Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Lahirnya Intelegensia di Aceh dan Posisinya dalam Kontestasi Formasi Sosial Pasca Formalisasi Agama Miswari
AL-UKHWAH - JURNAL PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM Vol. 2 No. 2 (2023): Al Ukhwah: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Publisher : Prodi Pengembangan Masyarakat Islam STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47498/jau.v2i2.2219

Abstract

This article aims to analyze the emergence of intellectual movements in Aceh after the occurrence of Dutch colonialism and the start of modernization. As with the phenomena that emerged in the Dutch East Indies in general, the presence of the Dutch in Aceh caused traditional intellectual movements based in Islamic boarding schools to respond to modern public schools which were indicated to carry the spirit of secularism which was considered to endanger the identity of the Acehnese people. The responses that emerged were resistance, negotiation, and accommodation. The research method of this article uses a historical approach based on literature review. The author conducted a review of the literature related to research. The collected data is verified, analyzed, and reconstructed narratively. The research findings show that the intellectual group is divided into three variants, namely the resistant group, namely the traditional intellectual party based on Islamic boarding school education, the negotiative group, namely the modernist intellectual party based on madrasah education, and the accommodative group, namely the secular party based on school education. These three intellectual variants continue to play their role in the formation of social formations in Aceh. After the conflict, due to pressure from social formations, between dayah groups, madrasahs and schools, there was a contestation for dominance. As a result, modernist groups win over discourses and ideas, traditional groups become fighters for modernist ideas and discourse, and secular groups follow the wishes of traditional groups.
Eksistensi, Regulasi, dan Fungsi Meunasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam di Aceh Mahmazar, Mahmazar; Mulyadi; Miswari
Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies Vol 5 No 1 (2023): Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies
Publisher : Program Pascasarjana IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/lentera.v5i1.6081

Abstract

This article aims to analyze the existence, regulation, and function of the meunasah as a center for religious and cultural activities in society, including Islamic religious education institutions. This study uses a qualitative approach. Data were collected from literature related to research objects and field data through observation, interviews and documentation. The research findings show that the existence of meunasah is not only a cultural heritage which is the center of community activities, but also an institution that has a clear legal standing. The clarity of the legal status of the meunasah as a center for various community activities departs from the special status of Aceh as an autonomous region. The existence of meunasah is a local translation for educational activities in the Muslim world community, especially from the Middle East, namely madrasas. The word meunasah is also an adaptation of the tongue of the Acehnese people from the word madrasa. By regulation, various qanuns have been stipulated regarding the existence of the meunasah. Among the important functions of the meunasah is the implementation of Islamic religious education. The existence of religious education institutions in meunasah in agrarian societies is part of the hierarchy of the traditional education system. Meanwhile in urban areas, the existence of meunasah as educational institutions is a center of recitation such as center for religious studies and center for the study of the Qur’an.
Dialektika Agama dan Budaya dalam Sejarah Kesultanan Peureulak : Analisis Konflik Dinasti Aziziyah dan Dinasti Meurah Miswari
Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam Vol. 14 No. 1 (2024): Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam
Publisher : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/liwauldakwah.v14i1.2031

Abstract

This article aims to analyze the existence of the Peureulak Kingdom which includes the background of its emergence, the integration of culture and religious values, and the conflict between the Aziziyah dynasty and the Meurah dynasty which was motivated by the Meurah dynasty's rejection of the Aziziyah dynasty's attitude which was considered too permissive towards cultural practices. which was considered by Meurah Muhammad Amin as the founder of the Meurah dynasty to contain elements of shirk. The research method used is a historical method with a qualitative approach. Researchers examine and critically analyze available sources in the form of writing, field evidence, and interviews with sources. The steps are topic selection, source collection, verification, interpretation, and writing. The research findings show that the presence of the heir to the Jeumpa Kingdom and the presence of the Caliph's Master greatly determined the emergence of the first Islamic kingdom in the archipelago, namely the Peureulak Sultanate. Then the first dynasty, namely the Aziziyah Dynasty, received opposition from Meurah Muhammad Amin because it was too permissive towards pre-Islamic culture. Resistance against the Aziziyah dynasty took place. The Aziziyah dynasty only lasted four periods and was then replaced by the Meurah dynasty. The Peureulak Sultanate was united hundreds of years later with the Pasai Sultanate.
Kerajaan Jeumpa dan Penyerapan Agama ke dalam Nilai Budaya Miswari
Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam Vol. 13 No. 1 (2023): Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam
Publisher : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/liwauldakwah.v13i1.2032

