Konfrontasi ideologi antara nasionalisme, marxisme dan monarki absolut serta paham Islam fundamentalis telah berhasil menjadikan Afghanistan sebagai negara Islam penuh konflik. Tulisan ini ingin menjawab pertanyaan yang muncul dari stigma dan insinuasi Islam radikal, Islam teroris dan islamofobia yang menjadi konsekuensi logis dari praktik politik Islam di Afghanistan yang diperankan oleh Taliban. Melalui pendekatan historiografi dengan metode kualitatif deskriptif dan pengumpulan data menggunakan metode desk research dan annotated bibliography temuan dalam artikel ini menyimpulkan bahwa praktik politik yang terjadi di Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban merupakan ambisi kelompok fundamentalis yang ingin berkuasa penuh atas Afghanistan dengan dalih penerapan syariat Islam. Namun pada kenyataannya tidak mencerminkan praktik politik yang digambarkan Islam. Taliban menggunakan nama Islam untuk melegitimasi segala tindakan kekerasan, kudeta dan segala upaya