Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji Kandungan E Glass Fiber Non Dental Dengan Menggunakan Teknik x-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) Widya Puspita Sari; Satria Yandi; Sugeng Andi Purnama; Kurnia Putri; Adiva Afnela Putri
Menara Ilmu : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Vol 16, No 1 (2022): VOL. XVI NO.1 APRIL 2022
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/mi.v16i1.3255

Abstract

Fiber Reinforced Composite (FRC) merupakan material sintetik yang banyak diaplikasikan secara klinis di kedokteran gigi seperti pada bidang prostodonti, konservasi gigi, implantologi, periodonti, ortodonti dan kedokteran gigi anak. E-glass fiber merupakan tipe fiber yang sering digunakan di Kedokteran Gigi. Penggunaaannya lebih dari 50% dibandingkan tipe lain. Ketersediaan E glass fiber dental di Indonesia cukup terbatas dengan harga relatif mahal namun tersedia glass fiber non dental dalam jumlah yang banyak dengan harga terjangkau. Salah satu tipe yang banyak digunakan adalah tipe E glass. E glass fiber non dental telah banyak digunakan sebagai material substitusi pada otomotif dan aplikasi kedirgantaraan karena karakteristiknya ringan dan sifat mekanik yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis komposisi dari E-glass Fiber Non Dental menggunakan teknik XRF.  Sampel terdiri dari 10 gram E glass fiber non dental. Sampel dipotong dan dihaluskan dengan cara ditumbuk dan diayak. Selanjutnya dianalisis menggunakan X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF). Selanjutnya hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel deskriptif. Hasil analisis menunjukkan kandungan oksida terbesar SiO2 (39,53%), CaO (46,31%), Al2O3 (8,17%) dan K2O (0,64%) tanpa kandungan B2O3. Berdasarkan analisis XRF disimpulkan bahwa E-glass fiber non dental memiliki komposisi dan konsentrasi yang hampir sama dengan E-glass fiber dental, dan diharapkan dapat menjadi alternatif material di Kedokteran Gigi. Kata Kunci: Glass fiber, E glass fiber dental, E glass fiber non dental, X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)
DESAIN MULTIMEDIA POWERPOINT MAHASISWA PLP PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FKIP UNIVERSITAS RIAU Kurnia Putri; Arza Aibonotika; Mangatur Sinaga
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol 9, No 2 (2022): EDISI 2 JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This study used a qualitative descriptive method regarding two PowerPoint media designs made by PLP students at the Riau University Japanese Language Education study program which aims to explain the use of these Powerpoint media. This research is based on Richard E Mayer's theory of multimedia learning principles which are divided into seven principles: multimedia principles; the principle of spatial proximity; the principle of time proximity, the principle of coherence, modality principle, redundancy principle, and the principle of individual differences. Based on the analysis of the Powerpoint designs studied, the first data does not meet all the principles of multimedia learning because the design is only dominated by words without related images. Meanwhile, the second powerpoint media has included media elements such as words accompanied by related images, there is the addition of audio or text that is narrated. However, the design does not utilize elements of animation that can help in constructing knowledge.Key Words: Multimedia, Powerpoint, Design
PERBEDAAN STABILITAS WARNA E-GLASS FIBER NON DENTAL REINFORCED COMPOSITE AKIBAT LAMA PERENDAMAN DALAM SALIVA BUATAN Kurnia Putri; Widya Puspita Sari; Darmawangsa Darmawangsa
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 19, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v19i2.2181

