Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Identifikasi Sedentary Behaviour di Masa Pandemic Covid-19: Narrative Review Wardhani, Riska Risty; Muflihah, Nurul
Journal Physical Therapy UNISA Vol. 1 No. 1 (2021): April
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.221 KB) | DOI: 10.31101/jitu.2017

Abstract

Pembatasan sosial, isolasi dan karantina merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran COVID-19 yang lebih luas. Meskipun jarak sosial dapat memperlambat penyebaran COVID-19, tetapi orang akan menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah dan tidak aktif secara fisik atau membentuk perilaku menetap atau sedentary behaviour. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi adanya perilaku menetap atau sedentary behaviour di masa pandemic COVID-19. Metode  penelitian ini menggunakan metode Narrative Review. Pencarian jurnal melalui portal jurnal online seperti Google Scholar, PubMed, dan MedLine sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil penelitian ini berdasarkan review terhadap 11 jurnal dari berbagai negara yang berbeda,semua mengidentifikasi terjadinya sedentary behaviour di masa pandemic COVID-19. Kesimpulan penelitian membuktikan adanya identifikasi sedentary behviour di masa pandemic COVID-19.
Manajemen Fisioterapi pada Post Partum Sectio Caesarea: A Case Study Chafsoh, Zannuba Alifah; Herawati, Isnaini; Muflihah, Nurul
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Operasi Caesar adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk memperlancar persalinan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut ibu yang direkomendasikan dalam situasi di mana persalinan normal dapat menimbulkan risiko bagi ibu, bayi, ataupun keduanya. Menurut WHO, pada tahun 2021 operasi Caesar meningkat secara global dan kini mencakup lebih dari 1 dari 5 (21%) seluruh kelahiran. Fisioterapi dapat berperan dalam meningkatkan status fungsional pada kondisi pasca SC dengan mobilisasi. Latihan gerakan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, menyembuhkan luka, dan kegiatan fungsional yang mandiri Case Presentation: Seorang pasien berusia 26 tahun dengan G1P0A0 usia kandungan 39+1 minggu, pada hari Selasa 16 Januari 2024 pukul 00.00 WIB datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta setelah mendapat rujukan dari RS Queen Latifa karena sudah mengalami ketuban pecah sejak Senin sore namun belum terjadi pembukaan, mengalami preeklamsi, dan perut terasa kencang. Di RS Queen Latifa pasien di USG pinggulnya sempit. Kemudian di PKU dilakukan pacu tapi masih pembukaan 2. Setelah itu, dilakukan operasi sesar pada hari Rabu 17 Januari 2024 pukul 7 pagi. Setelah operasi pasien mengeluhkan nyeri di bagian perut dan nyeri semakin terasa saat bergerak. Saat ini pasien mengeluhkan belum mampu duduk karena masih merasakan nyeri Management and Outcome: subjek diberikan latihan breathing exercise setiap 2 jam dengan 8 kali repetisi untuk mengurangi nyeri, ankle pumping dilakukan sebanyak 8 repetisi setiap hari untuk menurunkan oedem pada kedua kaki pasien, pelvic floor exercise dilakukan sebanyak 8 repetisi tiap 2 jam yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pelvic floor dysfunction, latihan mobilisasi yang diberikan setiap 3 jam sekali untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien. Setelah diberikan latihan, didapatkan hasil penurunan nyeri gerak dari skor 5 menjadi skor 4, adanya penurunan oedem dari 52 cm menjadi 50 cm pada ankle dextra dan dari 52 cm menjadi 49 cm pada ankle sinistra terdapat peningkatan kemampuan fungsional dari memerlukan bantuan sedang menjadi memerlukan bantuan minimal. Conclusion: pemberian intervensi Fisioterapi berupa breathing exercise, ankle pumping, pelvic floor exercise,dan latihan mobilisasi dapat mengurangi nyeri pasca operasi, mengurangi udem, dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Pasca Histerektomi Pervaginam Prolaps Uteri: Studi Kasus Salsabila, Denada; Fatmarizka, Tiara; Muflihah, Nurul
