Penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana etika komunikasi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, upaya guru memperbaiki etika komunikasi siswa dan hambatan apa yang dialami oleh guru dalam upaya memperbaiki etika komunikasi siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan beragam teknik pengumpulan data, meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Indikator dalam penelitian ini terbagi atas 2 yaitu etika komunikasi bahasa tulis dan lisan masing-masing indikator memiliki sub-indikator, yaitu bahasa, ketepatan waktu, kerapian pakaian, dan respek terhadap percakapan dengan guru melalui platform video meeting online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa lebih banyak memilih bahasa non formal karena adanya kesetaraan usia sehingga tidak ada tuntutan menggunakan bahasa baku. Berbeda dengan komunikasi dengan guru, siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan bahasa Jawa kromo. Siswa memiliki kemampuan untuk menyampaikan pertanyaan dengan jelas ketika berkomunikasi dengan guru dan juga sesama rekan sekelas. Siswa ketika menyampaikan pesan kepada rekan tidak terlalu memperhatikan waktu penyampaian. Berbeda ketika dengan guru siswa masih memperhitungkan waktu yang tepat jika berkomunikasi dengan guru kecuali keadaan mendesak. Tidak ada upaya dan hambatan yang dialami oleh guru ketika berupaya memperbaiki etika komunikasi siswa. Guru beranggapan bahwa etika komunikasi siswa sudah baik dan tidak melanggar kaidah etika dan kebahasaan. Etika komunikasi bahasa lisan siswa dianggap sudah cukup baik hanya perlu upaya lebih ketat untuk mendisiplinkan agar siswa mau mengaktifkan kamera (on camera).