Firdaus, Rival Akbar
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Determination of Physical and Social Vulnerability Zones In Cisarua District, West Bandung Regency, Using Remote Sensing and Geographical Information Systems Pamungkas, Totok Doyo; Somantri, Lili; Aliyan, Silmi Afina; Firdaus, Rival Akbar
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 24, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v24i1.59221

Abstract

Cisarua is an area in West Bandung that is categorized as prone to earthquakes due to its position close to the Lembang fault. Research in determining physical and social vulnerability zones is needed to reduce the impact of earthquake disasters and determine the relationship between social and physical vulnerability. The research approach uses quantitative analysis with scoring, weighting, and overlay using remote sensing spatial analysis and geographic information systems. Data collection techniques for physical vulnerability variables are secondary data indicators of building density, length of the road network, and the number of permanent buildings, while social vulnerability variables are secondary data indicators of population density, population under five, elderly, women, and persons with disabilities. The results of the study obtained a mapping of the level of physical vulnerability in Cisarua District with a very high score, namely Jambudipa Village, while the lowest scores were in the areas of Pasirhalang Village, Padaasih Village, Tugumukti Village, Sadangmekar Village, and Cipada Village. For mapping the level of social vulnerability in Cisarua District, a very high score was found in the Jambudipa Village area and very low in Tugumukti Village. The two levels of vulnerability produce a relationship pattern of linearity comparison of scores between physical and social. It is related to population density indicators that affect building density
Analisis Spasial Rencana Tata Ruang Wilayah Berbasis Kerentanan Gempa Bumi (Studi Kasus: Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat) Pamungkas, Totok Doyo; Firdaus, Rival Akbar; Rohmah, Nurul Aniyyatur; Rizki, Recky; Affriani, Asri Ria
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 7, No 2 (2024): December
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.101944

Abstract

Kecamatan Cisarua merupakan salah satu wilayah yang dilewati oleh jalur Sesar Lembang sehingga rawan terhadap bencana gempabumi. Sesar Lembang terletak di utara Kota Bandung yang tergambar jelas dalam peta topografi sebagai gawir memanjang berorientasi barat-timur. Dalam sejarahnya, Sesar Lembang pernah menyebabkan gempabumi, salah satunya terjadi pada tanggal 28 Agustus 2011 yang menyebabkan sebanyak 268 rumah rusak. Saat ini Indonesia telah memiliki UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pada tingkat kementerian  terdapat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang di Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan sebuah evaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang berlandaskan kerentanan terhadap bencana gempabumi. Penelitian ini menggunakan analisis overlay untuk mengetahui kesesuaian antara RTRW tahun 2009-2029 dan tutupan lahan eksisting tahun 2024 dengan zonasi tingkat kerentanan gempabumi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelemahan pola ruang masa kini dan mendatang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian antara tutupan lahan eksisting tahun 2024 dengan zonasi tingkat kerentanan terhadap bencana gempabumi memiliki kesesuaian sebesar 92%, artinya lebih dari 3/4 atau 4909 Ha wilayah Kecamatan Cisarua sesuai dengan peruntukannya berdasarkan zonasi tingkat kerentanan terhadap bencana gempabumi. Hal yang sama juga ditunjukkan pada tingkat kesesuaian antara RTRW 2009 – 2029 dengan zonasi tingkat kerentanan terhadap bencana gempabumi yang memiliki kesesuaian sebesar 92%, sementara 8% atau seluas 454 Ha tidak sesuai dengan peruntukannya.