Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perancangan Alat Bantu Pencucukan (Reaching) Ergonomis Sebagai Media Pembelajaran Mahasiswa Pada Workshop Pertenunan Pujianto, Hendri; Astrini, Galuh Yuli; Subakdo, Wawan Ardi; Pakpahan, Pauli Cristy; Mohadi, Mohadi
Indonesian Journal of Laboratory Vol 6 No Edisi Khusus 2023
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijl.v0i3.88049

Abstract

Perguruan tinggi yang menganut prinsip dual system harus menyesuaikan kondisi pembelajaran sesuai dengan kondisi di industri tekstil saat ini sehingga mahasiswa sudah terbiasa dengan lingkungan industri sejak masih berada dikampus. Oleh karena itu perlu adanya media pembelajaran yang representatif. Salah satu materi pembelajaran yang ada adalah proses persiapan pertenunan, di dalamnya terdapat materi pencucukan benang lusi (reaching), namun pada kenyataannya AK-Tekstil Solo belum memiliki alat bantu pencucukan (reaching), sehingga  perlu untuk membuat alat bantu cucuk guna menunjang pembelajaran yang efektif. Nilai ergonomis dipandang perlu untuk dipertimbangan dalam perancangan alat bantu ini karena berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja selama praktikum di kampus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membuat rancang bangun alat bantu pencucukan (reaching) yang ergonomis yakni ukurannya sesuai dengan data antropometri mahasiswa sebagai pengguna atau data pengukuran dimensi tubuh yang diambil berdasarkan kebutuhan perancangan. Data antropometri mencakup tinggi mata berdiri, tinggi siku, panjang tangan kedepan, tinggi lutut, tinggi popliteal. Data primer diambil dari pengukuran langsung terhadap 4 sampel dari antropometri postur tubuh operator cucuk suku jawa di industri tekstil Solo Rayal. Data primer yang didapat kemudian dinilai menggunakan penilaian REBA (Rapid Entire Body Assessment)  dan RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dengan REBA dan RULA Employee Assessment Worksheet dengan 4 tingkat tindakan dan indikasi urgensi. Hasil penelitian ini adalah hasil rancang bangun alat bantu pencucukan (reaching) sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa di workshop dengan ukuran tinggi batang penjepit benang 114,4–127,71–141,91 cm; tinggi penyangga frame sebesar 83,5–94,01–104,5 cm; tinggi kursi sebesar 37–46 cm; panjang kursi sebesar 44,6 cm. Implementasi rancangan alat cucuk memperoleh total skor REBA sebesar 2 dan RULA sebesar 2, yang berarti risiko rendah dan diterima.
Reduksi Limbah Pinggiran Kain Jenis Benang Polyester DTY pada Mesin Rapier Ardi Subakdo, Wawan; Pujianto, Hendri; Pakpahan, Pauli Cristy
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020): Vol 3 No 1 Juli 2020
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.6

Abstract

Proses tenun dapat dilakukan oleh beberapa jenis mesin salah satunya adalah Mesin tenun Rapier. Mesin tenun Rapier merupakan mesin tenun yang penyisipan benangnya menggunakan sebilah batang tipis yang rigid ataupun fleksibel yang digerakkan secara positif yang disebut dengan rapier. PT Unggulrejo Wasono adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil dengan hasil akhir adalah kain grey. Penelitian berfokus pada mesin berjenis Sulzer R 6500 pada Divisi Weaving II Rapier. Berdasarkan pengamatan, terjadi kekurangan benang pakan jenis polyester DTY setiap kali menjalankan order. Padahal telah dilakukan perhitungan kebutuhan sebelum order berjalan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat beberapa faktor penyebabnya yaitu jarak slide RHS dengan sisir lebih dari 6 mm, kayu opener gripper RHS aus, sisa sisir sebelah kanan lebih dari 3 cm, tensioner benang pakan kendor, cones benang cacat, serat benang putus. Solusi dari beberapa faktor tersebut diantaranya adalah dari faktor mesin dengan melakukan resetting pada slide gripper RHS, pemotongan sisa sisir dan penggantian part kayu opener yang aus. Dari faktor manusia adalah dengan membuatkan pengait benang pakan agar tidak ditarik selebar kain saat terjadi putus pakan, menempatkan benang sesuai lay out agar tidak terbentur dan kotor. Dari faktor metode adalah dengan penyediaan checklist panjang limbah pinggiran kain dan melakukan evaluasi terhadap hasil penimbangan limbah pinggiran kain. Setelah dilakukan perbaikan, prosentase jumlah limbah pinggiran kain berkurang 2,51% dan jumlah kasus penyebab besarnya jumlah limbah pinggiran kain berkurang 10 kasus.
Analisis Penanganan Banyaknya Limbah Benang Pakan Di Mesin Air Jet Loom Tsudakoma ZA 205 i PT Dan Liris Rumiyati, Valentina Sri Pertiwi; Pakpahan, Pauli Cristy; Hariri, Muhammad
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020): Vol 3 No 1 Juli 2020
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.26