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Prolaps uterus juga dikenal sebagai prolaps organ panggul (POP) yaitu turunnya rahim dari batas anatomi normalnya ke posisi di dalam atau di luar introitus vagina. POP adalah kondisi umum yang prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, dengan mempengaruhi sekitar 40% wanita berusia di atas 50 tahun. Gejalanya berupa rasa berat pada vagina, sensasi ada benjolan yang turun ke dalam vagina, dan rasa tidak nyaman/tertekan pada panggul yang sangat mempengaruhi kualitas hidup wanita dengan POP. Pada perawatan operatif atau bedah dapat berupa histerektomi. Perawatan konservatif meliputi pelatihan otot dasar panggul (PFMT), perubahan gaya hidup, dan pengobatan estrogen, semuanya bertujuan untuk mencegah gejala dan memperburuk prolaps uteri. Presentasi Kasus: pasien dengan diagnosa medis post histerektomi pervaginam prolaps uteri mengalami permasalahan berupa nyeri pada bekas luka operasi histetrektomi di vagina, penurunan kekuatan otot dasar panggul, dan penurunan kemampuan fungsional. Manajemen dan Hasil: pasien diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 4 kali dan didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah, penurunan nyeri (diam, tekan, gerak), peningkatan kekuatan otot dasar panggul, dan peningkatan kemampuan fungsional. Diskusi: penurunan tekanan darah dan nyeri terjadi setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise. Selain itu, terjadi juga peningkatan kekuatan otot dasar panggul setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa pelvic floor exercise. Peningkatan kekuatan otot juga dapat dipengaruhi oleh nyeri yang mulai berkurang sehingga pasien tidak takut untuk bergerak atau melakukan latihan. Kemampuan fungsional pasien juga mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa active movement exercise dan latihan mobilisasi bertahap. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh kondisi umum pasien yang semakin hari semakin membaik, tekanan darah yang mulai terkontrol, dan penurunan nyeri. Kesimpulan: pemberian intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 4 kali dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi nyeri (diam, tekan, gerak), meningkatkan kekuatan otot dasar panggul, dan meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus pasca histerektomi pervaginam prolaps uteri.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (TURP) PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA : CASE REPORT Putri, Rizka Salsabila; Widodo, Agus; Muflihah, Nurul
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.42716

Abstract

Benign Prostatic Hyperplasia atau yang biasa disebut BPH merupakan salah satu kasus urologi yang banyak ditemui di Indonesia, hal tersebut terjadi karena banyak faktor resiko pemicu munculnya penyakit tersebut yang sering dilakukan masyarakat. Contoh faktor resikonya antara lain usia, obesitas, riwayat DM, gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Gejala awal BPH bervariasi, mulai dari aliran seni melemah, rasa ingin buang air kecil yang berlebihan di malam hari, kandung kemih terasa tidak pernah kosong, ataupun adanya tetesan tetesan setelah buang air seni. Meskipun terdapat metode operatif sebagai metode penyembuhannya, mayoritas pasien belum pulih sepenuhnya karena efek samping dari operasi tersebut. sebagian kecil mengalami gejala yang berbeda. Gejalanya antara lain, inkontinensia urin, pendarahan, ejakulasi retrogade, rasa terbakar, dan kesulitan mobilisasi akibat nyeri. Diagnosis biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti dengan USG atau CT scan pelvis. Penelitian ini mengeksplorasi penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Benign Prostatic Hyperplasia post TURP menggunakan pelvic floor muscle exercise dan early mobilization. Dilakukan studi kasus pada bulan Oktober 2025, dengan pemberian latihan pelvic floor muscle dan latihan mobilisasi dini. Hasil pengukuran menunjukkan peningkatan dalam penurunan rasa nyeri pada area incisi, peningkatan kemampuan transfer dan ambulasi, peningkatan kekuatan abdomen, serta peningkatan aktivitas fungsional sehari-hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi deep breathing exercise, pelvic floor muscle exercisedan early mobilization dapat menjadi pilihan terapeutik yang efektif dalam penanganan Benign Prostatic Hyperplasia post TURP.
