Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengembangan Fasilitas Dalam Menarik Minat Wisatawan Ke Objek Wisata Kahui Di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Sulastri, Wayan; Handoko, Handoko; Griya Danika, I Wayan Sindia
Dharma Duta Vol 21 No 2 (2023): Dharma Duta : Jurnal Penerangan Agama Hindu
Publisher : Fakultas Dharma Duta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/dd.v21i2.1070

Abstract

Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung. penelitian ini terdapat dua perumusan masalah dalam skripsi ini adalah, (1) Bagaimana pengembangan fasilitas dalam menarik minat wisatawan ke objek wisata kahui di kecamatan bukit batu kota palangka raya, (2) bagaimana kendala pengembangan fasilitas dalam menarik minat wisatawan ke objek wisata kahui di kecamatan bukit batu kota palangka raya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Teori-teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini adalah, (1) Teori pengembangan pariwisata (2) Teori kendala. Subjek penelitian ini adalah mulai dari: pemilik objek wisata kahui, penjaga objek wisata kahui, lurah kelurahan sei gohong, masyarakat lokal yang ada di sekitar objek wisata kahui, dan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata kahui. Hasil penelitian ini adalah, (1) untuk mengetahui pengembangan fasilitas objek wisata kahui, (2) untuk mengetahui kendala dalam pengembangan fasilitas objek wisata kahui. Hasil penelitian menjelaskan pengembangan fasilitas dalam menarik minat wisatawan ke objek wisata kahui meliputi pengembangan atraksi wisata, fasilitas wisata, infrastruktur wisata, transportasi wisata dan hospitality (keramah-tamahan). Kendala yang di alami dalam pengembangan wisata kahui yaitu kurang flaying fox, dermaga tepi sungai, penampilan tarian daerah dayak Kalimantan tengah, tracking malam, paket wisata penelitian tumbuhan dan binatang, warung, penginapan, toilet, jalan, bus pariwisata dan kemanan serta pelayanan yang masih akan dikembangkan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan.
AI dan Konsep Dharma: Etika Kecerdasan Buatan dalam Bingkai Filsafat Hindu Griya Danika, I Wayan Sindia; Wiranata, Anak Agung Gede
Widya Katambung Vol 16 No 1 (2025): Jurnal Widya Katambung: Filsafat Agama Hindu
Publisher : Fakultas Dharma Duta dan Brahma Widya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/wk.v16i1.1499

Abstract

This study aims to examine the relevance of the Hindu philosophical principle of Dharma as an alternative ethical framework in the development and application of artificial intelligence (AI). The research addresses the growing ethical crisis in modern AI systems, particularly concerning algorithmic bias, system autonomy, and the absence of moral accountability. Employing a qualitative philosophical-hermeneutic approach, this study analyzes classical Hindu texts such as the Bhagavad Gita, Upanishads, and Manusmṛti, alongside contemporary academic literature. Data collection techniques include textual analysis and semi-structured interviews with Hindu clerics, philosophy scholars, and AI ethics experts in Bali and Yogyakarta. The analysis reveals that Dharma offers a holistic ethical framework—encompassing moral, spiritual, and cosmological dimensions—that bridges the gap between technological efficiency and moral responsibility. Three central themes emerged from the findings: (1) moral responsibility based on svadharma (individual duty), (2) ahimsa (non-violence) ethics in algorithmic design, and (3) the spiritualization of technology as a means to preserve cosmic harmony. These insights contribute theoretically to the development of a more pluralistic, culturally rooted AI ethics discourse and offer practical implications for designing context-aware and human-centered AI policy frameworks. The study concludes that integrating Eastern philosophical values into technology ethics curricula and global AI governance is essential. Future research is encouraged to explore ethical principles from other religious traditions and examine the application of Dharma-based ethics in participatory, community-driven technology design.
Bentuk, Fungsi, dan Makna Upacara Manenung di Desa Tumbang Baringei Kecamatan Rungan Kabupaten Gunung Mas Griya Danika, I Wayan Sindia; Yoga, Yoga; Nurlensi, Nurlensi
Widya Katambung Vol 16 No 2 (2025): Jurnal Widya Katambung: Filsafat Agama Hindu
Publisher : Fakultas Dharma Duta dan Brahma Widya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/wk.v16i2.1779

Abstract

This study aims to describe the form, function, and meaning of the Manenung ceremony in the Hindu Kaharingan community of Tumbang Baringei Village, Rungan District, Gunung Mas Regency. The research employs a descriptive qualitative approach with data collected through observation, interviews, and documentation. Informants consisted of three Basir/Pisor (spiritual leaders) and two Hindu Kaharingan religious figures. Data were analyzed using the Miles and Huberman interactive model involving reduction, presentation, and conclusion drawing. The findings reveal that the Manenung ceremony is performed through preparatory stages, chanting of sacred mantras, and the invocation of the holy spirit Putir Santang. The ceremony functions religiously as a means of spiritual communication, socially as a medium of community solidarity, and educationally as a vehicle for transmitting cultural values. The symbolic meanings embedded in ritual instruments such as amak purun, baliung, tengang, and behas tawur reflect cosmic harmony between humans, nature, and the divine. This tradition remains relevant in preserving the cultural identity and spirituality of the Dayak Kaharingan community amid modernization, serving as a vital source of moral guidance and local wisdom.