Kurniati Kemer
Universitas Sam Ratulangi

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KONDISI PADANG LAMUN DI PANTAI DESA BASAAN SATU KECAMATAN RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA TENGGARA (The Condition of Seagrass Beds on the Beach of Basaan Satu Village, Ratatotok District, Southeast Minahasa Regency) Abdul D. Ilolu; Billy Th. Wagey; Erly Y. Kaligis; Kurniati Kemer; Joshian N. W. Schaduw; Reiny A. Tumbol
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.1.2023.41280

Abstract

Seagrass is the main component of the seagrass bed ecosystem. The existence andproductivity of seagrass beds have a very important ecological role for life in the sea and on land. Thisresearch is to determine the type of seagrass, to determine the condition and structure of the seagrasscommunity and environmental parameters on the coast of Basaan Satu Village. The method that theauthor uses is the quadratic transect method. This method is usually used to observe the communitystructure of seagrass beds using a line transect of 50 m and a square of 50×50 cm². Seagrass speciesidentified in the coastal waters of Basaan Satu Village, Ratatotok District, Southeast MinahasaRegency, namely as many as 5 species including Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii,Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Enhalus acoroides and cymodocea rotundata. Seagrass coverper species was dominated by the species Syringodium isoetifolium, the highest density was for thespecies Syringodium isoetifolium, the highest important value index for seagrass was found for thespecies Thalassia hemprichii with a value of 102.26%, the diversity index value was 0.93 which wasclassified as moderate, and the index value dominance is equal to 0.53. low category. Environmentalparameters of seagrass beds at the study site have a range of values: temperature 31.47-33.39°C,salinity 29.08-30.49 ppt, dissolved oxygen 6.55-9.67, pH 9.23- 9.94, turbidity 0-2.6, and the substratefound was sand, muddy sand, crushed coral sand, and coral rubble.Keywords: Seagrass Conditions, Community Structure, Basaan Satu Village ABSTRAKLamun merupakan komponen utama penyusun ekosistem padang lamun. Keberadaan danproduktivitas padang lamun memiliki peranan ekologi yang sangat penting bagi kehidupan di lautmaupun di darat. Penelitian ini Untuk mengetahui jenis lamun, Untuk mengetahui kondisi dan strukturkomonitas padang lamun dan parameter lingkungan di pantai Desa Basaan Satu. Metode yang penulisgunakan yaitu metode transek kuadrat. Metode ini biasanya di pakai untuk mengamati strukturkomunitas padang lamun menggunakan line transek 50 m dan kuadrat 50×50 cm². Spesies lamun yangteridentifikasi di perairan pantai Desa Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Kabupaten MinahasaTenggara, yaitu sebanyak 5 spesies diantaranya sebagai berikut Syringodium isoetifolium, Thalassiahemprichii, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Enhalus acoroides dan cymodocea rotundata.Tutupan lamun per jenis didominasi oleh spesies Syringodium isoetifolium, kepadatan jenis tertinggipada spesies Syringodium isoetifolium, Indeks nilai penting lamun tertinggi terdapat pada spesiesThalassia hemprichii dengan nilai sebesar 102,26%, nilai indeks keanekaragaman yaitu 0,93 yangtergolong sedang, dan nilai indeks dominasi yaitu sebesar 0,53. kategori rendah. Parameter lingkunganperairan padang lamun yang berada di lokasi penelitian memiliki kisaran nilai: suhu 31,47-33,39°C,salinitas 29,08-30,49 ppt, Oksigen terlarut 6,55-9,67, pH 9,23-9,94, kekeruhan 0-2,6, dan substrat yangditemukan pasir, pasir berlumpur, pasir pecahan karang, pecahan karang.Kata Kunci: Kondisi lamun, Struktur Komunitas, Desa Basaan Satu
KONDISI KESEHATAN PADANG LAMUN DI PERAIRAN LANTUNG KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Soniya Br Sipayung; Calvyn F.A. Sondak; Veibe Warouw; Joice R. Rimper; Kurniati Kemer; Jane M. Mamuaja; Ferdinand F. Tilaar
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.1.2023.53098

