p-Index From 2020 - 2025
1.456
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JURNAL BAHARI PAPADAK
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ASPEK REPRODUKSI IKAN TUNA YANG TERTANGKAP OLEH NELAYAN BANDO DI PERAIRAN BAGIAN SELATAN KABUPATEN ENDE Feli, Fransisko Xaverius; Paulus, Chaterina A.; Yahyah, Yahyah
Jurnal Bahari Papadak Vol 5 No 1 (2024): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi ikan tuna yaitu nisbah atau sex ratio kelamin, Indeks Kematangan Gonad (IKG), dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang tertangkap oleh nelayan di perairan bagian selatan, Kabupaten Ende. pengambilan sampel ikan tuna ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli tahun 2023. Sampel ikan tuna yang diamati adalah sebanyak 40 ekor ikan. Pengamatan dilakukan secara langsung meliputi: TKG, nisbah atau sex ratio kelamin, IKG. Nisbah kelamin ikan tuna jantan dan betina dari sampel yang diperoleh setiap minggu dalam 2 bulan penelitian tidak menyimpang dari rasio 1 jantan : 1 betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis chi-square (χ2) memperlihatkan bahwa berdasarkan banyaknya sampel ikan tuna yang diperoleh selama 2 bulan penelitian (40 ekor) tidak terdapat adanya perbedaan (χ2, P< χ2tabel = 15,507 (atau χ2hitung < χ2tabel), yang memberi arti bahwa pada e secara visual berada pada TKG II dengan ciri-ciri gonad mengisi seperempat rongga tubuh, warna gonad pada ikan jantan kelabu atau putih dan berbentuk pipih, sedangkan pada ikan betina berwarna kemerahan atau kuning dan berbentuk bulat, dan telur tidak tampak dan/atau kelihatan masih halus atau belum bisa dibedakan antara butir-butir telur ikan. Nilai IKG berkisar antara 1,81% sampai 4,76% untuk gonad ikan tuna jantan, dan ikan tuna betina berkisar antara 1,90% sampai 4,29%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai IKG ikan tuna di perairan Teluk Ippi berada pada TKG II. Kata kunci : Reproduksi, Alat Tangkap Bando, Tuna. Abstract - This study aims to determine the reproductive aspects of tuna fish, namely sex ratio , Gonadal Maturity Index (IKG), and Gonadal Maturity Level (TKG) caught by fishermen in the southern waters, Ende Regency. The observed tuna samples were 40 fish. Observations were made directly including: The sex ratio of male and female tuna from the samples obtained every week in 2 months of research did not deviate from the ratio of 1 male : 1 female. The results showed that the results of chi-square analysis (χ2) showed that based on the number of tuna samples obtained during the 2 months of research (40 fish) there was no difference (χ2, P < χ2table = 15.507 (or χ2count < χ2table), which means that the e visually is in TKG II with the characteristics of gonads filling a quarter of the body cavity, the color of the gonads in male fish is gray or white and flat, while in female fish it is reddish or yellow and round, and the eggs do not appear and/or look still smooth or cannot be distinguished between fish eggs. IKG values ranged from 1.81% to 4.76% for male tuna gonads, and female tuna ranged from 1.90% to 4.29%. Thus, it can be concluded that the IKG value of tuna in Ippi Bay waters is in TKG II. Keywords: Reproduction, Bando Fishing Gear, Thunus
ANALISIS HASIL TANGKAPAN GURITA PADA ALAT TANGKAP HAND LINE MENGGUNAKAN UMPAN POCONG - POCONG YANG DI OPERASIKAN OLEH NELAYAN DIPERAIRAN KABUPATEN ENDE PROVINSI NUSA TENGGRA TIMUR Tupen, Paskalia Somi; Yahyah, Yahyah; Ayubi, Aludin Al
