Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ORANG MUDA BELAJAR BERBELA RASA DI PINGIT, YOGYAKARTA Mahardika, Amadea Prajna Putra
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 11, No 10 (2024): NUSANTARA : JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v11i10.2024.4352-4368

Abstract

Tulisan ini hendak mencari tahu motivasi dan tujuan beberapa orang muda menjadi relawan di Perkampungan Sosial Pingit di Yogyakarta. Penelitian ini menyoroti keterlibatan relawan Pingit, hubungan dorongan afeksi dengan bela rasa, dan dampak keterlibatan sosial terhadap agama dan teologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wawancara mendalam dan focus group discussion. Sementara itu, analisis atas data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) dan studi pustaka. Kerelawanan di Pingit menunjukkan keterlibatan konkret orang-orang muda dalam karya sosial. Penelitian ini menunjukkan bagaimana aktivisme sosial dan agama (teologi) mempengaruhi dan memperkaya satu sama lain, serta memberikan inspirasi bagi keterlibatan kaum muda dalam karya sosial. Meskipun demikian, kerap kali alasan utama orang muda terjun menjadi relawan sosial ternyata bukan karena ajaran agama, melainkan motivasi psikologis dan kemanusiaan. Hal ini belum akan menjadi persoalan sampai suatu saat mereka mengalami hambatan dalam keterlibatan sosial. Untuk itu diperlukan komunitas dan pendampingan yang tepat untuk membantu mereka mengolah dan memaknai aktivisme sosial yang mereka libati.
Analisis Teologi Inkulturasi Lukisan Perjamuan Kana dan Gerakan Sego Mubeng Gereja St Antonius Kotabaru Yogyakarta Mahardika, Amadea Prajna Putra
Studia Philosophica et Theologica Vol 24 No 2 (2024)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/spet.v24i2.651

Abstract

Inculturation in the context of religious life extends beyond mere adaptation in liturgical practices to permeate various aspects of human existence. This process involves the integration of cultural elements with spiritual values, fostering a harmonious unity between spirituality and everyday human reality. Two concrete examples of inculturation are explored: the Painting of the Wedding at Cana and the social movement of Sego Mubeng at St. Antonius Kotabaru Church, Yogyakarta. Through an in-depth analysis of these manifestations, the close relationship between art, daily life, and spirituality is highlighted. The painting serves as a medium to reflect religious values within the local cultural context, while Sego Mubeng demonstrates that inculturation extends beyond religious rituals into everyday activities, particularly in providing food assistance to those in need. This research enhances our understanding of how inculturation bridges the spiritual and earthly dimensions, as well as the complexity of its role in shaping worldviews and human behavior.
TINJAUAN MULTIDIMENSIONAL RELASI YAYASAN (PENDIDIKAN) KANISIUS DAN KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG Mahardika, Amadea Prajna Putra
Spiritualitas Ignasian: Jurnal Kerohanian dalam Dunia Pendidikan Vol 24, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/si.v24i2.10358

Abstract

This paper explores the multifaceted relationship between Yayasan (Pendidikan) Kanisius (YK) and the Archdiocese of Semarang (KAS), highlighting operational and relational challenges within a Catholic educational framework. The method used in this research was a literature study combined with empirical experience and interviews. Based on the author’s experience with YK Cabang Surakarta, the study outlines the foundational mission of YK to provide Catholic education, facing financial instability, declining enrollment, and limited support from KAS. The strained partnership was analyzed through Javanese social philosophy and Michel Foucault’s power dynamics, noting that hierarchical structures and inconsistent communication from KAS hinder YK's effectiveness. The author advocates for synodality through strengthened dialogue and mutual understanding, informed by Ignatian spirituality and Avery Dulles' model of the "servant Church." This approach calls for creative fidelity, where YK and KAS collaborate in decision-making to better address educational and social challenges. The study references theological insights from Evangelii Gaudium and Fratelli Tutti, urging KAS to actively support YK’s mission, especially to serve marginalized communities. In conclusion, the paper emphasizes a "servant church" model to transform the KAS-YK relationship into a partnership that honors both educational and ecclesial commitments. Improved communication and resource-sharing are essential for a sustainable impact, fostering a mission-centered community that aligns with the Church’s social teaching and the needs of Indonesia’s diverse society.
Analisis Naratif Kisah Para Rasul 15:1-33: Inspirasi Teologis bagi Sinodalitas Gereja Mahardika, Amadea Prajna Putra
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1493

