Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS INTERAKSIONISME SIMBOLIK PADA TRADISI PEH CUN DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Kurnia Putri; Aimie Sulaiman; Michael Jeffri Sinabuntar
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 2 No. 10 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v2i10.1842

Abstract

Tradisi merupakan warisan masa lalu yang dilakukan secara berulang- ulang dan diwariskan secara turun- temurun. Tradisi Peh Cun merupakan salah satu tradisi masyarakat Tionghoa yang dilakukan setiap tahunnya dan masih bertahan sampai saat ini. Setiap tradisi yang dilakukan masyarakat tak lepas dari simbol, simbolik, makna yang merupakan bentuk sarana penyampaian informasi kepada objek. Penggunaan simbolik tradisi mengandung makna tertentu sesuai dengan kesepakatan dalam masyarakat. Tradisi Peh Cun dilaksanakan oleh masyarakat Tionghoa di Desa Rebo dengan menyiapkan kue cung yang menjadi simbol pada tradisi ini. bentuk- bentuk simbolik dan makna yang terkandung dalam tradisi ini sangat mempengaruhi masyarakat luas untuk terus melaksanakannya sampai saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bentuk- bentuk simbolik dalam perayaan tradisi Peh Cun serta menganalisis makna dari bentuk simbolik dalam tradisi Peh Cun yang dilakukan masyarakat Tionghoa di Desa Rebo Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. Teori yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah teori Interaksionisme Simbolik yang digaagas oleh Herbert Blumer yang dikaji melalui tiga prinsip utama yaitu, pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk-bentuk simbolik pada tradisi peh cun merupakan hasil interaksi yang dilakukan oleh masyarakat tionghoa dengan pendahulu mereka. Bentuk-bentuk simboliknya yaitu tali puar, daun pandan,Beras ketan, dan bentuk segitiga memiliki tiga sisi. Makna yang diperoleh pada tradisi ini pertama tali puar yang bermakna perlindungan dari energi negatif, kedua daun pandan bermakna kesuburan dan kesejahteraan, ketiga beras ketan bermakna persatuan dan kekokohan, dan bentuk segitiga tiga sudut, sudut pertama bermakna kerukukan rumah tangga, kedua saling percaya dan kerjasama, dan terakhir kesetiaan serta solidaritas.
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SEBAGAI PENGUATAN SOSIAL-EKONOMI BERDASARKAN PEMANFAATAN LAHAN DI DESA PEDINDANG, KECAMATAN PANGKALAN BARU Nurhidayati, Nurhidayati; Putra Pratama Saputra; Michael Jeffri Sinabuntar
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 4 No. 8 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengenai Pemberdayaan Kelompok Tani Sebagai Penguatan Sosial-Ekonomi Berdasarkan Pemanfaatan Lahan Di Desa Pedindang. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan kelompok tani dan menjelaskan tantangan dan hambatan kelompok tani dalam memanfaatkan lahan sebagai pemberdayaan di Desa Pedindang. Penelitian ini menggunakan pendekatan dari Jim Ife tentang pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Pedindang Kecamatan Pangkalan Baru. Hasil penelitian menunjukan Ada beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani di Desa Pedindang seperti pengolahan lahan untuk dijadikan sumber penguatan sosial-ekonomi masyarakat. Kemudian, adapun model pemberdayaan Kelompok Tani ini dianalisis melalui beberapa indikator. Indikator tersebut antara lain sumber pendanaan, partisipasi aktor, dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu ditemukanlah model pemberdayaan masyarakat berupa model pendekatan buttom-up yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Melalui model buttom-up Kelompok Tani dituntut untuk terlibat aktif serta berinisiatif dalam program pemberdayaan. Dimana Kelompok Tani membuat rancangan ideal sendiri seperti dari aspek hulu hingga hilir.