arsitektur Nusantara menempatkan posisinya pada tipe “Theory In Architecture” dari Edward Robbins, teori Normatif dari Jon Lang dan teori Preskriptif dari Kate Nesbitt. Kata Kunci : arsitektur Nusantara, tipe teori, pengetahuan arsitektur
KLASIFIKASI RUANG TERITORI PUBLIK PADA RUMAH-RUMAH DI KAMPUNG JAWA TONDANO Studi Kasus di Lingkungan III Dwars Soukotta; Judy O. Waani; Octavianus H.A. Rogi
MEDIA MATRASAIN Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v11i2.5583

Abstract

Kampung Jawa Tondano memiliki permukiman yang unik dan berbeda dengan lokasi disekitarnya. Hampir sebagian besar rumah warga disana tidak menggunakan batas pekarangan yang tegas. Tujuannya agar hubungan silahturahmi selalu terjalin baik. Imbasnya warga bebas keluar masuk pekarangan yang bukan miliknya. Lantas, sebatas manakah warga mengelompokan ruang-ruang pada rumah mereka yang masuk teritori publik saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi ruang-ruang pada rumah warga di Lingkungan III Kampung Jawa-Tondano yang terkategori teritori publik saja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan keilmuan rasionalistik. informan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kategori informan terdiri dari keluarga dan objek kasus. Jumlah informan sebanyak 11 kepala keluarga. Kasus objek dalam penelitian berjumlah 9 rumah. Sampel lokasi yakni lingkungan III. Teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah triangulasi, dimana teknik observasi menjadi teknik utama, sedangkan wawancara dan dokumentasi merupakan teknik pendukungnya. Teknik analisis data ialah memaknai hasil uji reflektif antara kerangka teoritik dengan pemaknaan indikasi empirik (Muhadjir, 1996). Ditunjang dengan kemampuan peneliti berargumentasi secara logik (Muhadjir 2002:80). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengklasifikasian ruang-ruang pada rumah warga menurut zona teritori publik  meliputi ruang teras depan, pekarangan/halaman rumah, warung dan toilet (KM/WC). Kata Kunci : Ruang, Teritori Publik, Keluarga
STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ESTETIKA DESAIN FASADE BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN TEORI SUBYEKTIF Studi Kasus di Koridor Boulevard on Business (BoB) Jalan Piere Tendean Manado Steven R. Kamurahan; Judy O. Waani; Octavianus H.A. Rogi
MEDIA MATRASAIN Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v11i2.5584

Abstract

Pesatnya dinamika pertumbuhan pembangunan di Indonesia, khususnya  Sulawesi utara yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang Indonesia ke kawasan Asia Timur dan Pasifik yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan berbasis pada kelautan, perikanan, dan pariwisata serta berwawasan lingkungan dan kebudayaan. Kota Manado yang mempunyai fungsi dan peran sebagai ibukota provinsi, menunjukan adanya pertumbuhan fisik maupun non fisik, sedangkan di lain pihak, Kota manado dihadapkan pada perubahan wajah kota. Fakta menunjukan bahwa keberadaan beragam bentukan fasade bangunan (bangunan komersial) tersebut berhubungan dengan kualitas visual estetika yang terbentuk dalam ruang koridor Boulevard on Bussiness di Jalan Piere Tendean ini. Adapun tujuan dari penelitian ini fokus pada pengungkapan keberlakuan prinsip desain pada Estetika Fasade Bangunan Komersial di Koridor Boulevard on Bussines (BoB) Kota Manado berdasarkan persepsi masyarakat terhadap nilai kualitas estetika visual keindahan (keterpaduan, proporsi, skala, irama, keseimbangan dan warna). Lokasi kajian meliputi Koridor Boulevarrd on Bussines di Jalan Piere Tendean Manado. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan Rasionalistik. Temuan studi ini, yakni pengungkapan adanya prinsip estetika  yang hampir diterapkan semua bangunan komersial yang ada di Koridor Boulevard on Bussines (BoB) Jalan Piere Tendean dan hanya ada pada beberapa jenis bangunan tertentu yang prinsip estetikanya diabaikan, berdasarkan pengungkapan respon pengguna di area studi yang menunjukan skala antara “Sangat tidak baik” dan “Sangat  baik”. Hanya sedikit yang menyatakan  sangat baik dan juga hanya sedikit menyatakan sangat tidak baik. Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan  untuk pengembangan teori dalam hal perancangan desain bangunan khususnya fasade dengan memperhatikan kualitas estetika (keindahan) dan sebagai masukan untuk perencanaan dan perancangan arsitektur di Koridor Boulevard (BoB) Jalan Piere Tendean Manado. Kata Kunci : Bangunan Komersial, Fasade, Estetika Subyektif
POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG Devy S. Sahambangun; Fela Warouw; Judy O. Waani
MEDIA MATRASAIN Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v11i2.5592

