Tingginya prevalensi stunting di Kabupaten Sukamara yang mencapai 29,1% pada tahun 2023, meningkat dari 21,8% pada tahun 2022, menjadi masalah serius yang mengancam kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kabupaten Sukamara dalam upaya penurunan stunting melalui pendekatan komunikasi pembangunan sosial. Fokus utama penelitian mencakup empat indikator, yaitu bentuk kegiatan, strategi komunikasi, faktor pendukung dan penghambat, serta dampak program terhadap kesadaran masyarakat. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melalui teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi terhadap 12 informan kunci, terdiri dari pejabat DP3APPKB, camat, perangkat desa, dan keluarga berisiko stunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kegiatan yang dilakukan DP3APPKB meliputi penyuluhan gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pendampingan keluarga berisiko, pelatihan kader posyandu, dan kampanye perilaku hidup sehat melalui media lokal dan digital. Strategi komunikasi yang digunakan menggabungkan pendekatan top-down melalui arahan kelembagaan, serta partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan program. Faktor pendukung utama antara lain adanya kolaborasi lintas sektor dan antusiasme kader, sementara faktor penghambat mencakup keterbatasan literasi gizi masyarakat dan sumber daya manusia yang belum merata. Peran Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) cukup berperan dilihat dari meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi, pola asuh, dan keluarga berencana, serta peningkatan kunjungan ke posyandu dari 52% (2022) menjadi 68% (2024). Kesimpulannya, komunikasi pembangunan sosial yang dijalankan DP3APPKB efektif dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat meskipun masih menghadapi beberapa tantangan struktural dan kultural.