Tulisan ini membahas teori komunikasi Jürgen Habermas sebagai fondasi rasionalitas dalam interaksi sosial modern. Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan dipenuhi oleh kepentingan politik, ideologi, serta dominasi simbolik, komunikasi publik kerap mengalami distorsi yang menghambat tercapainya pemahaman bersama. Melalui pendekatan studi pustaka, artikel ini mengulas konsep-konsep utama dalam teori Habermas seperti tindakan komunikatif, klaim validitas, kompetensi komunikatif, situasi tutur ideal, dan komunikasi yang terdistorsi secara sistematis. Pembahasan juga mencakup relevansi teorinya dalam konteks kontemporer, seperti perdebatan di media sosial, praktik pendidikan, serta dinamika dalam keluarga dan institusi publik. Artikel ini menunjukkan bahwa meskipun teori Habermas dianggap idealistik dan mengutamakan konsensus, kurang memperhatikan aspek emosi dan konteks budaya, kerangka ini tetap relevan sebagai acuan untuk mengevaluasi kualitas komunikasi yang adil, terbuka, dan berbasis argumen. Sebagai refleksi kritis, tulisan ini mendorong pentingnya literasi komunikasi dan budaya diskursus rasional sebagai bagian dari penguatan ruang publik yang demokratis dan inklusif.