Manajemen Fisioterapi Post Sectio Caesarea atas indikasi Pre-eklampsia Berat (PEB) Zainovita, Ernanda; Wahyuni, Wahyuni; Muflihah, Nurul
Jurnal Penelitian Multidisiplin Bangsa Vol. 2 No. 1 (2025): Juni
Publisher : Amirul Bangun Bangsa Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpnmb.v2i1.468

Abstract

Sectio caesarea adalah prosedur kelahiran melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus, biasanya dilakukan untuk menangani komplikasi obstetrik. Angka kejadian tindakan ini terus meningkat secara global. Post sectio caesarea, pasien umumnya mengalami nyeri, oedem, dan penurunan kekuatan otot yang dapat menghambat aktivitas fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen fisioterapi post sectio caesarea atas indikasi pre-eklampsia berat. Penelitian ini menggunakan studi kasus yang dilakukan pada perempuan usia 36 tahun dengan diagnosis post sectio caesarea yang dilakukan atas indikasi pre-eklampsia berat. Kemudian diberikan intervensi fisioterapi berupa breathing exercise, ankle pumping, pelvic tilting, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi. Hasil menunjukkan penurunan nyeri gerak dari skor 8 menjadi 4, penurunan oedem yang diukur pada ankle dextra dari 55,5 cm menjadi 52 cm, dan dari 55 cm menjadi 51,5 cm pada ankle sinistra, serta peningkatan kemampuan fungsional, yaitu dari dominan kategori ketergantungan penuh menjadi dominan kategori mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi fisioterapi yang diberikan pada pasien post sectio caesarea berdampak positif dalam menurunkan intensitas nyeri, mengurangi oedem, serta meningkatkan kemampuan fungsional pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Peningkatan Keterampilan Menyimak Dan Penguasaan Kosakata Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas I Min 4 Solok Yusna Devi, Wiwi; Muflihah, Nurul
Journal of Development Education and Learning (JODEL) Vol. 3 No. 2 (2025): May 2025
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Listening skills are a vital foundation for language development, yet they are often overlooked in early grades, resulting in passive learners with limited vocabulary. This condition was also observed in 30 first-grade students at MIN 4 Solok. The study employed Classroom Action Research using the Kemmis & McTaggart model, applying the Numbered Heads Together (NHT) strategy in two cycles to enhance listening skills and vocabulary mastery. Data were collected through observation, performance tests, interviews, and documentation, then analyzed descriptively in both qualitative and quantitative ways. The findings indicate a significant improvement: student mastery increased from 33.3% in the pre-cycle to 60% in Cycle I and 86.7% in Cycle II. Beyond academic scores, students gained greater confidence, active participation, and the ability to apply new vocabulary in meaningful contexts. These results confirm that the NHT model is effective in fostering cooperative listening-based learning in early-grade classrooms.
Problem-Based Learning Berbantuan Media Manipulatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Muflihah, Nurul; Yusna Devi, Wiwi
Journal of Development Education and Learning (JODEL) Vol. 3 No. 2 (2025): May 2025
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The fundamental issue in early-grade mathematics learning is the students' difficulty in understanding abstract number operations concepts. An initial study at MIN Kota Solok showed that 76.7% of first-grade students failed to solve contextual problems involving addition and subtraction within 1-20, indicating low mathematical problem-solving abilities. This study aims to improve the mathematical problem-solving ability of first-grade students at MIN Kota Solok through the implementation of Problem-Based Learning (PBL) assisted by manipulative media. This research is a Classroom Action Research (CAR) conducted in two cycles, following the Kemmis and McTaggart model. Each cycle consisted of planning, action, observation, and reflection. Data were collected through tests, observation, and documentation. The results showed a significant improvement. The classical mastery percentage increased from 23.3% (pre-cycle) to 63.3% in cycle I and 86.7% in cycle II. The average score also rose from 50.0 (pre-cycle) to 66.0 (cycle I) and 82.0 (cycle II). Observational data indicated an increase in student activity and engagement in the learning process. The integration of the PBL model with manipulative media is effective in enhancing first-grade students' mathematical problem-solving abilities.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Inkontinensia Urin pada Lansia: Studi Kasus Ningsih, Fitriya; Wijianto, Wijianto; Muflihah, Nurul
VISA: Journal of Vision and Ideas Vol. 5 No. 2 (2025): Journal of Vision and Ideas (VISA)
Publisher : IAI Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Urinary incontinence is one of the common disorders experienced by the elderly, especially women, and has a significant impact on the quality of life, both physically and psychologically. This case report aims to evaluate the effectiveness of physiotherapy interventions against urinary incontinence in 75-year-old female patients. Treatment methods include an initial examination using the Numeric Rating Scale (NRS) pain scale, assessment of muscle strength with Manual Muscle Testing (MMT), and symptom severity through the Overactive Bladder Symptom Score (OABSS). Physiotherapy interventions were carried out as many as four sessions consisting of infrared therapy, abdominal exercise, and Kegel exercise, accompanied by education and home exercise programs. The results showed a decrease in pain when urinating from a score of 5 to 0, an increase in abdominal muscle strength from a score of 3 to 4, and pelvic floor muscle from a score of 1 to 2. The OABSS score also decreased from 11 to 5, indicating a significant improvement in urinary incontinence symptoms. In conclusion, physiotherapy has a positive impact on reducing complaints and improving muscle function in the elderly with urinary incontinence. This report contributes to supporting the use of physiotherapy as an effective non-invasive approach in the management of sleep disorders in the elderly population.
