Halusinasi merujuk pada situasi ketika seseorang tidak dapat membedakan antara rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (lingkungan luar). Salah satu penatalaksanaan non farmakologi adalah dengan terapi okupasi. Terapi okupasi dapat membantu individu yang menghadapi kesulitan dalam menjalankan kegiatan perawatan diri, aktivitas produktif, dan berpartisipasi dalam kegiatan waktu senggang. untuk mengidentifikasi adanya pengaruh terapi okupasi terhadap tingkat kreativitas pada pasien halusinasi Di Panti Karya Asih Lawang. metode yang digunakan Pre-Eksperimen dengan skema One-Group Pre test-Post test. Populasi terdiri dari 40 pasien yang mengalami halusinasi di Panti Karya Asih Lawang, dan jumlah sampel sebanyak 30 responden dipilih menggunakan metode sampling Quota (Non Probability). Data dikumpulkan melalui lembar observasi, dan analisis data dilakukan menggunakan perangkar lunak SPSS versi 25 dengan pengujian Uji Wilcoxon. Temuan ini mengindikasi bahwa sebelum menjalani terapi okupasu, hampir setengah dari responden memiliki tingkat kreativitas yang cukup, yaitu sebanyak 19 orang (50%). Hampir setengah tingkat kreatifitas responden setelah dilakukan terapi okupasi adalah baik sebanyak 15 orang (50%). Berdasarkan hasil SPSS 25 dengan Uji Wilcoxon didapatkan nilai sebesar 0,000 < (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Terapi Okupasi terhadap Tingkat Kreativitas pada Pasien yang Mengalami Halusinasi Di Panti Karya Asih Lawang, Malang. Melakukan terapi okupasi secara teratur akan membawa manfaat positif bagi individu yang mengalami halusinasi. Diharapkan terapi okupasi ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan terapi alternatif untuk pemulihan fungsional kehidupan pasien halusinasi.