Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Inovasi Perancangan Alat Irat Bambu Sebagai Bentuk Dukungan Pelestarian Produk Anyaman di Trenggalek Bellanov, Agrienta; Nurhayati, Lilis; Valentino, Teofilus
Abditeknika Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): April 2024
Publisher : LPPM Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/abditeknika.v4i1.3103

Abstract

Bambu merupakan salah satu hasil alam yang melimpah di Kabupaten Trenggalek, sehingga masih banya ditemukan pengrajin yang bergerak di bidang home industry untuk menghasilkan anyaman tikar, besek, dan lain sebagainya. Seiring dengan berkembangnya zaman, produk anyaman sudah semakin jarang ditemukan, hal inilah yang membuat harga produk anyaman semakin menjanjikan. Setelah melakukan wawancara kepada para pengrajin, dapat disampaikan bahwa para pengrajin mengeluh mudah lelah pada proses irat bambu, proses ini dilakukan untuk mendapatkan lembaran-lembaran tipis dari bambu untuk kemudian di anyam, dengan teknik manual yang dilakukan terkadang lembaran bambu tidak memiliki ukuran ketebalan yang sama, hal ini juga yang akhirnya menurunkan semangat pengrajin untuk melakukan produksi, akibatnya pengiriman produk ke konsumen sering mengalami keterlambatan. Pelaksanaan program dalam kegiatan ini menggunakan metode learning by doing dengan merancang alat irat bambu yang sesuai dengan postur tubuh para pengrajin. Selanjutnya tim juga akan membuatkan jadwal produksi yang sesuai untuk mengurangi keterlambatan pengiriman produk. pelaksaan program dinyatakan berhasil karena para pengrajin merasa sangat teredukasi dan dimudahkan dengan adanya alat irat bambu sederhana tersebut.   Bamboo is one of the abundant natural products in Trenggalek Regency, so you can still find many craftsmen engaged in the home industry to produce woven mats, baskets, and so on. As time goes by, woven products are becoming increasingly rare, this is what makes the prices of woven products increasingly promising. After conducting interviews with the craftsmen, it can be said that the craftsmen complain that they get tired easily during the bamboo woven process, this process is carried out to obtain thin sheets of bamboo which are then woven, using manual techniques, sometimes the bamboo sheets do not have the same thickness.  this also ultimately reduces the enthusiasm of craftsmen to carry out production, as a result product delivery to consumers is often delayed. The implementation of the program in this activity uses the learning by doing method by designing bamboo threading tools that suit the body posture of the craftsmen. The application of the learning by doing method in this context not only provides practical solutions but also enhances the skills, enthusiasm, and motivation of bamboo weavers. Furthermore, the team will also create an appropriate production schedule to reduce delays in product delivery.  Based on the interview results, the craftsmen feel greatly assisted by the bamboo weaving tool, which turns out to be able to cut time faster, approximately around 11 minutes compared to the manual method.
Inovasi Perancangan Alat Irat Bambu Sebagai Bentuk Dukungan Pelestarian Produk Anyaman di Trenggalek Bellanov, Agrienta; Nurhayati, Lilis; Valentino, Teofilus
Abditeknika Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): April 2024
Publisher : LPPM Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/abditeknika.v4i1.3103