Abstract

Latar belakang: resin komposit merupakan bahan restorasi yang paling populer saat ini karena memiliki kelebihan estetik yang baik yaitu sewarna gigi, namun resin komposit memiliki keterbatasan sifat fisik yaitu penyerapan air. Penyerapan air dan waktu perendaman berpengaruh terhadap stabilitas warna. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyerapan air dan meningkatkan stabilitas warna yaitu digunakan resin komposit yang diperkuat oleh Fiber Reinforced Composite (FRC). Fiber yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah E-glass fiber, akan tetapi di Indonesia E-glass fiber dental memiliki keterbatasan jumlah yang terbatas dan harga relatif mahal. E-glass fiber non dental dipilih sebagai alternatif karena komposisinya hampir sama dengan E-glass fiber dental dan biasa digunakan di dunia teknik. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stabilitas warna E-glass fiber non dental reinforced composite akibat lama perendaman dalam saliva buatan. Metode: jenis penelitian kuantitatif menggunakan eksperimental laboratorium menggunakan one group pretest and posttest design. Sampel berbentuk lingkaran dengan diameter 13 mm dan tinggi 2 mm yang terdiri dari 2 kelompok; kelompok perendaman 7 hari dan 14 hari masing-masing terdiri dari 4 sampel. Uji stabilitas warna dilakukan dengan Spektrofotometer Uv-Vis dimana nilai absorbansi dan panjang gelombang yang didapat akan dihitung luas daerah sehingga dapat ditentukan nilai L*a*b* pada tiap sampel. Hasil: hasil rerata pengukuran stabilitas warna E-glass fiber non dental reinforced composite selama 7 dan 14 hari perendaman dalam saliva buatan menunjukkan nilai rerata 14 hari perendaman berada sedikit lebih tinggi dibandingkan 7 hari perendaman namun tidak bermakna. Uji independent sample t-test diperoleh nilai p=0,442 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perbedaan stabilitas warna E-glass fiber non dental reinforced composite akibat lama perendaman antara 7 hari dengan 14 hari. Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan stabilitas warna E-glass fiber non dental reinforced composite akibat lama perendaman dalam saliva buatan. Penambahan E-glass fiber non dental pada resin komposit menunjukan stabilitas warna yang baik pada resin komposit.
ANALISIS INTERAKSIONISME SIMBOLIK PADA TRADISI PEH CUN DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Kurnia Putri; Aimie Sulaiman; Michael Jeffri Sinabuntar
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 2 No. 10 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v2i10.1842

Abstract

Tradisi merupakan warisan masa lalu yang dilakukan secara berulang- ulang dan diwariskan secara turun- temurun. Tradisi Peh Cun merupakan salah satu tradisi masyarakat Tionghoa yang dilakukan setiap tahunnya dan masih bertahan sampai saat ini. Setiap tradisi yang dilakukan masyarakat tak lepas dari simbol, simbolik, makna yang merupakan bentuk sarana penyampaian informasi kepada objek. Penggunaan simbolik tradisi mengandung makna tertentu sesuai dengan kesepakatan dalam masyarakat. Tradisi Peh Cun dilaksanakan oleh masyarakat Tionghoa di Desa Rebo dengan menyiapkan kue cung yang menjadi simbol pada tradisi ini. bentuk- bentuk simbolik dan makna yang terkandung dalam tradisi ini sangat mempengaruhi masyarakat luas untuk terus melaksanakannya sampai saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bentuk- bentuk simbolik dalam perayaan tradisi Peh Cun serta menganalisis makna dari bentuk simbolik dalam tradisi Peh Cun yang dilakukan masyarakat Tionghoa di Desa Rebo Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. Teori yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah teori Interaksionisme Simbolik yang digaagas oleh Herbert Blumer yang dikaji melalui tiga prinsip utama yaitu, pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk-bentuk simbolik pada tradisi peh cun merupakan hasil interaksi yang dilakukan oleh masyarakat tionghoa dengan pendahulu mereka. Bentuk-bentuk simboliknya yaitu tali puar, daun pandan,Beras ketan, dan bentuk segitiga memiliki tiga sisi. Makna yang diperoleh pada tradisi ini pertama tali puar yang bermakna perlindungan dari energi negatif, kedua daun pandan bermakna kesuburan dan kesejahteraan, ketiga beras ketan bermakna persatuan dan kekokohan, dan bentuk segitiga tiga sudut, sudut pertama bermakna kerukukan rumah tangga, kedua saling percaya dan kerjasama, dan terakhir kesetiaan serta solidaritas.