Wagiu, Meily M.
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Relasi Persaudaraan Teosentris dalam Injil Markus 3:31-35 dan Maknanya pada Slogan “Torang Samua Ciptaan Tuhan" di Sulawesi Utara Selanno, Semuel; Wagiu, Meily M.; Dendeng, Leonardo C.
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i2.707

Abstract

Artikel ini bermaksud menganalisis relasi persaudaraan yang tidak hanya dibangun berdasarkan pada hubungan kekerabatan melalui darah, keluarga maupun daerah. Konstruksi relasi saudara perlu juga dibangun berdasarkan relasi persaudaraan Teosentris. Allah menjadi pusat persaudaraan. Tujuannya adalah meletakan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang berkomitmen untuk melakukan kehendak Allah. Konsep ini meletakan manusia dalam posisi sama sebagai insan ciptaan Allah yang menemukan persaudaraan itu dalam kemanusiaan sebagai makhluk ciptaan yang terpusat pada kehendak Allah. Tujuan artikel ini adalah mengkaji Konsep “Torang Samua Ciptaan Tuhan” orang Sulawesi Utara. Mengeksplorasi gagasan persaudaraan Teosentris dengan menggali makna pedagogis teologis melalui kerja hermeneutis Markus 3:31-35. Menyajikan perspektif teologis pedagogis untuk menemukan relasi saudara dalam konsep Teosentris versi Yesus, kemudian direfleksikan dengan falsafah “Torang Samua Ciptaan Tuhan” dalam konteks Sulawesi Utara. Kesimpulan artikel ini adalah kebijakan pemerintah dalam upaya mengedukasi, mengimplementasi nilai-nilai keharmonisan dan kerukunan maka perlu diberi dasar pedagogis teologis yang bersifat Teosentris yang bertujuan memperkuat dan memaknai slogan “Torang Samua Ciptaan Tuhan” dari perspektif Pendidikan Teologi Kristen
Relasi Persaudaraan Teosentris dalam Injil Markus 3:31-35 dan Maknanya pada Slogan “Torang Samua Ciptaan Tuhan" di Sulawesi Utara Selanno, Semuel; Wagiu, Meily M.; Dendeng, Leonardo C.
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol. 6 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i2.707

Abstract

Artikel ini bermaksud menganalisis relasi persaudaraan yang tidak hanya dibangun berdasarkan pada hubungan kekerabatan melalui darah, keluarga maupun daerah. Konstruksi relasi saudara perlu juga dibangun berdasarkan relasi persaudaraan Teosentris. Allah menjadi pusat persaudaraan. Tujuannya adalah meletakan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang berkomitmen untuk melakukan kehendak Allah. Konsep ini meletakan manusia dalam posisi sama sebagai insan ciptaan Allah yang menemukan persaudaraan itu dalam kemanusiaan sebagai makhluk ciptaan yang terpusat pada kehendak Allah. Tujuan artikel ini adalah mengkaji Konsep “Torang Samua Ciptaan Tuhan” orang Sulawesi Utara. Mengeksplorasi gagasan persaudaraan Teosentris dengan menggali makna pedagogis teologis melalui kerja hermeneutis Markus 3:31-35. Menyajikan perspektif teologis pedagogis untuk menemukan relasi saudara dalam konsep Teosentris versi Yesus, kemudian direfleksikan dengan falsafah “Torang Samua Ciptaan Tuhan” dalam konteks Sulawesi Utara. Kesimpulan artikel ini adalah kebijakan pemerintah dalam upaya mengedukasi, mengimplementasi nilai-nilai keharmonisan dan kerukunan maka perlu diberi dasar pedagogis teologis yang bersifat Teosentris yang bertujuan memperkuat dan memaknai slogan “Torang Samua Ciptaan Tuhan” dari perspektif Pendidikan Teologi Kristen
Relasi Persaudaraan Teosentris dalam Injil Markus 3:31-35 dan Maknanya pada Slogan “Torang Samua Ciptaan Tuhan" di Sulawesi Utara Selanno, Semuel; Wagiu, Meily M.; Dendeng, Leonardo C.
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol. 6 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i2.707