Abstract

Abstract. The purpose of this paper is to analyze Acts 15:1-33 and its relevance for the synodality of the Church. The research method used is narrative criticism on Acts 15:1-33. This paper finds that the synodality of the Church, namely the collaborative principle in church decision-making, has important relevance in handling conflicts and building church unity. The Council of Jerusalem can be a practical guide in terms of open communication, respect for various parties, and cooperation between church institutions.Abstrak. Tujuan tulisan ini adalah untuk menganalisis Kisah Para Rasul 15:1-33 dan dan relevansinya bagi sinodalitas Gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis naratif terhadap Kisah Para Rasul 15:1-33. Tulisan ini menemukan bahwa sinodalitas Gereja, yaitu prinsip kolaboratif dalam pengambilan keputusan gerejawi, memiliki relevansi penting dalam penanganan konflik dan pembangunan persatuan Gereja. Konsili di Yerusalem dapat menjadi panduan praktis dalam hal komunikasi terbuka, penghargaan terhadap berbagai pihak, dan kerja sama antara institusi gerejawi.
Educating Compassionate Attitudes: Perkampungan Sosial Pingit as a Mode for Public Theology Mahardika, Amadea Prajna Putra; Manggala, Jakobus Aditya Christie; Irawan, Paulus Bambang
Proceedings of The International Conference on Theology, Religion, Culture, and Humanities Vol 1, No 2 December (2024): Proceedings of The International Conference on Theology, Religion, Cult
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/tic.v1i2.8876

Abstract

This paper discusses the concept of public theology, which involves dialogue and engagement with society, aiming for social justice, community welfare, and the common good for the world. It emphasizes the necessity for public theology to address issues affecting the wider community and to use language and logic understandable and debatable by the public. Although aligned with political and liberation theology, public theology tends to be more reformative than revolutionary. The Perkampungan Sosial Pingit (PSP) in Yogyakarta demonstrates concrete involvement in social work, reflecting public theology. This research highlights the engagement of PSP volunteers, the relationship between emotional impulse and compassion, and the impact of social involvement on religion and theology. Furthermore, it shows how social activism and theology influence and enrich each other, providing inspiration for the involvement of young people in social work and public theology.
GIORDANO BRUNO, TUMBAL SENGKETA IMAN DAN PENGETAHUAN? Mahardika, Amadea Prajna Putra
LOGOS Vol. 22 No. 2 (2025): Juli 2025
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mengeksplorasi konflik historis antara agama dan sains melalui studi kasus Giordano Bruno (1548–1600), seorang filsuf alam yang dihukum mati oleh Gereja Katolik. Dengan fokus pada pemikiran kosmologi Bruno yang mengembangkan gagasan heliosentris Nicolaus Copernicus, tulisan ini mengeval_uasi konsep-konsep revolusioner seperti alam semesta tanpa batas dan dunia jamak yang bertentangan dengan doktrin Gereja. Artikel ini juga membahas proses pengadilan Bruno yang kompleks, mengungkapkan bahwa dakwaan terhadapnya melibatkan unsur-unsur teologi Katolik, filsafat Hermetik, dan Protestantisme, bukan sekadar dukungannya terhadap teori Copernicus. Melalui analisis ini, artikel menyoroti pentingnya dialog yang konstruktif antara agama dan sains untuk menghindari konflik destruktif seperti yang dialami Bruno. Dengan merujuk tipologi hubungan agama dan sains dari Ian Barbour, tulisan ini mengusulkan integrasi kedua bidang untuk mendukung kemajuan kemanusiaan. Kesimpulannya, artikel ini menekankan perlunya pendekatan multidisipliner dan reflektif dalam memahami interaksi antara iman dan pengetahuan di tengah tantangan sejarah dan kontemporer.
GIORDANO BRUNO, TUMBAL SENGKETA IMAN DAN PENGETAHUAN? Mahardika, Amadea Prajna Putra
LOGOS Vol. 22 No. 2 (2025): Juli 2025
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mengeksplorasi konflik historis antara agama dan sains melalui studi kasus Giordano Bruno (1548–1600), seorang filsuf alam yang dihukum mati oleh Gereja Katolik. Dengan fokus pada pemikiran kosmologi Bruno yang mengembangkan gagasan heliosentris Nicolaus Copernicus, tulisan ini mengeval_uasi konsep-konsep revolusioner seperti alam semesta tanpa batas dan dunia jamak yang bertentangan dengan doktrin Gereja. Artikel ini juga membahas proses pengadilan Bruno yang kompleks, mengungkapkan bahwa dakwaan terhadapnya melibatkan unsur-unsur teologi Katolik, filsafat Hermetik, dan Protestantisme, bukan sekadar dukungannya terhadap teori Copernicus. Melalui analisis ini, artikel menyoroti pentingnya dialog yang konstruktif antara agama dan sains untuk menghindari konflik destruktif seperti yang dialami Bruno. Dengan merujuk tipologi hubungan agama dan sains dari Ian Barbour, tulisan ini mengusulkan integrasi kedua bidang untuk mendukung kemajuan kemanusiaan. Kesimpulannya, artikel ini menekankan perlunya pendekatan multidisipliner dan reflektif dalam memahami interaksi antara iman dan pengetahuan di tengah tantangan sejarah dan kontemporer.
John of Damascus, The Council of Nicaea, and The Islamic Challenge: a Theological Discourse on Christology and its Contemporary Relevance Mahardika, Amadea Prajna Putra
Proceedings of The International Conference on Theology, Religion, Culture, and Humanities Vol 2, No 1 (2025): Proceedings of The International Conference on Theology, Religion, Culture, and
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/tic.v2i1.11995