Abstract

Seagrasses are flowering plants (angiosperms) that live on a substrate of sand, muddy sand, and sand mixed with coral fragments. Seagrass beds have an important role both for supports the life of various types of marine biota as well as protein source for the coastal community. The purposes of this study were to find out the types of seagrasses and to assess seagrass bed conditions around Lantung village waters. The line transect quadrat method was using for data collection. Four transects were laid perpendicular from the sea to the shoreline. A 50 x 50 cm frame was used to asstimet seagrass percent cover and laid every ten meters along the transect line. This study found 7 species of seagrass namely Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halodule pinifolia, Halophila decipiens, and Halophila ovalis. The average value of seagrass percent cover at the location was 66.44% and it was categorized as ‘healthy’. The environmental parameters values were 29.86°C, 29.05‰ and 8.45 for temperature, salinity and pH respectively.Keywords: Lantung, seagrass, health condition, percent coverABSTRAK Lamun adalah tumbuh-tumbuhan berbunga (angiospermae) yang hidup pada substrat pasir, pasir berlumpur, dan pasir bercampur pecahan karang. Padang lamun memiliki peran penting dalam suatu ekosistem perairan dangkal yang menunjang kehidupan beragam jenis biota laut dan lumbung protein bagi masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui jenis-jenis lamun yang ada di lokasi penelitian dan mengkaji kondisi kesehatan padang lamun dengan teknik pengumpulan data mengunakan metode transek kuadran yang ditarik tegak lurus garis pantai, dengan ukuran frame 50x 50 cm. Hasil penelitian di Perairan Lantung, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara ditemukan 7 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halodule pinifolia, Halophila decipiens, dan Halophila ovalis. Nilai rata- rata penutupan lamun pada lokasi penelitian sebesar 66,44% dan di kategorikan sehat. Parameter di Perairan Lantung yaitu suhu, salinitas, pH, dan substrat tergolong baik dengan nilai rata- rata parameter tergolong optimun dan berada pada kisaran baku mutu air laut dan dapat di toleransi lamun dengan nilai suhu 29,86°C, nilai salinitas 29,05‰ dan nilai pH 8,45.Kata kunci: Lantung, lamun, kondisi kesehatan, penutupan
PENGARUH TIMBAL ASETAT (Pb (CH3COO)2) TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROALGA LAUT Nannochloropsis oculata Joshua W.T. Mailoor; Kurniati Kemer; Antonius P. Rumengan; Grevo S. Gerung; Erly Y. Kaligis; Veibe Warouw
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 2 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.2.2023.53340

Abstract

Microalgae are simple unicellular or multicellular microorganisms that are able to bind CO2 andcan absorb solar energy for the process of photosynthesis so that microalgae can convert inorganiccompounds into organic compounds. The organic compounds contained in microalgae arecarbohydrates, proteins, nucleic acids, and fats. The purpose of this study was to determine the growthand density of the microalgae Nannochloropsis oculata from the start of the culture to the exponentialphase and then proceed with the administration of lead acetate with 3 different concentrations. Thedensity of microalgae cells from the beginning of the culture to the exponential phase was on the 11day of observation. In the exponential phase, microalgae gave lead acetate treatment to 3 containerswith concentrations of 30 ppm, 50 ppm, 80 ppm and 1 control container without treatment. The growthof Nannochloropsis oculata cell density with lead acetate administration experienced a decrease ingrowth when compared to the control container (without lead acetate treatment).Keywords: Microalgae, Nannochloropsis oculata, Lead Acetate ABSTRAKMikroalga merupakan mikroorganisme uniseluler atau multiseluler sederhana yang mampumengikat CO2 dan dapat menyerap energi matahari untuk proses fotosintesis sehingga mikroalga dapatmengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik. Senyawa organik yang terkandung dalammikroalga yaitu karbohidrat, protein, asam nukleat, dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui pertumbuhan dan kepadatan mikroalga Nannochloropsis oculata dari awal kultur sampaipada fase eksponensial kemudian dilanjutkan dengan perlakuan pemberian timbal asetat dengan 3konsentrasi yang berbeda. Kepadatan sel mikroalga dari awal kultur sampai pada fase eksponensialyaitu pada hari ke-11 pengamatan. Pada fase eksponensial, mikroalga diberikan perlakuan timbalasetat ke dalam 3 wadah dengan konsentrasi 30 ppm, 50 ppm, 80 ppm serta 1 wadah kontrol tanpaperlakuan. Pertumbuhan kepadatan sel Nannochloropsis oculata dengan pemberian timbal asetatmengalami penurunan pertumbuhan jika dibandingkan dengan wadah kontrol (tanpa perlakuan timbalasetat). Kata kunci : Mikroalga, Nannochloropsis oculata, Timbal Asetat
STRUKTUR KOMUNITAS ALGA DI SEKITAR PERAIRAN KELURAHAN MERAS KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO Daniel Y. Chairudin; Deislie R.H. Kumampung; Erly Y. Kaligis; Billy Th. Wagey; Joice R.T.S.L. Rimper; Kurniati Kemer
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 2 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.2.2023.53346