Jurnal Bahari Papadak Vol 5 No 1 (2024): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Kabupatenh Ende merupakan Kabupaten yang memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar. Salah satu komoditas unggulan Kabupaten Ende adalah gurita (Octopus sp). Harga gurita tingkat nelayan cukup prospektif dibanding ikan lain. Hal ini menyebabkan sebagian besar nelayan di kabupaten Ende menjadikan komoditas gurita sebagai tangkapan utama. Salah satu teknologi perikanan yang memberikan kontribusi besar terhadap hasil tangkapan terletak pada konstruksi peralatan penangkapan, jenis-jenis peralatan penangkapan yang digunakan, dan teknik operasionalnya. Nelayan Penangkapan gurita di Perairan Ende masih menggunakan alat tangkapan tradisional yaitu alat tangkap (Hand line) dengan umpan pocong – pocong yang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap gurita. Komposisi hasil tangkapan pada alat tangkap Hand line (pocong – pocong ) yang didaratkan di tiga lokasi pada perairan Ende, terdapat 1 family 1 spesies yang terdiri dari Gurita Karang (octopus cyanea) sebesar 100%. Produksi hasil tangkapan oleh nelayan yang didaratkan di tiga lokasi pada perairan Ende selama 5 tahun yaitu pada tahun 2019- 2023 dengan nilai produksi tertinggi pada tahun 2023 sebesar 1493,5 kg dan terendah tahun 2020 sebesar 995,6 kg. Nilai CPUE tertinggi pada tahun 2023 sebesar 1286,94 kg/trip dan terendah tahun 2020 sebesar 900,84 kg/trip. Kata Kunci : Hand Line, Gurita (O.Cyanea) Abstract - Ende Regency is a regency with significant potential for marine fisheries. One of Ende Regency's flagship commodities is octopus (Octopus sp). The price of octopus at the fisherman level is quite promising compared to other fish. This has led the majority of fishermen in Ende Regency to consider octopus as their main catch. That one of the fishing technologies that contribute significantly to catch results lies in the construction of capture equipment, the types of capture equipment used, and their operational techniques. Octopus fishermen in the waters of Ende still use traditional capture tools, namely hand lines with "pocong-pocong" bait. "Pocong-pocong" is one of the types of capture tools used to catch octopus. The composition of the catch results using hand lines ("pocong-pocong") landed at three locations in the waters of Ende shows one family and one species, consisting of Coral Octopus (Octopus cyanea) at 100%. The production of catch results by fishermen landed at three locations in the waters of Ende over 5 years, from 2019 to 2023, had the highest production value in 2023 at 1493.5 kg and the lowest in 2020 at 995.6 kg. The highest CPUE (Catch Per Unit Effort) value in 2023 was 1286.94 kg/trip, while the lowest was in 2020 at 900.84 kg/trip. Keywords : Hand Line, Octopus (O. Cyanea)
MORFOMETRIK KERANG BULU (Anadara antiquata) YANG TERTANGKAP OLEH NELAYAN DI DESA TALIBURA, KECAMATAN TALIBURA, KABUPATEN SIKKA Alfarizi, Muhammad; Yahyah, Yahyah; Ayubi, Aludin Al
Jurnal Bahari Papadak Vol 5 No 1 (2024): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak- Kerang bulu (A. antiquata) merupakan biota kelas bivalvia yang memiliki sisi lengkung dan berbulu halus. Habitat kerang bulu sangat dipengaruhi oleh parameter fisika, kimia, mauoun biologis. Perbedaan kondisi lingkungan yang mecolok dapat memberikan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan kerang dan mempengaruhi proses reproduksi kerang. Perairan pantai Desa Talibura merupakan wilayah pesisir dimana masyarakat yang tinggal disekiyar wilayah pantai memanfaatkan kerang bulu sebagai bahan makanan maupun dijual. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui ukuran morfometrik kerang bulu di perairan Desa Talibura, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka yang dilihat dari ukuran panjang, lebar, tinggi dan berat kerang bulu. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2022 dan bertempat di Desa Talibura, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis morfomterik kerang bulu yang meliputi ukuran panjang, lebar, tinggi dan berat. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran morfometrik panjang cangkang kerang bulu yang tertangkap oleh nelayan di perairan Desa Talibura adalah berkisar antara 3,00 cm hingga lebih dari 5,50 cm, kemudian ukuran lebar cangkang berkisar antara 2,00 cm hingga lebih dari 4,50 cm, selanjutnya ukuran tinggi cangkang berkisar antara 1,11 cm hingga lebih dari 3,61 cm dan ukuran berat berkisar antara 9 gram hingga lebih dari 38 gram. Jumlah frekuensi ukuran kerang bulu yang tertangkap oleh nelayan di perairan Desa Talibura lebih banyak berdasarkan kelas panjang adalah berkisar antara 3,50-4,99 cm dengan ukuran lebar 2,50-3,99 cm, kemudian ukuran tinggi berkisar antara 1,61-3,10 cm dan berat berkisar antara 15-31 gram. Sedangkan jumlah hasil tangkapan paling sedikit berdasarkan ukuran panjang yaitu berkisar antara 3.00-3.49 cm dan 5,00->5,50 cm dengan lebar berkisar antara 2.00-2.49 cm dan 4,00->4,50 cm, kemudian tinggi berkisar antara 1.11-1.60 cm dan 3,11->3,61 cm dan berat berkisar antara 9-14 gram dan 32->38 gram. Kata Kunci: Kerang bulu, Desa Talibura, Morfometrik Abstract - Shellfish (A. antiquata) is a bivalve class biota that has curved sides and fine hairs. The habitat of mussels is greatly influenced by physical, chemical, and biological parameters. Striking differences in environmental conditions can make a real difference to the growth of clams and affect the reproductive processes of clams. The coastal waters of Talibura Village are a coastal area where people who live around the coastal area use shellfish as a food ingredient or for sale. This study aims to determine the morphometric size of the shells in the waters of Talibura Village, Talibura District, Sikka Regency as seen from the length, width, height and weight of the shells. The research was carried out from June to July 2022 and took place in Talibura Village, Talibura District, Sikka Regency. The method used in this research consists of qualitative and quantitative methods. Morphometric analysis of shells including length, width, height and weight. Based on the results of the study, the morphometric size of the shell length of the shells caught by fishermen in the waters of Talibura Village ranged from 3.00 cm to more than 5.50 cm, then the size of the shell width ranged from 2.00 cm to more than 4.50 cm. , then the size of the shell height ranges from 1.11 cm to more than 3.61 cm and the size of the weight ranges from 9 grams to more than 38 grams. The frequency of clams caught by fishermen in the waters of Talibura Village is more based on the length class, which ranges from 3.50-4.99 cm with a width of 2.50-3.99 cm, then the height ranges from 1.61- 3.10 cm and weighs between 15-31 grams. While the number of catches was the least based on length, which ranged from 3.00-3.49 cm and 5.00->5.50 cm with a width ranging from 2.00-2.49 cm and 4.00->4.50 cm, then the height ranged from 1.11 -1.60 cm and 3.11->3.61 cm and weighs between 9-14 grams and 32->38 grams. Keywords: Shellfish, Talibura Village, Morphometrics
HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP BANDO YANG DIOPERASIKAN OLEH NELAYAN DI PERAIRAN BAGIAN SELATAN KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Bapang, Kusmadi S.; Yahyah, Yahyah; Ayubi, Aludin Al
