Kiki Mulkiya Yuliawati
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gambaran Peresepan Tanaman Obat Antidiabetes di Rumah Riset Jamu (RRJ) Hortus Medicus Tawangmangu Dita Afriantika; Kiki Mulkiya Yuliawati; Yani Lukmayani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15021

Abstract

Abstract. Diabetes Mellitus is a metabolic disorder caused by pancreatic beta cells which cannot produce enough insulin or cannot use the insulin produced effectively, resulting in increased blood sugar levels or hyperglycemia. Treatment carried out to treat diabetes mellitus uses traditional herbal medicine. Some of the plants used include bitter (Andrograhphis paniculata), cinnamon (Cinnamomum burmanii), and ginger (Curcuma xanthorriza). This study aims to determine the prescribing pattern and effectiveness of prescribing a combination of simplicia for diabetes mellitus patients at the Hortus Medicus Tawangmangu Jamu Research House (RRJ) in the period January – June 2023. The research method used is the descriptive method with retrospective data collection. From the results of this research, data was obtained that the description of the prescription of medicinal plants to reduce the condition of diabetes mellitus, the main ones are bitter, cinnamon, bay leaves, and ginger. Then other medicinal plants were also added such as Javanese chilies, ginger for complaints of fatigue, gotu kola and black cumin for complaints of tingling, secang and miana for complaints of blurred vision, meniran, turmeric, and ginger for complaints of sore feet and soles, sedge grass, lemongrass, and bittersweet for complaints of body itching, then ginger to overcome weight loss Abstrak. Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolik yang diakibatkan oleh sel beta pankreas yang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif sehingga terjadi peningkatan kadar gula di dalam darah atau hiperglikemia. Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi diabetes mellitus dengan memanfaatkan obat herbal tradisional. Beberapa tanaman yang digunakan antara lain sambiloto (Andrograhphis paniculata), kayu manis (Cinnamomum burmanii), dan temulawak (Curcuma xanthorriza). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan efektivitas pemberian resep kombinasi simplisia untuk pasien diabetes mellitus di Rumah Riset Jamu (RRJ) Hortus Medicus Tawangmangu pada periode Januari – Juni 2023. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Dari hasil penelitian ini, diperoleh data bahwa gambaran peresepan tanaman obat untuk mengurangi kondisi diabetes mellitus yang utama adalah sambiloto, kayu manis, daun salam, dan temulawak. Kemudian ditambahkan juga tanaman obat lain seperti cabe jawa, jahe untuk keluhan mudah lelah, pegagan dan jinten hitam untuk keluhan kesemutan, secang dan miana untuk keluhan penglihatan kabur, meniran, kunyit, dan temulawak untuk keluhan luka di kaki dan telapak sakit, rumput teki, sereh, dan sambiloto untuk keluhan badan gatal, kemudian temulawak untuk mengatasi berat badan turun.
Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol 96% dan Fraksi Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Siti Khoirunnisa; Esti Rachmawati Sadiyah; Kiki Mulkiya Yuliawati
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15061

Abstract

Abstract. Staphylococcus aureus is a bacterium that causes infections characterized by tissue damage. Infections that occur range from mild infections to serious infections and even cause death. Horse whip leaves (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) are known to have potential as antibacterials that are often used empirically. The study aims to test the antibacterial activity of extracts and fractions of horse whip leaves (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) against Staphylococcus aureus bacteria, determine its KHM value, and to analyze the content of compounds in extracts and fractions. The method of determining specific and nonspecific parameters, extraction by maceration method using 96% ethanol solvent, fractionation by Liquid-Liquid Extract method using solvents with increasing polarity, phytochemical screening, and testing antibacterial activity using agar diffusion method with wells. The ethanol extract of horse whip leaves has stronger antibacterial activity than the fraction based on the inhibition diameter obtained at concentrations of 30%, 35%, and 40%. The KHM value of ethanol extract is 15%. It can be concluded that the ethanol extract has stronger antibacterial activity with a KHM value of 15%, presumably related to the content of flavonoids, tannins, saponins, and steroid compounds that are antibacterial in the extract. Abstrak. Staphylococcus aureus adalah bakteri penyebab infeksi yang ditandai dengan adanya kerusakan jaringan. Infeksi yang terjadi mulai dari infeksi ringan sampai infeksi yang serius bahkan hingga menyebabkan kematian. Daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) diketahui memiliki potensi sebagai antibakteri yang seringkali dimanfaatkan secara empiris. Penelitian bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, menentukan nilai KHM-nya, dan untuk menganalisis kandungan senyawa dalam ekstrak dan fraksi. Metode penetapan parameter spesifik dan nonspesik, ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, fraksinasi dengan metode Ekstrak Cair-Cair menggunakan pelarut dengan kepolaran yang semakin meningkat, penapisan fitokimia, dan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar dengan cara sumuran. Ekstrak etanol daun pecut kuda memiliki aktivitas antibakteri lebih kuat dari fraksi berdasarkan diameter hambat yang diperoleh pada konsentrasi 30%, 35%, dan 40%. Nilai KHM ekstrak etanol yaitu 15%. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antibakteri lebih kuat dengan nilai KHM sebesar 15%, diduga berkaitan dengan kandungan senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan steroid yang bersifat sebagai antibakteri di dalam ekstrak.
Uji Sitotoksik Kulit Buah Naga Merah (Selenicereus monacanthus (Lem.) D.R.Hunt) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Gishela Bellania; Kiki Mulkiya Yuliawati; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15221

Abstract

Abstract. Red dragon fruit peel is now widely sold as a health medicine consumed by consumers. Therefore, it is necessary to carry out tests to determine the effectiveness and safety of the product. This research aims to determine the ethanol extract produced from the maceration and digestion methods at concentrations (62.5 ppm, 125 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm) for 24 hours. The method used was the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) which is measured in the death of Artemia fransiscana. The results of the research showed that the LC50 value of red dragon fruit peel maceration extract and digestion were 75.25 μg/ml and 96.09 μg/ml. respectively and the LC50 value for digestion was 96.09 μg/ml. With an LC50 value of more than 30 ppm, the ethanol extract of red dragon fruit peel produced by maceration or digestion methods is toxic. Abstrak. Kulit buah naga merah kini banyak dijual sebagai obat kesehatan yang dikonsumsi oleh para konsumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui efektivitas dan keamanan produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak etanol yang dihasilkan dari metode maserasi dan digesti pada konsentrasi (62,5 ppm, 125 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm) selama 24 jam. Metode yang dilakukan adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang diukur terhadap kematian Artemia fransiscana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50 ekstrak kulit buah naga merah ekstrak maserasi dan digesti berturut-turut sebesar 75,25 μg/ml dan 96,09 μg/ml. Dengan nilai LC50 lebih dari 30 ppm, maka ekstrak etanol kulit buah naga merah yang dihasilkan dengan metode maserasi ataupun digesti bersifat toksik.