Abstract

Dan Liris merupakan industri tekstil yang memproduksi benang kain dan garmen. Permasalahan yang dihadapi adalah banyaknya banyaknya limbah benang pakan di mesin Air Jet Loom Tsudakoma ZA 205 i yaitu 2,36 %, jumlah tersebut melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebanyak 2,0 %. dari panjang kain sepanjang 150 meter yang mengacu pada standar potong kain dari inspecting. Jumlah mesin Air Jet Loom Tsudakoma ZA 205 i yang ada di PT. Dan Liris sebanyak 225 unit sehingga mesin tersebut akan berpengaruh terhadap jalannya proses produksi. Penulis melakukan pengamatan limbah benang pakan di Mesin AJL merek Tsudakoma tipe ZA 205 i. dengan mengamati pada panjang kain sepanjang 150 meter yang mengacu pada standar potong kain dari inspecting. Berdasarkan hasil pengamatan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap banyaknya limbah benang pakan adalah faktor mesin, SDM, metode, bahan baku dan faktor lingkungan. Upaya penanganan dari masing-masing faktor telah direncanakan namun berdasarkan rencana yang ditetapkan baru satu penanganan yang dilakukan yaitu menangani faktor metode dengan cara melakukan retraning untuk personil yang bertanggung jawab dan melakukan setting mesin sesuai SOP. Banyaknya limbah kain pakan setelah dilakukan penanganan mengalami penurununan dari 2,36 % menjadi 2,21%
Pengaruh Tension Benang terhadap Jumlah Putus Warping Yuli Astrini, Galuh; Pakpahan, Pauli Cristy; Sidik, Farid
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022): Vol 5 No 2 Desember 2022
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.42

Abstract

Proses persiapan pertenunan merupakan salah satu penentu kualitas dari kain yang dihasilkan. Terdapat korelasi positif antara baiknya kualitas proses persiapan pertenunan dengan kelancaran pada pertenunan kain. Proses persiapan pertenunan meliputi warping, sizing, reaching dan tying. Pada pembuatan kain sarung, warping yang digunakan adalah sectional warping. Tension benang yang tidak merata adalah salah satu penyebab benang putus. Selama pengamatan, ditemukan terjadinya benang putus yang tergolong tinggi pada proses warping berlangsung. Tujuan dari pengamatan dan penelitian ini adalah menurunkan jumlah putus benang warping. Setelah dilakukan penelitian dengan metode eksperimen, didapati hasil rata-rata jumlah putus benang per 10 juta meter sebelum standarisasi tension sebesar 14,3 dan setelah standarisasi sebesar 9,89. Berdasarkan hasil pengujian dengan paired sample t-test, rata-rata jumlah putus benang mengalami penurunan setelah dilakukan standardisasi tension benang. Faktor yang mempengaruhi tension benang antara lain gulungan benang yang penyok dan kotor, hilangnya sparepart, ring washer yang kotor dan kasar. salah mengatur alur benang, menambah ring washer sembarangan, dan kurang melakukan pembersihan, pengubahan tension benang tanpa tension meter dan lingkungan yang berdebu dan bersuhu panas. Rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah material handling dengan benar. melakukan penggantian sparepart yang rusak/hilang, pengecekan dan pembersihan mesin secara berkala, memberikan training mengenai SOP dan Intruksi Kerja, menerapkan SOP oleh operator, dan pembersihan area sekitar mesin warping.