Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hubungan Kerajaan Allah dengan Revolusi Industri: Keadilan bagi orang yang terpinggirkan Menurut Matius 20:1-16 Togatorop, Andri Rifai; Phang, Steven; Winda, Tan
MODERATE: Journal of Religious, Education, and Social Vol. 2 No. 1 (2024): MODERATE: Journal of Religious, Education, and Social (November 2024)
Publisher : Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/moderate.v2i1.11

Abstract

This article discusses the relationship between the Kingdom of God and the Industrial Revolution, focusing on justice for marginalized people, as explained in the parable of Matthew 20:1-16. The Kingdom of God, which is more than just a concept of heaven, is rooted in God's governance that involves social justice and grace for all humanity, including the marginalized. This study aims to explore how Jesus' teachings about the Kingdom of God can inspire an understanding of social justice, particularly for marginalized groups, and how these teachings can be applied in the context of the Industrial Revolution and modern social life. The research uses a qualitative approach with a literature review method, analyzing theological references and biblical texts, especially Matthew 20:1-16, and comparing them with the social and economic conditions during Jesus' time and the Industrial Revolution. The findings show that the Kingdom of God, as taught by Jesus, speaks not only about personal salvation but also about social justice that emphasizes grace and equality. Jesus challenged the social norms of His time by teaching that in the Kingdom of God, all people, regardless of their status or occupation, are treated justly and with compassion.   Contribution: This article contributes by introducing the relationship between Jesus' teachings on the Kingdom of God and the concept of social justice, which is relevant to both the Industrial Revolution and modern life. Through the analysis of Matthew 20:1-16, the article highlights how the principles of the Kingdom of God, such as equality and compassion, can be applied to address social injustices. This concept offers new insights into how Christian teachings can tackle social issues, particularly the marginalization of certain groups.   Artikel ini membahas hubungan antara Kerajaan Allah dan Revolusi Industri, dengan fokus pada keadilan bagi orang yang terpinggirkan, sebagaimana dijelaskan dalam perumpamaan Matius 20:1-16. Kerajaan Allah, yang lebih dari sekadar konsep surga, berakar pada pemerintahan Allah yang melibatkan keadilan sosial dan kasih karunia bagi semua umat manusia, termasuk yang terpinggirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah dapat menginspirasi pemahaman tentang keadilan sosial, khususnya bagi kelompok marginal, dan bagaimana ajaran tersebut dapat diterapkan dalam konteks Revolusi Industri dan kehidupan sosial modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka, menganalisis referensi-referensi teologis dan teks-teks Alkitab, terutama Matius 20:1-16, serta membandingkannya dengan kondisi sosial dan ekonomi pada masa Yesus dan Revolusi Industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kerajaan Allah, seperti yang diajarkan Yesus, tidak hanya berbicara tentang keselamatan pribadi, tetapi juga keadilan sosial yang mengutamakan kasih karunia dan kesetaraan. Yesus menantang norma sosial pada masanya dengan mengajarkan bahwa dalam Kerajaan Allah, semua orang, terlepas dari status atau pekerjaan mereka, diperlakukan dengan adil dan penuh kasih.   Kontribusi: Artikel ini berkontribusi dalam memperkenalkan hubungan antara ajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah dengan konsep keadilan sosial yang relevan pada masa Revolusi Industri dan kehidupan modern. Melalui analisis Matius 20:1-16, artikel ini menyoroti bagaimana prinsip-prinsip Kerajaan Allah, seperti kesetaraan dan belas kasih, dapat diterapkan dalam mengatasi ketidakadilan sosial. Konsep ini memberikan wawasan baru bagi pemahaman tentang bagaimana ajaran Kristen dapat menghadapi masalah sosial, khususnya marginalisasi kelompok tertentu.
Cinta Tanpa Syarat dan Solidaritas Sosial: Filsafat Kierkegaard dalam Konteks Indonesia Solaiman, Yugiantie; Winda, Tan
Indonesian Journal of Religious Vol. 7 No. 1 (2024): Indonesian Journal of Religious, Vol.7, No.1 (April 2024)
Publisher : LPPM - Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/ijr.v7i1.69