Abstract

Rumah berlabuh merupakan sebutan umum di daerah Papua untuk rumah yang berada di atas air. Masyarakat Serui Ansus yang berasal dari pulau Yapen-Serui merupakan salah satu suku papua yang banyak mendiami permukiman pesisir Papua dan menempati rumah berlabuh. Penelitian ini dilakukan di kota Sorong, untuk melihat bentuk permukiman di daerah yang bukan tempat suku Serui asli berasal, dengan pertimbangan bahwa Sorong merupakan salah satu kota pesisir di Papua yang sedang berkembang. Manfaat penelitian yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam merencanakan permukiman untuk masyarakat lokal yang layak dan sesuai dengan karakteristik pola permukiman masyarakat di Papua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik dimana peneliti tinggal dan menyatu dengan masyarakat Serui Ansus di Sorong dan data didapat dengan cara pengamatan langsung serta wawancara mendalam. Dari penelusuran tersebut terdapat temuan yang pertama yaitu bentuk teritori rumah berlabuh masyarat Serui Ansus memiliki perbedaan dengan rumah berlabuh suku lain dimana terdapat teritori yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya dengan adanya pembatas rumah dalam bentuk air, pagar, dan teras. Kedua, empat pola permukiman berbentuk linier dan berkembang kearah laut dan kedudukan rumah selalu berada di depan jalan/ jembatan. Terdapat dua pola arah orientasi pintu masuk rumah, dimana pola pertama merupakan permukiman yang berkembang secara alami memiliki pintu masuk rumah langsung menghadap jalan/ jembatan, dan pola yang kedua merupakan pola permukiman yang berkembang dari sebuah rumah besar dengan campur tangan pemerintah memiliki pintu masuk rumah tidak langsung menghadap jalan/ jembatan. Kata kunci: pola permukiman, masyarakat Serui Ansus
DIALEKTIKA TEORI RUANG BASUDARA DENGAN LOGIKA RUANG SOSIAL Judy O. Waani
MEDIA MATRASAIN Vol. 11 No. 3 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v11i3.6498

Abstract

Teori ruang basudara adalah teori yang dibangun dari unit informasi, tema-tema dan konsepkonsep. Teori substansi ini, dibangun dari pandangan paradigma dan metode penelitian fenomenologi. Secara ontologi mengacu pada realitas ganda, secara epistemologi mengacu pada subjek objek bersatu dan secara aksiologi menganut keterikatan nilai dan konteks. Berbeda dengan Logika Ruang Sosial yang mengacu pada paradigma rasionalistik yang mengakui realitaskritis, subjek dan objek terpisah serta bebas nilai. Perbedaan ini patut dicermati dengan melakukan dialog teoritik. Secara keilmuan kedua teori ini berada pada rumpun sosial tapi lebih tempat untuk teori ruang Basudara berada pada teori dalam arsitektur dari rumpun sociobehavior spatial.Kata Kunci : Ruang Basudara, Fenomenologi, Socio-behavior Spatial
TEORI DAN METODA PERANCANGAN : Suatu Kajian Pola Pemikiran Josef Prijotomo Terhadap Arsitektur Nusantara . Bakhtiar; Judy O. Waani; Joseph Rengkung
MEDIA MATRASAIN Vol. 12 No. 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v12i1.7697