Jurnal Bahari Papadak Vol 5 No 2 (2024): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tangkapan alat tangkap bando yang dioperasikan oleh nelayan di perairan bagian selatan, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif . Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa jenis-jenis ikan yang tertangkap pada alat tangkap bando adalah sebanyak 3 jenis yaitu ikan tuna sirip kuning, ikan marlin dan ikan tenggiri. Jumlah ikan hasil tangkapan alat tangkap bando perhari yaitu untuk ikan tuna sirip kuning berkisar antara 1-4 ekor dengan nilai rata-rata 3 ekor/perhari dan komposisinya sebesar 49,38 %, kemudian ikan tenggiri berkisar antara 1-2 ekor dengan nilai rata-rata sebesar 1 ekor/hari dan komposisinya sebesar 20,99 %, selanjutnya ikan marlin berkisar antara 1-3 ekor dengan nilai rata-rata sebesar 2 ekor/hari dan nilai komposisinya sebesar 29,63 %. Jumlah hasil tangkapan dan komposisi hasil tangkapan tertinggi terdapat pada ikan tuna sirip kuning, diikuti ikan marlin dan terendah terdapat pada ikan tenggiri. Kata Kunci : Hasil Tangkapan, Bando, Nelayan, Ende Abstract - This research aims to determine the catch of bando fishing gear operated by fishermen in southern waters, Ende Regency, East Nusa Tenggara Province. This research method uses qualitative and quantitative methods. Data collection in this research used observation techniques. The data collected was then analyzed using qualitative and quantitative descriptive analysis. The results of the research found that there were 3 types of fish caught using bando fishing gear, namely yellowfin tuna, marlin and mackerel. The number of fish caught by bando fishing gear per day, namely for yellowfin tuna, ranges from 1-4 fish with an average value of 3 fish/per day and the composition is 49.38%, then mackerel fish ranges from 1-2 fish with an average value of the average is 1 fish/day and the composition is 20.99%, then marlin ranges between 1-3 fish with an average value of 2 fish/day and the composition value is 29.63%. The highest number of catches and catch composition was found in yellowfin tuna, followed by marlin and the lowest was found in mackerel. Keyword : Catches, Bando, Fishermen, Ende
ANALISIS KERAMAHAN JARING INSANG DASAR DI KAWASAN KONSERVASI DESA OENGGAE, KABUPATEN ROTE NDAO Wero, Giacinta Yuliana W. D.; Yahyah, Yahyah; Boikh, Lebrina Ivantry
Jurnal Bahari Papadak Vol 5 No 2 (2024): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak – Jaring insang dasar merupakan alat tangkap yang teknik pengoperasian secara aktif, semi aktif, maupun pasif dan dioperasikan di dasar perairan. Penggunaan alat tangkap jaring insang dasar pada kawasan konservasi Desa Oenggae, Kabupaten Rote Ndao perlu mendapatkan perhatian khusus agar tidak menimbulkan dampak negatif dan merusak habitat. Penilaian tingkat keramahan alat tangkap jaring insang dasar menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Keramahan jaring insang dasar dinilai melalui skoring pada 9 kriteria CCRF dengan total responde 17 orang. Tingkat keramahan jaring insang dasar yang digunakan oleh nelayan di Desa Oenggae tergolong alat tangkap yang ramah lingkungan dengan skor 27,23. Alat tangkap yang masuk dalam kategori alat tangkap ramah lingkungan merupakan alat tangkap yang memperhatikan selektivitas, kualitas hasil tangkapan, dan tingkat bahaya yang ditimbulkan bagi nelayan dalam pengoperasiannya. Kata Kunci : Jaring Insang Dasar, Tingkat Keramahan, Kawasan Konservasi. Abstrac - Bottom gillnets are fishing tools that operate actively, semi-actively, or passively and are operated on the bottom of the water. The use of bottom gillnet fishing gear in the conservation area of ​​Oenggae Village, Rote Ndao Regency, needs special attention so that it does not cause negative impacts and damage the habitat. Assessment of the level of friendliness of basic gillnet fishing gear using descriptive qualitative and quantitative analysis. The friendliness of the bottom gillnet was assessed through scoring on 9 CCRF criteria with a total of 17 respondents. The level of friendliness of the bottom gillnet used by fishermen in Oenggae Village is classified as environmentally friendly fishing gear with a score of 27.23. Fishing gear that is included in the environmentally friendly fishing gear category is fishing gear that pays attention to selectivity, the quality of the catch, and the level of danger posed to fishermen in its operation. Keywords : Bottom Gillnet, Level of Friendlessness, Conservation Area