Abstract

Algae in North Sulawesi are still relatively abundant and have begun to be cultivated to be usedas food or medicinal products. However, clear information about the presence of algae species,especially information about algae community structure, has not been widely reported, so it is necessaryto do research on the algae community structure in North Sulawesi waters, more specifically aroundMeras Village waters. This study aims to determine the species of algae and the structure of the algaecommunity around the waters of the Meras Village, namely density, species diversity and dominance.The method used in this study is the line transect method. The results of the study found 9 species ofalgae, namely Dictyota mayae, Halimeda macroloba, Gracilaria edulis, Padina australis, Sargassumpolyceratium, Sargassum polycystum, Eucheuma spinosum, Bornetella oligospora and Amphiroafragilissima. The highest algae species density was G. edulis at 2.31 (ind/m2) and the lowest was E.spinosum at 0.27 (ind/m2). The species dominance index in this study was T1 0.17; T2 0.19 and T30.22. And the algae diversity index on each transect obtained T1 which was 1.76, T2 was 1.85, and T3was 1.91.Keywords: Algae, Community Structure, Meras ABSTRAKAlga di Sulawesi Utara terbilang masih melimpah dan sudah mulai dibudidayakan untukdijadikan bahan makanan ataupun produk obat-obatan. Namun informasi yang jelas tentangkeberadaan jenis-jenis alga terutama informasi tentang struktur komunitas alga belum banyakdilaporkan, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas alga di Perairan SulawesiUtara lebih khusus lagi di sekitar Perairan Kelurahan Meras. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuijenis-jenis alga dan struktur komunitas alga di sekitar Perairan Kelurahan Meras yaitu kepadatan,keanekaragaman jenis dan dominansi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode linetransek. Hasil penelitian ditemukan 9 spesies alga pada lokasi penelitian, yaitu Dictyota mayae,Halimeda macroloba, Gracilaria edulis, Padina australis, Sargassum polyceratium, Sargassumpolycystum, Eucheuma spinosum, Bornetella oligospora dan Amphiroa fragilissima. Nilai kepadatanjenis alga tertinggi yakni G. edulis sebesar 2,31 (ind/m2) dan terendah adalah E. spinosum sebesar0,27 (ind/m2). Indeks dominansi jenis dalam penelitian ini T1 0,17; T2 0,19 dan T3 0,22. Dan Indekskeanekaragaman alga pada masing-masing transek diperoleh T1 yakni 1,76, T2 sebesar 1,85, dan T3sebesar 1,91. Kata kunci: Alga, Struktur Komunitas, Meras
TOKSISITAS EKSTRAK FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONGE Acanthostrongylophora ingens ASAL PERAIRAN PULAU BANTONG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti Maya J. Sanger; Robert A. Bara; Fitje Losung; Frans Lumuindong; Rosita A.J. Lintang; Kurniati Kemer
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 2 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.2.2023.53363

