Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Identifikasi Keanekaragaman Bivalvia Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Pematang Cengal, Tanjung Pura, Sumatera Utara Nasution, Hasbi Assidiqi; Wahyuni, Ayu; Syahfitri, Nabila; Irmanda, Reva Putri; Muliana, Syeifa; Nur, Siti Fadhilah
Jurnal Jeumpa Vol 10 No 2 (2023): Jurnal Jeumpa
Publisher : Department of Biology Education, Faculty of Teacher Training and Education, Samudra University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jj.v10i2.7769

Abstract

Desa Pematang Cengal mempunyai sebagian besar wilayah pesisir dengan keanekaragaman bivalvia yang dimanfaatkan sebagai makanan. Akan tetapi belum ada catatan tentang keanekaragaman bivalvia di Desa Pematang Cengal. Penelitian ini dilakukan pada Mei-Juni 2023 yang bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman bivalvia dari hasil tangkapan nelayan di Desa Pematang Cengal, Tanjung Pura, Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel dilakukan secara observasi dan survei langsung pada 3 stasiun berbeda, yaitu stasiun I Alur Kapal, stasiun II Pangkalan Garip, dan stasiun III Paluh Nipah. Data juga diperoleh melalui wawancara dengan nelayan terkait spesies bivalvia yang ditemukan serta alat tangkap yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 spesies bivalvia dari 5 famili yang ditemuka pada ketiga stasiun. Spesies yang ditemukan yaitu, Atrina pectinata, Anadara antiquata, Meretrix meretrix, Modiolus modulaides, Perna viridis, Anadara granosa, Barbatia foliate, Tellina timotensis, Pinctada albina, dan Pitar tumens. Spesies yang dominan adalah Meretrix meretrix dari famili Veneridae. Indeks keanekaragaman (H') di tiga stasiun tersebut berkisar antara 0-1.19. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 1.19, kedua terdapat pada stasiun III sebesar 0,97, dan indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun II sebesar 0.
Pola Perilaku Harian Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus) di Kawasan Konservasi Ex-Situ RTH Taman Hutan Kota Langsa Nasution, Hasbi Assidiqi; Jayanthi, Sri; Syahfitri, Nabila; Bissilmi, Shallu; Miraza, Syafrila Aini; Irmanda, Reva Putri
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 5 No 3 (2025): September-Desember
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/filogeni.v5i3.56933

Abstract

Populasi bangau tongtong terus menurun akibat perusakan habitat, perburuan liar, dan gangguan manusia. Oleh karena itu, upaya konservasi bangau tongtong menjadi penting, baik melalui pendekatan in situ maupun ex situ. Kawasan konservasi ex situ seperti taman hutan kota Langsa menjadi salah satu model untuk menjaga kelangsungan hidup spesies ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi waktu yang dihabiskan bangau tongtong untuk berbagai aktivitas di lingkungan konservasi buatan. Setiap individu diamati selama 900 menit, sehingga total akumulasi waktu pengamatan untuk empat individu mencapai 3600 menit dengan menggunakan metode scan animal sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas istirahat memiliki frekuensi paling tinggi, dengan total waktu selama 1871,72 menit, diikuti oleh aktivitas ingesti (656,09 menit), preening (618,69 menit), dan lokomosi (442,5 menit). Sementara itu, aktivitas interaksi sosial dan ekskresi memiliki frekuensi yang sangat rendah, masing-masing hanya tercatat selama 7,57 menit dan 3,43 menit. Analisis lebih lanjut terhadap tingkat dominansi perilaku pada setiap periode waktu menunjukkan bahwa perilaku diam berdiri paling mendominasi di semua periode, yaitu pagi (26,27%), siang (38,64%), dan sore (49,02%). Perilaku lainnya seperti makan, berjalan, menelisik bulu, dan bertengger juga muncul dengan proporsi yang bervariasi sesuai waktu pengamatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa bangau tongtong telah mengalokasikan sebagian besar waktunya untuk istirahat pasif. Temuan ini mencerminkan adaptasi terhadap lingkungan konservasi yang minim rangsangan dan menjadi dasar peningkatan kesejahteraan satwa serta efektivitas konservasi jangka panjang.