JENIS DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR YANG DIOPERASIKAN NELAYAN DI DESA SAKUBATUN, KECAMATAN ROTE BARAT DAYA, KABUPATEN ROTE NDAO Dethan, Valentino A. M.; Yahyah, Yahyah; Ayubi, Aludin Al
Jurnal Bahari Papadak Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap tradisional yang digunakan masyarakat nelayan untuk beroperasi dalam menangkap ikan. Desa Sakubatun adalah salah satu daerah di Kecamatan Rote Barat Daya yang memiliki potensi sumberdaya kelautan yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan hasil tangkapan di Desa Sakubatun umumnya menggunakan berbagai alat tangkap tradisional salah satunya adalah pancing ulur (Handline). Data dan informasi mengenai jenis hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan serta komposisi hasil tangkapan ikan di perairan sangat penting bagi pengelolaan, regulasi perikanan serta memberikan landasan strategis bagi pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hasil tangkapan dan jumlah hasil tangkapan alat tangkap pancing ulur (Handline). Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi pada 34 sampel yang diambil secara acak periode bulan Juli-Agustus 2024. Data dianalisis menggunakan buku identifikasi, jumlah dan komposisi hasil tangkapan. Jenis-jenis ikan yang tertangkap sebanyak 21 spesies yang tergolong dalam 10 famili, yaitu Skombridae, Carangidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Balistidae, Coryphaenidae, Trichiuridae, Isthioporidae dan Sphyraenidae. Jumlah hasil tangkapan dalam kurun waktu satu bulan sebanyak 10 kali trip penangkapan dengan total individu yang tertangkap sebanyak 868 individu dengan berat total secara keseluruhan adalah 1.110,9 kg. Dengan komposisi hasil tangkapan paling banyak yang tertangkap ialah ikan cakalang dengan persentase sebesar 43,80% dan hasil tangkapan paling sedikit ialah ikan kerapu belang putih dengan komposisi sebesar 0,02 %. Kata kunci : Desa Sakubatun, Pancing Ulur, Hasil Tangkapan, Nelayan. Abstract - Handline fishing is one of the traditional fishing gear fishermen use to catch fish. Sakubatun Village is one of the areas in Rote Barat Daya District with potential marine resources that can be utilized as a fishing location. Fishing activities in Sakubatun Village generally use various traditional fishing gear, one of which is handline fishing. Data and information regarding the types of catches, the number of catches, and the composition of fish catches in the waters are very important for fisheries management, and regulation and provide a strategic basis for optimal and sustainable utilization of fishery resources. This study aims to determine the types of catches and the number of catches of handline fishing gear. Data were collected through observation, interviews, and documentation on 34 samples taken randomly in the period July-August 2024. Data were analyzed using identification books, the number and composition of catches. The types of fish caught were 21 species belonging to 10 families, namely Skombridae, Carangidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Balistidae, Coryphaenidae, Trichiuridae, Isthioporidae and Sphyraenidae. The number of catches within one month was 10 fishing trips with a total of 868 individuals caught with a total weight of 1,110.9 kg. The composition of the most caught catches was skipjack tuna with a percentage of 43.80% and the least catch was white striped grouper with a composition of 0.02%. Keywords: Sakubatun Village, Handline, Catch, Fisherman.