Abstract

The aim of this study is to isolate fungal symbionts from the sponge Acanthostrongylophoraingens that grow in Bantong Island Waters to test their larvicidal activity towards A. aegypti larvae. Apiece of sponge A. ingens were cut and then planted on PDA media until the fungal mycelium starts togrow. The pure isolates are inoculated into a rise medium in the Erlenmeyer flasks for static incubationin room temperature for 14 days. Furthermore, the isolates were soaked with ethyl acetate 3 times,followed by evaporation using a Rotary Vacuum evaporator. The extracts of each fungal isolates weretested on A. aegypti larvae. The results showed that the five fungal isolate extracts have anti-larvalactivity with LC50 values in isolates ranging from 1 to 6 ppm, namely, 1.2 (5.094 ppm), isolates 1.3(3.388 ppm), isolates 2.2 (1.614 ppm), isolates 2.1B (5.918 ppm), isolates 1.1.2 (6.220 ppm). From theLC50 results of this study, the extracts of the five isolates of the associated mushroom with the spongeA. ingens from the waters of Bantong Island, East Bolaang Mongondow Regency were categorized asvery toxic according to the Tanamayat and Clarkson categories, so that they could be developed asanti-larval towards A. aegypti mosquito.Keywords: Toxicity, Larvicidal, sponge Acanthostrongylophora ingens, fungal symbionts ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengisolasi jamur simbion dari spons Acanthostrongylophoraingens yang tumbuh di Perairan Pulau Bantong dan selanjutnya menguji aktivitas larvasida terhadaplarva A. aegypti. Spons A. ingens dipotong dan kemudian ditanam pada media PDA hingga miseliumjamur mulai tumbuh. Isolat murni diinokulasikan ke dalam media agar dalam labu Erlenmeyer dandiinkubasi secara statis pada suhu ruang selama 14 hari. Selanjutnya isolat direndam dengan etilasetat sebanyak 3 kali, kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator. Ekstrakmasing-masing isolat jamur diujikan pada larva A. aegypti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimaekstrak isolat jamur tersebut memiliki aktivitas anti larva dengan nilai LC50 pada isolat berkisar antara1 hingga 6 ppm yaitu, 1.2 (5,094 ppm), isolat 1.3 (3,388 ppm), isolat 2.2 (1,614 ppm), isolat 2.1B (5,918ppm), isolat 1.1.2 (6,220 ppm). Dari hasil LC50 penelitian ini, ekstrak kelima isolat jamur berasosiasidengan spons A. ingens dari perairan Pulau Bantong, Kabupaten Bolaang Mongondow Timurdikategorikan sangat toksik menurut kategori Tanamayat dan Clarkson, sehingga dapat dikembangkansebagai anti nyamuk A. aegypti. Kata Kunci: Toksisitas, Larvasida, spons Acanthostrongylophora ingens, simbion jamur
KARAKTERISTIK DAN KEPADATAN MIKROPLASTIK PADA SEDIMEN PANTAI LIANG PULAU BUNAKEN Gabriel Suripatty; Natalie D.C. Rumampuk; Inneke F.M. Rumengan; Remy E.P. Mangindaan; Nickson J. Kawung; Kurniati Kemer
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.53377