Abstract

John of Damascus (JD), as one of the foremost Christian theologians of the early medieval period, played a crucial role in defending Nicene Christology against theological challenges, particularly from emerging Islamic thought. This article explores the intersection of JD’s theological contributions with the doctrinal affirmations of the First Council of Nicaea, particularly concerning the divinity of Christ, His consubstantiality with God the Father, and His eternal pre-existence. The study contrasts these affirmations with Islamic perspectives that regard Jesus (Isa) as a mere human prophet, distinct from divinity and created rather than eternally begotten. By analyzing JD’s apologetics, this article demonstrates how he sought to uphold Nicene orthodoxy amidst the rise of Islam, which presented a monotheistic framework rejecting Trinitarian theology. Furthermore, the study examines the enduring relevance of JD’s theological approach in contemporary interfaith dialogues between Christianity and Islam, particularly in addressing Christological differences. By revisiting his arguments, this article underscores the significance of historical theological discourses in shaping modern religious discussions and fostering a deeper understanding between Christian and Muslim communities.
Fenomena Pasca-Kebenaran: Belajar dari Sejarah, Menyongsong Tahun Politik 2024 Mahardika, Amadea Prajna Putra
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 2, No 1 (2024): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v2i1.8361

Abstract

This writing aims to dissect several aspects of the Post-Truth phenomenon in general, including its definition, the reasons behind its emergence, its elements or characteristics, as well as its impacts. To make it easier to comprehend, real-life examples will be provided, both in the political and mass media spheres, which happened both internationally and within Indonesia. In this research, we use qualitative method through literature and internet review. Learning from history, the Post-Truth phenomenon is rampant during political campaigns leading up to elections. Therefore, as the year 2024 approaches, a significant political year in Indonesia, efforts need to be made to anticipate the negative impacts of Post-Truth. These negative consequences can foster distrust in society, provide opportunities for irresponsible individuals to take advantage, and potentially threaten the stability, security, and unity of the nation. To address this issue, all parties and authorities involved must collaborate and employ a multidimensional approach called the "Four-IS Solution," which includes efforts in philosophical, sociological, technological, and aesthetic education.AbstrakTulisan ini hendak menguraikan pelbagai aspek fenomena Pasca-Kebenaran secara umum, antara lain pengertian, penyebab kemunculannya, unsur atau ciri-cirinya, serta dampak-dampaknya. Agar lebih mudah dipahami, akan disediakan pula beberapa contoh nyatanya dalam bidang politik dan media massa, baik yang terjadi di dunia internasional maupun di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif, melalui studi pustaka dan internet. Belajar dari sejarah, fenomena Pasca-Kebenaran marak terjadi dalam masa kampanye politik menjelang pemilihan umum. Maka, menjelang tahun 2024 yang merupakan tahun politik di Indonesia, perlu diupayakan bagaimana supaya dampak negatif Pasca-Kebenaran dapat diantisipasi. Pasalnya dampak negatif tersebut dapat menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat kepada siapa saja, memberi peluang pada oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan, hingga berpotensi mengancam stabilitas, keamanan, dan keutuhan bangsa. Untuk mengatasi persoalan ini, semua pihak dan otoritas yang berwenang harus bekerja sama melakukan pendekatan multidimensional bernama “Solusi Empat-IS” yang meliputi upaya-upaya edukasi-filosofis, sosiologis, teknologis, dan estetis.
Makna Kebangkitan dalam Film Narnia: The Lion, The Witch, and The Wardrobe dan Paralelitasnya dengan Kebangkitan Yesus Kristus Mahardika, Amadea Prajna Putra
Forum Vol. 54 No. 2 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologia dan Filsafat Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/forum.v54i2.692

Abstract

Tulisan ini melakukan analisis komparatif terhadap representasi kebangkitan dalam film, dengan fokus pada pendekatan konvensional dan pendekatan yang lebih kreatif seperti dalam serial Narnia. Studi ini menggunakan metode studi film, studi pustaka, dan analisis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggambaran, kedua pendekatan tersebut memiliki kesamaan dalam menyampaikan pesan penebusan, pembebasan, dan transformasi. Penelitian ini menyoroti pentingnya menemukan keseimbangan antara akurasi teologis dan daya tarik visual dalam menyampaikan pesan kebangkitan. Selain itu, studi ini juga menekankan perlunya upaya evangelisasi yang inovatif dan inklusif untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan menganalisis contoh-contoh seperti film Narnia dan inisiatif Paus Fransiskus, tulisan ini menyimpulkan bahwa pesan kebangkitan dapat disampaikan melalui berbagai medium dan gaya komunikasi, asalkan tetap berakar pada nilai-nilai inti iman.