TRADISI LEFA NUANG DI DESA LAMALERA, KABUPATEN LEMBATA DALAM KAITANYA DENGAN KONSERVASI BIOTA LAUT Wahon, Richad; Yahyah, Yahyah; Boikh, Lebrina Ivantry
Jurnal Bahari Papadak Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses ritual adat yang dilakukan sebelum dan sesudah tradisi Lefa Nuang dijalankan, Mengenal Jenis alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang digunakan pada tradisi Lefa Nuang dan Dampak dari tradisi Lefa Nuang terhadap keberlangsungan hidup biota laut yang dilindunggi. Metode yang digunakan berupa metode Survey yang melibatkan responden dan peniliti secara langsung. Data yang di kumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Responden untuk menggali informasi terkait tujuan dari penelitian ini adalah para key informant seperti tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, aparat desa serta nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selalu ada perbedaan dalam ritual adat dari satu daerah ke daerah lainnya. Sebagai masyarakat nelayan, orang Lamalera memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dari kehidupan masyarakat nelayan pada umumnya. Ritual keistimewaan ini terletak pada proses penangkapan ikan paus yang dilakukan oleh masyarakat nelayan Lamalera. Alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang digunakan dalam tradisi ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan dirawat dengan cara yang ramah lingkungan sehingga tidak berdampak negatif pada perairan dan ekosistem di sekitarnya. Yang membuat tradisi ini bertentangan dengan peraturan pemerintah saat ini bukan ritual adat yang dilakukan atau jenis alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang digunakan. Oleh karena itu, tradisi ini secara tidak langsung berdampak pada biota laut yang dilindungi. Hal ini jelas terlihat dari penurunan jumlah tangkapan nelayan, yang antara tahun 2008 dan 2009 mencapai 15-20 ekor, namun pada tahun 2023 hanya 6 ekor yang ditangkap. Kata Kunci : Lefa Nuang, Lamalera, Kabupaten Lembata Abstrack-This research aims to determine the traditional ritual process carried out before and after the Lefa Nuang tradition is carried out, to understand the types of fishing gear and fishing aids used in the Lefa Nuang tradition and the impact of the Lefa Nuang tradition on the survival of protected marine biota. The method used is a survey method which involves respondents and researchers directly. The data collected is in the form of secondary data and primary data. Respondents to dig up information related to the objectives of this research were key informants such as community leaders, traditional leaders, youth leaders, village officials and fishermen. The research results show that there are always differences in traditional rituals from one region to another. As a fishing community, the Lamalera people have unique characteristics and are different from the lives of fishing communities in general. This special ritual lies in the whale catching process carried out by the Lamalera fishing community. The fishing gear and fishing aids used in this tradition have been around for hundreds of years and are maintained in an environmentally friendly manner so that they do not have a negative impact on the surrounding waters and ecosystem. What makes this tradition contrary to current government regulations is not the traditional rituals carried out or the type of fishing gear and fishing aids used. Therefore, this tradition indirectly impacts protected marine biota. This is clearly visible from the decline in the number of fishermen's catches, which between 2008 and 2009 reached 15-20 fish, but in 2023 only 6 fish were caught. Keywords : Lefa Nuang, Lamalera, Lembata Regency
PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PARIWISATA BERKELANJUTAN DI PANTAI OECINA, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Meni, Cristin P.; Paulus, Chaterina A.; Yahyah, Yahyah
Jurnal Bahari Papadak Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Pantai Oecina merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Kupang yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu. Pantai Oecina menawarkan banyak pengalaman wisata bagi wisatawan yang mengunjunginya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah Pantai Oecina sudah menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan yakni dari segi ekonomi, ekologi dan sosial yang termuat dalam empat aspek yakni atraksi, fasilitas, infrastruktur dan keterlibatan pengelola berdasarkan persepsi dari wisatawan. Sampel yang digunakan sebanyak 50 orang wisatawan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner, kemudian akan dianalisis faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang terdapat di Pantai Oecina. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar wisatawan setuju bahwa Pantai Oecina masih belum menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan. Hal ini terlihat jelas dari aspek fasilitas, infrastruktur dan keterlibatan pengelola yang perlu ditingkatkan lagi padahal aspek atraksi yang ada di Pantai Oecina sudah sangat mumpuni. Kata kunci: Pantai Oecina, Pariwisata Berkelanjutan, Faktor Internal dan Eksternal. Abstract - Oecina Beach is one of the tourist destinations in Kupang Regency that is included in the Sawu Sea National Marine Park (TNP) area. The Oecina Beach offers many tourism experiences for tourists that visit it. This research aims to see whether Oecina Beach has implemented the concept of sustainable tourism, including economic, ecological and social aspects, which are contained in four aspects, namely attractions, facilities, infrastructure and manager involvement based on the perceptions of tourists. The respondents used a sample of 50 tourists with interview techniques using a questionnaire, then analyzed the internal and external factors found at Oecina Beach. The results showed that most tourists agreed that Oecina Beach still had not implemented the concept of sustainable tourism. This is evident from the aspects of facilities, infrastructure and manager involvement that need to be improved even though the attraction aspects at Oecina Beach are very qualified. Keywords:Oecina Beach, Sustainable Tourism, Internal and External Factors.
ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE ) DI DESA SAKUBATUN, KECAMATAN ROTE BARAT DAYA, KABUPATEN ROTE NDAO Sa’af, Abdul; Yahyah, Yahyah; Boikh, Lebrina Ivantry
Jurnal Bahari Papadak Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak- Masyarakat nelayan di desa Sakubatun merupakan nelayan tradisional atau nelayan kecil dengan kondisi penangkapan dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang sederhana. Nelayan di desa Sakubatun saat melaut masih menggunakan alat tangkap tradisional seperti tombak, jaring dan salah satunya adalah pancing ulur. Produksi tangkapan nelayan dari kegiatan melaut yang dilakukan adalah sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat nelayan setiap hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran penerimaan, biaya dan pendapatan nelayan alat tangkap pancing ulur (hand line) di Desa Sakubatun, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao. Teknik pengambilan sampel ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling dengan responden yang terpilih sebanyak 34 orang . Teknik pengumpulan data dikumpulkan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi pada 34 sampel yang diambil secara acak pada periode bulan Juli-Agustus 2024. Data dianalisis menggunakan analisis penerimaan, biaya dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa total penerimaan yang didapatkan dari 34 orang nelayan selama satu bulan sebanyak Rp. 429.805.000, sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasi usaha penangkapan dengan pancing ulur sebesar Rp.269.220.000, dan total pendapatan yang diperoleh dari 34 nelayan sebesar Rp. 160.585.000. Jika dirata-ratakan pendapatan responden nelayan pancing ulur selama satu bulan sebesar Rp. 4.723.088. Kata kunci : Pendapatan, Nelayan Pancing Ulur, Desa Sakubatun Abstract- Fishing communities in Sakubatun village are traditional fishermen or small fishermen with fishing conditions using simple fishing gear. Fishermen in Sakubatun village when going to sea still use traditional fishing gear such as spears, nets and one of them is a fishing rod. Fishermen's catch production from fishing activities carried out is a source of income to meet the daily needs of fishing communities. This study aims to determine the amount of revenue, costs and income of hand line fishermen in Sakubatun Village, Southwest Rote Subdistrict, Rote Ndao Regency. The sampling technique was determined based on purposive sampling technique with 34 respondents selected. Data collection techniques were collected using observation, interviews, and documentation on 34 samples taken randomly in the July-August 2024 period. Data were analyzed using revenue, cost and income analysis. The results showed that the total revenue obtained from 34 fishermen for one month was Rp. 429,805,000, while the total costs incurred for the operating costs of the fishing business with a hand line amounted to Rp. 269,220,000, and the total income obtained from 34 fishermen amounted to Rp. 160,585,000. If averaged, the income of the respondents of handline fishermen for one month is Rp. 4,723,088. Keywords: Income, Longline Fishermen, Sakubatun Village