Abstract

Mikroplastik merupakan partikel berukuran <5 mm yang berasal dari hasil degradasi limbah plastik. Berdasarkan sumbernya, mikroplastik dibagi menjadi 2 yaitu mikroplastik primer yang sudah berbentuk mikro dari awal pembuatanannya dan mikroplastik sekunder yang merupakan hasil degradasi sampah plastik yang lebih besar. Menurut bentuknya, karakteristik mikroplastik dibedakan menjadi 6 kategori yang meliputi fiber, fragmen, film, busa, granula dan pellet. Keberadaan mikroplastik di suatu lingkungan memiliki dampak yang negatif bagi organisme maupun ekosistem dimana mikroplastik itu berada. Pulau Bunaken merupakan salah satu pulau yang berada di Sulawesi Utara dan termasuk ke-dalam salah satu gugus pulau Taman Nasional Bunaken. Pulau Bunaken dikenal dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi serta potensi wisata bahari yang besar. Tingginya tingkat aktivitas manusia yang terjadi di Pulau Bunaken diduga memberikan kontribusi terhadap buangan limbah plastik di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik mikroplastik yang diambil dari sampel sedimen di daerah intertidal Pantai Liang Pulau Bunaken serta mengkuantifikasi kepadatannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Pantai Liang Pulau Bunaken telah terkontaminasi oleh mikroplastik dengan karakterstik mikroplastik berdasarkan bentuknya meliputi fiber, fragmen, film dan busa. Karakteristik warna mikroplastik yang ditemukan meliputi warna biru, merah, putih dan hijau serta kepadatan mikroplastik di pantai tersebut berjumlah 30 Partikel/kg sedimen kering.
PROFIL PERTUMBUHAN MIKROALGA Chlorella vulgaris PADA MEDIA KW21 Stefano Juliander Suwarsono; Kurniati Kemer; Antonius Rumengan; Hermanto Manengkey; Natalie Rumampuk; Jane Mamuaja
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 1 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.12.1.2024.55072

Abstract

Microalgae are microscopic organisms found in both freshwater and seawater. These organisms lack roots, stems, and leaves but are capable of performing photosynthesis to produce their own food. One type of microalga is Chlorella vulgaris, which belongs to the class Chlorophyceae. Chlorella Vulgaris can be cultivated as a natural feed for fish, clams, and shrimp. The aim of this research is to analyze the growth profile of Chlorella vulgaris cultivated in Kw21 media. Observations were conducted by counting the cell density of C. vulgaris from the adaptation phase to the death phase in three identical sample containers. This observation process was carried out daily at the same time and repeated three times. The cell density of Chlorella vulgaris in the exponential phase on the 11th day for sample A was 114.6 x 10⁴cells/ml, for sample B on the 10th day was 118.6 x 10⁴ cells/ml, and for sample C on the 7th day was 116.3 x 10⁴ cells/ml. Keywords: Growth, Chlorella vulgaris, Microalgae, KW21 Media ABSTRAK Mikroalga adalah organisme mikroskopis yang ditemukan di air tawar maupun air laut. Mikroalga ini tidak memiliki akar, batang dan daun. Namun mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Salah satu jenis mikroalga adalah Chlorella vulgaris yang tergolong dalam kelas Chlorophyceae. Mikroalga ini, dapat dibudidayakan sebagai pakan alami pada ikan, kerang dan udang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis profil pertumbuhan mikroalga Chlorella vulgaris yang dikultivasi dalam media Kw21. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah kepadatan sel mikroalga C. vulgaris mulai dari fase adaptasi sampai fase kematian dari 3 wadah sampel yang sama. Proses pengamatan ini dilakukan setiap hari di jam yang sama dan dengan tiga kali pengulangan. Jumlah kepadatan sel mikroalga C. vulgaris pada fase eksponensial di hari ke-11 pada sampel A yaitu 114,6 x10⁴sel/ml pada sampel B di hari ke-10 yaitu 118,6 x10⁴sel/ml, dan pada sampel C di hari ke-7 yaitu 116,3 x10⁴sel/ml. Kata Kunci: Pertumbuhan, Chlorella vulgaris, Mikroalga, Media KW21
KONDISI PADANG LAMUN DI SEKITAR PERAIRAN DESA BOWONGKALI KECAMATAN TABUKAN TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Dedyes Alescandro Darui; Calvyn F. A. Sondak; Veibe Warouw; Kurniati Kemer; Grevo Soleman Gerung; Billy Theodorus Wagey
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 1 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.12.1.2024.55379

