Benign Prostatic Hyperplasia atau yang biasa disebut BPH merupakan salah satu kasus urologi yang banyak ditemui di Indonesia, hal tersebut terjadi karena banyak faktor resiko pemicu munculnya penyakit tersebut yang sering dilakukan masyarakat. Contoh faktor resikonya antara lain usia, obesitas, riwayat DM, gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Gejala awal BPH bervariasi, mulai dari aliran seni melemah, rasa ingin buang air kecil yang berlebihan di malam hari, kandung kemih terasa tidak pernah kosong, ataupun adanya tetesan tetesan setelah buang air seni. Meskipun terdapat metode operatif sebagai metode penyembuhannya, mayoritas pasien belum pulih sepenuhnya karena efek samping dari operasi tersebut. sebagian kecil mengalami gejala yang berbeda. Gejalanya antara lain, inkontinensia urin, pendarahan, ejakulasi retrogade, rasa terbakar, dan kesulitan mobilisasi akibat nyeri. Diagnosis biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti dengan USG atau CT scan pelvis. Penelitian ini mengeksplorasi penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Benign Prostatic Hyperplasia post TURP menggunakan pelvic floor muscle exercise dan early mobilization. Dilakukan studi kasus pada bulan Oktober 2025, dengan pemberian latihan pelvic floor muscle dan latihan mobilisasi dini. Hasil pengukuran menunjukkan peningkatan dalam penurunan rasa nyeri pada area incisi, peningkatan kemampuan transfer dan ambulasi, peningkatan kekuatan abdomen, serta peningkatan aktivitas fungsional sehari-hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi deep breathing exercise, pelvic floor muscle exercisedan early mobilization dapat menjadi pilihan terapeutik yang efektif dalam penanganan Benign Prostatic Hyperplasia post TURP.