Abstract

Arsitektur dan manusia adalah timbal-balik dalam hubungannya. Ini berarti dapat dikatakan bahwa arsitektur itu bergantung pada sebagai manusia penghadir arsitektur. Arsitektur Nusantara yang hadir merupakan hasil cipta dan rasa (nuansa) dari pengetahuan kelisanan anak bangsa Nusantara. Konsep-konsep geoklimatologi, kebaharian, perwujudan dari pengetahuan kelisanan yang terdiri dari aspek-aspek tan-ragawi (gagasan, norma, status maupun nilai perlambangan) dimanifestasikan ke dalam bentukan arsitektural (baik berupa persolekan / dekorasi-ornamnetasi, maupun warna). Di sini, pengetahuan tan-ragawi (esensi) maupun ragawi (bentuk) menjadi suatu rekaman-rekaman pengetahuan Arsitektur Nusantara yang sudah ditumbuhkembangkan sejak sebelum republik ini dibentuk. Mengutip pernyataan Prijotomo (2004) bahwa, “... Arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang berlandaskan dan dipangkalkan dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur…”. Studi ini mengkaji tentang pola pemikiran Josef Prijotomo terhadap Arsitektur Nusantara yang kemudian membentuk teori dan metoda perancangan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan teori kritis. Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling. Tulisan-tulisan diposisikan sebagai sumber data. Analisis data menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan induktif memungkinkan temuan-temuan penelitian muncul dari keadaan umum yang dibentuk dari satuan (unit) informasi, kategorisasi dan merumuskan pernyataan proporsional yang masih terkait dengan data (teori substantif) atau disebut dengan tema atau hipotesis kerja. Tujuan penelitian adalah mengungkapkan teori dan metoda perancangan Arsitektur Nusantara seperti apa yang tersampaikan pada pemikiran-pemikiran Josef Prijotomo yang membentuk teori substantif. Hasil analisis pola pemikiran Prijotomo membentuk kerangka temuan (pola pemikiran), yakni bangunan teori Arsitektur Nusantara meliputi: filsafat, landasan dan ideologi, pengetahuan tradisi tanpa tulisan (struktur dan tektonika bangunan), bentuk dan fungsi ruang (interior). sedangkan metoda perancangan Arsitektur Nusantara (konsep pengkinian) meliputi: interpretasi (penafsiran) dan transformasi (stilisasi/peniruan, mimesis/asimilasi dan hibrida/pencampuran). Kata Kunci: Arsitektur Nusantara, teori, metoda, pengkinian
MAKNA RUANG PUBLIK PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG Devy S. Sahambangun; Fela Warouw; Judy O. Waani
MEDIA MATRASAIN Vol. 12 No. 3 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v12i3.10650

Abstract

Ruang publik mempunyai fungsi dan makna sosial serta kultural yang sangat tinggi, dalam penilitianmengangkat bagaimana Masyarakat Serui Ansus memaknai ruang publik dalam keseharian kehidupanmereka.Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik dimana peneliti tinggaldan menyatu dengan Masyarakat Serui Ansus di Sorong dan data didapat dengan cara pengamatan langsungserta wawancara mendalam. Tujuan penelitian ini untuk mencari makna ruang publik pada permukimanrumah berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Sorong.Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian pola permukiman Rumah Berlabuh Masyarakat SeruiAnsus di kota sorong. Dalam tulisan ini membahas cara Masyarakat Serui Ansus memaknai ruang publikyang ada di permukiman mereke terdapat 2 tema ruang yang membentuk Makna ruang publik PermukimanRumah berlabuh yaitu tema ruang Rame-Rame Tong Pu Masyarakat Ansus dan tema ruang Sumur Navigasi.Manfaat penelitian yaitu memberi kontribusi bagi pengetahuan bagi masyarakat umum dan memperkayakasana ilmu pengetahuan arsitektur nusantara.Kata kunci: Makna ruang publik, permukiman rumah berlabuh, masyarakat Serui Ansus