Abstract

Seagrass is a flowering plant (Angiospermae) that can live in the sea. Seagrass ecosystems have a very important role both ecologically and biologically in coastal and estuary areas. These plants provide food for many marine animals include herbivorous invertebrates, and herbivorous fish. This study aims to determine the condition of seagrass beds in the waters of Bowongkali Village, Central Tabukan District, Sangihe Islands Regency based on the percentage cover. Data collection method in this study uses the quadratic transect method with three transect lines with a length of 100m each and a distance between each transect is 50m. Data was collected by determining the percentage of seagrass cover and seagrass species composition in each small box in the quadrat frame on each transect. The results of this study obtained the total average percentage has a percentage value of seagrass cover of 48.67% and categorized as "medium". The types of seagrasses found are Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis. Envoronmental parameters recorded temperature range 31.5-32 ° C, salinity range 26-28‰ and pH 8.02-8.07. Keywords: Seagrass beds, Condition, Waters of Bowongkali Village. ABSTRAK Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat hidup di laut. Ekosistem padang lamun memiliki peran sangat penting baik secara ekologi maupun biologi di kawasan pesisir dan estuari. Tumbuhan ini berperan sebagai produsen dan menyediakan makanan bagi invertebrata herbivora, dan ikan herbivora. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis lamun dan kondisi padang lamun di Perairan Desa Bowongkali, Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengambilan Data pada penelitian ini mengunakan metode transek kuadrat dengan tiga line transek yang memiliki panjang masing-masing 100m dengan jarak antar tiap transek adalah 50m (100 x 100 m²). Pengambilan data dilakukan dengan cara mentukan nilai persentase tutupan lamun dan komposisi jenis lamun pada setiap kotak kecil dalam frame kuadrat pada masing-masing transek. Hasil penelitian ini didapatkan, nilai persentase tutupan padang lamun sebesar 48,67% termasuk dalam kategori “sedang”. Jenis-jenis lamun yang ditemukan yaitu, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis. Parameter di Perairan Desa Bowongkali yaitu suhu, salinitas, pH, nilai suhu 31,5-32°C, nilai salinitas 26-28‰ dan nilai pH 8,02-8,07. Kata Kunci: Padang lamun, Kondisi, Perairan Desa Bowongkali
KOMPOSISI FORAMINIFERA GENUS CALCARINA DI PERAIRAN DESA WINERU, KECAMATAN LIKUPANG TIMUR, SULAWESI UTARA Roosa C. Kalebos; Jane M. Mamuaja; Markus T. Lasut; Medy Ompi; Royke M. Rampengan; Kurniati Kemer
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 2 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.12.2.2024.57804

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi spesies dan mendeskripsikan morfologi foraminifera genus Calcarina di tiga habitat berbeda di Perairan Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Sulawesi Utara. Metode yang digunakan mencakup pengambilan sampel secara purposive sampling di tiga habitat: Daerah Terumbu Karang (DTK), Daerah Terumbu Karang Rubble (DTKR), dan Daerah Berpasir (DBP), pada kedalaman 1-2 meter. Sampel kemudian diproses di laboratorium melalui tahap pencucian, pengeringan, penjentikan, identifikasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Calcarina spengleri adalah spesies dominan di semua lokasi, dengan jumlah individu tertinggi dibandingkan spesies lain seperti Calcarina defrancei, Calcarina gaudichaudii, Calcarina hispida, dan Calcarina sp. Pola distribusi spesies ini mencerminkan variasi kondisi lingkungan dan faktor ekologi di masing-masing lokasi penelitian. Meskipun Calcarina memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam komunitas foraminifera yang masuk dalam kelompok yang memiliki simbion (foraminifera bentik besar), dengan persentase 38,5% dari total individu, penelitian ini berhasil mendeskripsikan morfologi spesies dengan baik, termasuk bentuk, ciri, dan struktur cangkang yang unik. Distribusi geografis spesies ini luas di berbagai ekosistem perairan, termasuk di Perairan Desa Wineru, sebagaimana tercatat dalam World Foraminifera Database dan WoRMS. Kata kunci: Foraminifera Calcarina, Komposisi Spesies, Morfologi Spesies, Likupang