Abstract

Bambu merupakan salah satu hasil alam yang melimpah di Kabupaten Trenggalek, sehingga masih banya ditemukan pengrajin yang bergerak di bidang home industry untuk menghasilkan anyaman tikar, besek, dan lain sebagainya. Seiring dengan berkembangnya zaman, produk anyaman sudah semakin jarang ditemukan, hal inilah yang membuat harga produk anyaman semakin menjanjikan. Setelah melakukan wawancara kepada para pengrajin, dapat disampaikan bahwa para pengrajin mengeluh mudah lelah pada proses irat bambu, proses ini dilakukan untuk mendapatkan lembaran-lembaran tipis dari bambu untuk kemudian di anyam, dengan teknik manual yang dilakukan terkadang lembaran bambu tidak memiliki ukuran ketebalan yang sama, hal ini juga yang akhirnya menurunkan semangat pengrajin untuk melakukan produksi, akibatnya pengiriman produk ke konsumen sering mengalami keterlambatan. Pelaksanaan program dalam kegiatan ini menggunakan metode learning by doing dengan merancang alat irat bambu yang sesuai dengan postur tubuh para pengrajin. Selanjutnya tim juga akan membuatkan jadwal produksi yang sesuai untuk mengurangi keterlambatan pengiriman produk. pelaksaan program dinyatakan berhasil karena para pengrajin merasa sangat teredukasi dan dimudahkan dengan adanya alat irat bambu sederhana tersebut.   Bamboo is one of the abundant natural products in Trenggalek Regency, so you can still find many craftsmen engaged in the home industry to produce woven mats, baskets, and so on. As time goes by, woven products are becoming increasingly rare, this is what makes the prices of woven products increasingly promising. After conducting interviews with the craftsmen, it can be said that the craftsmen complain that they get tired easily during the bamboo woven process, this process is carried out to obtain thin sheets of bamboo which are then woven, using manual techniques, sometimes the bamboo sheets do not have the same thickness.  this also ultimately reduces the enthusiasm of craftsmen to carry out production, as a result product delivery to consumers is often delayed. The implementation of the program in this activity uses the learning by doing method by designing bamboo threading tools that suit the body posture of the craftsmen. The application of the learning by doing method in this context not only provides practical solutions but also enhances the skills, enthusiasm, and motivation of bamboo weavers. Furthermore, the team will also create an appropriate production schedule to reduce delays in product delivery.  Based on the interview results, the craftsmen feel greatly assisted by the bamboo weaving tool, which turns out to be able to cut time faster, approximately around 11 minutes compared to the manual method.
Pemberdayaan pembuat jamu seduh dengan inovasi masin pengaduk/ kristalisasi sederhana Widari, Nyoman Sri; Bellanov, Agrienta; Kurniawati, Ony; Valentino, Teofilus; Kusuma, Brahmana Duta Pramaraja; Kaka, Ivang Eden Septian Lourent
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 6 (2025): November (In Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i6.34416

Abstract

AbstrakTren gaya hidup sehat mendorong peningkatan konsumsi produk herbal, termasuk jamu serbuk berbasis rempah lokal. Namun, pelaku UMKM seperti SN3 Rempah di Kabupaten Trenggalek menghadapi kendala dalam proses produksi manual, kualitas produk yang belum konsisten, serta strategi pemasaran yang belum optimal. Program pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi, kualitas, dan daya saing produk mitra melalui penerapan teknologi tepat guna dan pelatihan digital. Mitra sasaran merupakan unit usaha rumah tangga dengan lima peserta aktif yang terlibat langsung dalam kegiatan. Metode pelaksanaan meliputi sosialisasi, pelatihan penggunaan mesin pengaduk kristalisasi jamu cair menjadi sebuk, praktik pengeringan dan pengemasan, pelatihan manajemen keuangan sederhana, serta pendampingan strategi pemasaran digital melalui media sosial dan marketplace. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan kapasitas produksi dari 10 kg menjadi 25 kg per minggu, penurunan kadar air produk hingga di bawah 3%, serta peningkatan penjualan dari 40 menjadi 100 botol per bulan. Selain itu, mitra mampu menyusun laporan keuangan sederhana dan mengelola akun digital secara mandiri. Program ini memberikan dampak nyata dalam peningkatan efisiensi produksi, kualitas produk, dan akses pasar, serta memperkuat keberlanjutan usaha mitra. Kata kunci: pemberdayaan masyarakat; jamu serbuk; teknologi tepat guna; pelatihan digital; UMKM Trenggalek AbstractThe healthy lifestyle trend has led to increased demand for herbal products, including powdered herbal drinks made from local spices. However, micro-enterprises like SN3 Rempah in Trenggalek Regency face challenges in manual production, inconsistent product quality, and limited marketing strategies. This community engagement program aimed to enhance production capacity, product quality, and competitiveness through appropriate technology and digital training. The target partner was a home-based business involving five active participants. The methods included socialization, training on the use of a crystallization mixer for liquid herbal processing, hands-on drying and packaging practices, basic financial management workshops, and digital marketing assistance via social media and online marketplaces. The results showed an increase in production capacity from 10 kg to 25 kg per week, reduced moisture content to below 3%, and a rise in monthly sales from 40 to 100 bottles. Additionally, the partner successfully developed simple financial reports and managed digital accounts independently. The program delivered tangible improvements in production efficiency, product quality, and market access, while strengthening the sustainability of the partner’s business. Keywords: community empowerment; powdered herbal drink; appropriate technology; digital training; Trenggalek MSMEs