Abstract

Artikel ini bermaksud menganalisis relasi persaudaraan yang tidak hanya dibangun berdasarkan pada hubungan kekerabatan melalui darah, keluarga maupun daerah. Konstruksi relasi saudara perlu juga dibangun berdasarkan relasi persaudaraan Teosentris. Allah menjadi pusat persaudaraan. Tujuannya adalah meletakan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang berkomitmen untuk melakukan kehendak Allah. Konsep ini meletakan manusia dalam posisi sama sebagai insan ciptaan Allah yang menemukan persaudaraan itu dalam kemanusiaan sebagai makhluk ciptaan yang terpusat pada kehendak Allah. Tujuan artikel ini adalah mengkaji Konsep “Torang Samua Ciptaan Tuhan” orang Sulawesi Utara. Mengeksplorasi gagasan persaudaraan Teosentris dengan menggali makna pedagogis teologis melalui kerja hermeneutis Markus 3:31-35. Menyajikan perspektif teologis pedagogis untuk menemukan relasi saudara dalam konsep Teosentris versi Yesus, kemudian direfleksikan dengan falsafah “Torang Samua Ciptaan Tuhan” dalam konteks Sulawesi Utara. Kesimpulan artikel ini adalah kebijakan pemerintah dalam upaya mengedukasi, mengimplementasi nilai-nilai keharmonisan dan kerukunan maka perlu diberi dasar pedagogis teologis yang bersifat Teosentris yang bertujuan memperkuat dan memaknai slogan “Torang Samua Ciptaan Tuhan” dari perspektif Pendidikan Teologi Kristen
Pendidikan Kristen sebagai Solusi Progresif dalam Menanggapi Tantangan Kesenjangan Sosial Sianturi, Novita; Wagiu, Meily M.; Manua, Englin R.; Veronika, Thelma; Solang, Zefanya
Harati: Jurnal Pendidikan Kristen Vol 4 No 1 (2024): HaratiJPK: April
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen IAKN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/harati.v4i1.395

Abstract

This article discusses the proactive movement of Christian religious education in responding to social inequalities. Christian religious education has the potential to transform the attitudes and behaviors of individuals and communities, motivating them to actively combat social injustice. Through the teaching of Christian values such as love, justice, and solidarity, Christian religious education can build strong social awareness and encourage concrete actions to address social disparities. This research employs a qualitative literature review aimed at elucidating the progressive proactive stance of Christian religious education in responding to the challenges of social inequality. The discussion yields several opportunities for Christian religious education in addressing social disparities: sensitivity to social issues, fostering inclusivity, empowering individuals in need, and engaging in dialectics.
Konflik Peran Penatua dan Diaken: Implikasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Pastoral di Gereja Raintung, Agnes; Wagiu, Meily M.; Saliareng, Riandli; Poluan, Sindy; Somba, Renaldy V.
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 4 No 1 (2024): DPJTMG: Mei
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/dp.v4i1.394

Abstract

This research examines the conflict of roles and responsibilities between elders and deacons in pastoral service within the church. Utilizing a qualitative method, particularly in-depth interviews, the study not only evaluates the dynamics of the relationship between both positions but also identifies its impact on the effectiveness of pastoral services. The research findings highlight differences in perception, role conflicts, and discrepancies in responsibilities between the two roles. This conflict manifests through a gap between positive perceptions within the church and less positive interactions outside worship, creating a negative atmosphere detrimental to the participation of the congregation. Root causes of the conflict, such as individual negligence and the desire for personal recognition, are also identified. Its implications are felt in the effectiveness of services, affecting unity and spiritual growth within the congregation. The study emphasizes the importance of collaboration in pastoral services and presents solutions for consideration. The crucial role of church leadership in addressing conflicts and creating an environment supportive of unity is also underscored. In conclusion, this research details the conflict between elders and deacons, emphasizing collaborative solutions to enhance the effectiveness of pastoral services within the church.
PELAYANAN PASTORAL KONSELING OLEH PELAYAN KHUSUS KEPADA ISTRI YANG TELAH BERCERAI Opit, Preysilia Kirey Eleison; Wagiu, Meily M.; Brek, Yohan
ATOHEMA: Jurnal Teologi Pastoral Konseling Vol. 1 No. 2 (2024): April || ATOHEMA: Jurnal Teologi Pastoral Konseling
Publisher : PT. Giat Konseling Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70420/mcgdek75

Abstract

Divorce is something that is contrary to the teachings of the Bible, but in almost every church there are cases of divorce that occur. Divorce creates problems in the life of the congregation and if not handled well it will have negative impacts. The church needs to highlight the problem of divorce and find solutions to address existing problems, for example by providing pastoral counseling services to congregation members who have divorced. Women are still often considered as weak figures and are often victims in the household, there are many women who receive inappropriate treatment and become victims of violence. Pastoral counseling services can be used as a tool that can help churches provide assistance to congregations who are in trouble.