Artikel ini mengeksplorasi spiritualitas kepemimpinan sebagai pelayanan, sebuah paradigma yang melampaui dominasi pribadi dan ambisi kelompok demi bonum commune. Penelitian ini didukung oleh kerangka teoretis St. Thomas Aquinas, khususnya relasi antara bagian (pars) dan keseluruhan (totus) dalam keadilan (iustitia), serta nilai-nilai ajaran sosial Gereja modern. Metodologi yang digunakan adalah studi kepustakaan, yang dikombinasikan dengan analisis kasus nyata dari Profesional Usahawan Katolik (PUKAT) Nasional. Hasil utama menunjukkan bahwa spiritualitas pelayanan terbukti direfleksikan melalui gaya servant-leadership, praktik keheningan reflektif (nang-ning-nung), dan kolaborasi inklusif dalam profesi. Praktik-praktik ini tidak hanya membumikan nilai iman, tetapi juga memperkokoh solidaritas, keadilan, dan martabat di kalangan komunitas profesional. Kesimpulannya, spiritualitas kepemimpinan sebagai pelayanan bukan sekadar ideal akademis, melainkan kebutuhan mendesak untuk membentuk masyarakat yang inklusif, adil, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama (bonum commune).