Effektivitas Pelvic Floor Exercise pada Kasus post Sectio Caesarea: A Case Report Rizwana, Fifi Nursyifa; Wijianto, W; Muflihah, Nurul
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2025: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Peran fisioterapi dalam mengatasi kelemahan otot panggul pada ibu post sectio caesarea yaitu secara manual, menggunakan pelatihan fungsi gerak tubuh. Dengan menggunakan metode menggunakan intervensi fisioterapi yang dapat menunjukkan program latihan pada ibu post partum, hal itu mampu dilakukan dengan mandiri sebagai tujuan mengurangi rasa nyeri, meningkatkan pemulihan dan meningkatkan kekuatan otot panggul pasca melahirkan.Case Presentation: Seorang ibu berusia 30 tahun telah melakukan operasi section caesarea datang ke fisioterapi dengan keluhan pasien merasakan nyeri, mengalami kelemahan kekuatan otot panggul dan penurunan kemampuan fungsional.Management and Outcome: Intervensi fisioterapi yang diberikan yaitu Pelvic floor exercise, latihan mengontraksikan perineum atau seperti menahan buang air kecil (BAK) dengan menahan selama 15 detik atau semampunya pasien menahan, lalu dirileksasikan selama 5 detik, dengan dosis 8 repetisi dalam 2 set per sesi terapi. Pengukuran dilakukan dengan beberapa parameter, yaitu tingkat nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS), kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT), serta kemampaun fungsional menggunakan Kenny Selfcare Index. Hasil penelitian menunjukkan penurunan nyeri yang signifikan, peningkatan kekuatan otot dari MMT 2 hingga MMT 3, dan peningkatan kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari.Discussion: Peningkatan aktivitas fungsional pada pasien terjadi karena adanya penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan kemampuan fungsional sehingga dapat dikatakan bahwa Exercise Fisioterapi berupa pelvic floor dapat meningkatkan aktivitas fungsional pasien akibat problematika yang ada.Conclussion: latihan pelvic floor memberikan dampak positif pada pemulihan pasien pasca operasi sectio caesarea dengan kondisi kelemahan pada otot panggul.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus pasca Laparotomi Debulking Histerektomi Total Salpingooforektomi Bilateral Limfadenektomi Pelvic Kanan: Studi Kasus Maharani, Klarisa Salsa Bila; Maghfiroh, Rinna Ainul; Muflihah, Nurul
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2025: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Neoplasma ovarium kistik merupakan salah satu tumor ginekologis yang sering memerlukan tindakan pembedahan mayor seperti laparotomi debulking dan histerektomi total. Prosedur ini berdampak besar pada sistem muskuloskeletal dan fungsi dasar tubuh, termasuk nyeri, gangguan pernapasan, serta penurunan kemampuan fungsional.Case Presentation: Pasien perempuan usia 39 tahun didiagnosis dengan neoplasma ovarium kistik susp. maligna dan menjalani prosedur pembedahan berupa laparotomi debulking, histerektomi total, salpingooforektomi bilateral, omentektomi, dan limfadenektomi pelvic kanan. Pasien mengalami keluhan nyeri hebat pascaoperasi, keterbatasan mobilisasi, gangguan pernapasan, serta belum mampu buang angin.Management and Outcome: Intervensi fisioterapi dilakukan sejak pre-operasi hingga tiga hari pascaoperasi, terdiri dari deep breathing exercise, general active exercise, abdominal strengthening, pelvic floor exercise, mobilisasi bertahap, dan edukasi postur. Evaluasi menunjukkan penurunan nyeri (NRS diam dari 6 ke 0), peningkatan kekuatan otot abdomen (MMT dari 1 ke 3), perbaikan kontrol pernapasan (Borg Scale dari 3 ke 0.5), serta peningkatan skor Kenny Self Care Index pada kemampuan fungsional dasar pasienDiscussion: Intervensi fisioterapi yang diberikan terbukti efektif dalam menurunkan nyeri dan sesak napas, serta meningkatkan kekuatan otot dan kapasitas fungsional. Latihan seperti abdominal strengthening dan pelvic floor exercise mendukung stabilisasi core dan kontrol kandung kemih. Mobilisasi dini mempercepat pemulihan, dan edukasi postur membantu mencegah komplikasi gerak dan nyeri.Conclusion: Fisioterapi pascaoperasi mayor ginekologis yang diberikan secara bertahap dan komprehensif berperan penting dalam mempercepat pemulihan fisik, mengurangi keluhan, dan meningkatkan kemandirian aktivitas pasien.