Many Instagram users in Indonesia are adolescents. In Instagram, people can interact with each other by giving likes, comments, or other reactions such as emoticons as a response towards other people’s content. Excessive Instagram usage could cause fatigue, stress, jealousy, sadness, and self-hatred from seeing other people’s posts. This phenomenon encourages us to create a program for adolescents in an orphanage as our cooperating partner. Since the global pandemic, the community is facilitated with cellphones to support their online study, which they also use to access social media. With limited education, they need guidance in using social media wisely. Our program aims to increase the adolescent community's knowledge about problems related to social media and how to resolve those problems. Methods that we used were giving educational contents via Instagram, mentorings, talk shows, lectures and discussions, along with pre-tests and post-tests. The result showed that the participants’ knowledge increases up to 40.11%. Their average stress level also decreased from 17,647 to 16,529 after the program was implemented. Through this program, subjects was expected to implicate the knowledge to become wiser on using social media, to avoid the negative impact of social media, and maximizing the benefit of the social media itself.Pengguna Instagram di Indonesia yang berusia remaja berjumlah cukup banyak. Pada platform tersebut, pengguna dapat berinteraksi dengan memberi like, komentar, maupun reaksi berupa emoticon sebagai bentuk tanggapan bagi unggahan orang lain. Penggunaan Instagram yang berlebihan dapat menyebabkan penggunanya menjadi lelah, stres, cemburu, sedih, dan membenci diri sendiri akibat melihat postingan orang lain. Dengan adanya fenomena tersebut, mendorong terbentuknya program dengan sasaran remaja pada panti asuhan sebagai mitra yang bekerja sama. Pada mitra tersebut, masyarakatnya difasilitasi dengan telepon genggam untuk mendukung pembelajaran online semenjak pandemi. Adanya fasilitas telepon genggam tersebut membuat masyarakat mitra juga dapat mengakses media sosial. Dengan edukasi yang terbatas, mereka membutuhkan pendampingan dalam menggunakan media sosial dengan bijak. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja di panti asuhan terkait permasalahan mengenai penggunaan media sosial serta cara mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan pada program tersebut berupa pemberian konten pelatihan melalui media sosial, mentoring, talk show, ceramah dan diskusi, serta pre-test dan post-test. Hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan kegiatan tersebut menunjukkan peningkatan pengetahuan pada masyarakat mitra sebesar 40,11%. Rata-rata tingkat stres peserta mengalami penurunan setelah diberlakukannya program, dari yang semula 17,647 menjadi sebesar 16,529. Melalui kegiatan pengabdian yang dilakukan, diharapkan peserta mampu mengimplikasikan ilmu yang didapat untuk bijak dalam menggunakan media sosial agar terhindar dari dampak negatifnya dan memaksimalkan manfaat yang dimiliki media sosial itu sendiri.