Kejadian demam berdarah telah meningkat pesat di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, dengan kasus melonjak dari 505.430 pada tahun 2019 menjadi 5,2 juta pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus DBD juga terus meningkat, mencapai 131.265 kasus pada tahun 2022 dibandingkan dengan 116.183 pada tahun 2020 dan 99.551 pada tahun 2019. Upaya mengatasi masalah ini termasuk pengembangan perawatan dan vaksin khusus belum memuaskan. Penggunaan insektisida kimia untuk pengendalian nyamuk memiliki dampak negatif pada manusia, hewan, dan lingkungan, sehingga alternatif ramah lingkungan seperti pestisida nabati menjadi pilihan. Tanaman pare, yang mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, asam fenolat, karotenoid, dan steroid/triterpenoid, memiliki potensi sebagai insektisida alami yang efektif melawan larva nyamuk tanpa meninggalkan residu berbahaya. Mengetahui efektivitas pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun pare dan berbagai konsentrasi pada kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian eksperimen atau percobaan untuk mengidentifikasi dampak yang muncul sebagai hasil dari perlakuan atau eksperimen tertentu. Penelitian ini menggunakan desain penelitian post test dengan kelompok kontrol. Subyek dibagi menjadi 6 kelompok, kelompok kontrol positif (temephos), kontrol negatif, konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% per 50ml aquades dengan 6 kali pengulangan. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam. Data kematian larva Aedes aegypti dianalisis menggunakan uji kruskal wallis dan mann withney U test. Diperoleh hasil tidak ada kematian larva pada control negatif, kematian 53% pada konsentrasi ekstrak daun pare 2,5%, 72% pada konsentrasi 5%, 82% pada konsentrasi 7,5% dan 93% pada konsentrasi 10%. Hasil uji kruskal wallis 0,000 yang mana nilai ini lebih kecil dari (<) 0,05 yang berarti terdapat pengaruh pada pemberian dosis ekstrak daun pare terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Ekstrak daun pare (Momordica charantia) mempunyai pengaruh terhadap kematian jentik nyamuk Aedes aegypti.