Abstract

This research focuses on Søren Kierkegaard's thoughts on love for others, which emphasizes the importance of sacrifice and moral action in human relationships. Love, in Kierkegaard's perspective, is not just a feeling, but a moral commitment that requires sacrifice for the good of others. In Indonesia, although values such as gotong royong (mutual cooperation) and social solidarity already exist, significant challenges arise due to the shift towards individualism that is increasingly developing. The aim of this research is to analyze the principles of love for others according to Kierkegaard and how they can be applied in the social and cultural context of Indonesia. The method used in this research is a descriptive qualitative approach, involving literature review and interviews with philosophy experts and community leaders. This research also uses a comparative approach to contrast Kierkegaard's thoughts with Indonesian cultural values such as gotong royong and social solidarity. The findings show that despite the challenges in implementing Kierkegaard's concept of love in Indonesia, these values of unconditional love are still highly relevant to strengthen social solidarity and create a more just society. The contribution of this research is to provide a new perspective on the application of Kierkegaard's moral love principles in Indonesia, which can be used to build a more caring and just society. Latar belakang penelitian ini berfokus pada pemikiran Søren Kierkegaard mengenai cinta terhadap sesama, yang menekankan pentingnya pengorbanan dan tindakan moral dalam hubungan antar manusia. Cinta dalam perspektif Kierkegaard tidak hanya sekadar perasaan, tetapi juga sebuah komitmen moral yang membutuhkan pengorbanan demi kebaikan orang lain. Di Indonesia, meskipun nilai-nilai seperti gotong royong dan solidaritas sosial sudah ada, tantangan besar muncul akibat pergeseran nilai menuju individualisme yang semakin berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis prinsip-prinsip cinta terhadap sesama menurut Kierkegaard dan bagaimana penerapannya dalam konteks sosial dan budaya Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, yang melibatkan studi literatur dan wawancara dengan para ahli filsafat dan tokoh masyarakat. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan komparatif untuk membandingkan pemikiran Kierkegaard dengan nilai-nilai budaya Indonesia, seperti gotong royong dan solidaritas sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan dalam implementasi konsep cinta Kierkegaard di Indonesia, nilai-nilai cinta tanpa syarat ini masih sangat relevan untuk memperkuat solidaritas sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih adil. Kontribusi penelitian ini adalah memberikan perspektif baru tentang penerapan prinsip cinta moral Kierkegaard di Indonesia, yang dapat digunakan untuk membangun masyarakat yang lebih peduli dan berkeadilan.
Training in Learning Strategies for Proletarian Adolescents Winda, Tan; Solaiman, Yugiantie; Wattimena, Tonny
SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 2 (2021): SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (April 2021)
Publisher : Indonesia Christian Religion Theologians Association and Widya Agape School of Theology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.972 KB) | DOI: 10.46362/servire.v1i2.89

Abstract

Community service activities have the aim of improving the quality of learning for youth at Pademangan, North Jakarta in terms of learning strategies, namely the Problem Based Learning (PBL) strategy (problem based learning). While the form of service carried out is an effective learning strategy for proletarian adolescents. The result of community service activities is that the understanding and ability of proletarian adolescents about learning strategies for proletarian adolescents can be improved by providing training, so that the knowledge and professionalism of teachers can increase success in learning subjects
Optimalisasi Interaksi Anak Autis Melalui Kegiatan Bermain Di Rumah Belajar Epiginosko, Tangerang Selatan Barus, Ronaganta; Tanasyah, Yusak; Solaiman, Yugianti; Winda, Tan; Pasaribu, Damaria
SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 No 2 (2023): SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Oktober 2023)
Publisher : Indonesia Christian Religion Theologians Association and Widya Agape School of Theology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/servire.v3i2.206

Abstract

Education is a very important thing for all children in Indonesia. Education is a conscious and planned effort to realize learning and the learning process, so that students actively develop their potential. Education is needed by all children in Indonesia, including children with autism. Autism is a child who has psychomotor disorder, which makes it difficult for autistic children to interact with their social environment. Therefore, the authors want to do research on autistic children. Where the research was conducted to see changes in the interaction of autistic children through play activities. This research was carried out in the form of direct research, or qualitative methods of experimental phenomena. Where children are examined directly through play activities. Literature Review is also used in this study, to strengthen the arguments set. Literature Review also helps to compile and provide opinions in this writing. The time of this research was carried out within a period of three months. The success of this method will be seen through changes in the child. The method used was also a single research method (in 1 child). The research location was conducted at the Epiginosko Alam Sutra Learning House. Change in children is the ultimate goal in this study. Children are expected to be able to interact in their social environment. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting pada seluruh anak di Indonesia. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan di butuhkan oleh semua anak di Indonesia, termasuk anak autis. Autis merupakan anak yang memiliki gangguan psikomotorik, yang membuat anak autis cenderung sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian pada anak autis. Dimana penelitian itu di lakukan untuk melihat perubahan interaksi anak autis melalui kegiatan bermain. Penelitian ini di lakukan dalam bentuk penelitian langsung, atau metode kualitatif fenomena eksperimen. Dimana anak di teliti secara langsung melalui kegiatan bermain. Kajian Pustaka juga di gunakan dalam penelitian ini, untuk memperkuat argumen-argumen yang di tetapkan. Kajian Pustaka juga membantu untuk Menyusun dan memberikan pendapat dalam penulisan ini. Waktu penelitian ini pun di lakukan dalam kurun waktu tiga bulan. Keberhasilan pada metode ini akan di lihat melalui perubahan pada anak tersebut. metode yang di gunakan pun metode penelitian tunggal (pada 1 anak). Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Belajar Epiginosko Alam Sutra. Perubahan pada anak adalah tujuan akhir dalam penelitian ini. Anak diharapkan mampu berinteraksi dalam lingkungan sosialnya.