Abstract

Artikel ini bertujuan menganalisis eksistensi Kerajaan Jeumpa dan integrasi nilai budaya dan nilai agama yang dibawa masyarakat pedagang. Metode penelitian yang digukan adalah metode sejarah dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menguji dan menganalisa secara kritis sumber-sumber tersedia dalam bentuk tulisan, bukti-bukti lapangan, dan hasil wawancara dengan narasumber. Langkahnya adalah pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, dan penulisan. Temuan penelitian menunjukkan, Kerajaan Jeumpa telah menjadi negeri dengan bandar pelabuhan sebagai penyangga utama perekonomian. Negeri itu telah mencapai kemajuannya pada abad kedelapan. Syahriansyah Salman, sebagai seorang pedagang dari Persia berhasil menikahi Putri Raja Jeumpa, Mayang Seludang. Kemudian, salah satu putra Syahriansyah Salman, Syahri Tanwi berhasil menjadi Raja Jeumpa. Meskipun telah memiliki interaksi yang baik dengan para pedagang muslim dari Arabia dan Persia, Kerajaan Jeumpa tidak menjadikan agama yang datang dari Timur Tengah itu sebagai sebuah identitas ajaran. Masyarakat Negeri Jeumpa hanya menerima nilai-nilai esensial Islam yang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka hayati. Hingga mencapai kemudurannya sebagai destinasi utama di pulau Sumatra yang kemudian digantikan Peureulak, Kerajaan Jeumpa tidak menjadikan Islam sebagai ajaran kerajaan dan masyarakat. Islam sebagai identitas agama mulai berlaku di Peureulak. Sementara Islam mengedepankan simbolisme baru terjadi di Sumatra pada abad ke-13 pada Kesultanan Samudra Pasai. Namun demikian, penyerapan nilai-nilai esensial keagamaan ke dalam kosmologi masyarakat menjadikan Islam pada periode berikutnya diterima dengan mudah.
Analisis Potensi Limbah Bonggol Jagung Sebagai Bahan Baku Briket di Desa Bangunsari, Patebon, Kendal Kamal, Louisa Prascillya; Najma Nadya; Achmad Musyafa; Anggistya Cahya Kusuma; Syauqi Akram; Miswari
Jurnal Malikussaleh Mengabdi Vol. 4 No. 02 (2025): Jurnal Malikussaleh Mengabdi, Vol. 4 No. 2 (Oktober 2025).
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jmm.v4i02.24473

Abstract

Jagung menjadi salah satu komoditas unggulan di Desa Bangunsari, Patebon, Kendal. Sayangnya, limbah bonggol jagung hasil panen yang melimpah juga menjadi beban lingkungan tersendiri karena belum diolah secara optimal. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan memperkenalkan pemanfaatan bonggol jagung sebagai bahan baku briket sekaligus memberi keterampilan praktis yang dapat dikembangkan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan metode Asset Based Community Development (ABCD), dengan menyelenggarakan workshop pembuatan briket bonggol jagung. Dari kegiatan ini dihasilkan briket yang memiliki massa akhir 25gr dengan daya nyala mencapai 2-5 jam. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola limbah bonggol jagung. Luaran yang diperoleh berupa produk briket percobaan, laporan kegiatan, booklet pembuatan briket bonggol jagung, dan rencana tindak lanjut untuk pengembangan usaha melalui Badan Usaha Milik Desa, sehingga kegiatan ini berkontribusi pada peningkatan nilai tambah limbah lokal sekaligus mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat desa.